Sistem Tanam Paksa dilakukan dengan kejam oleh Belanda, dengan mengeksploitasi para tenaga kerja yang digaji kecil dan bekerja dalam kondisi berat. Dampak dari Sistem Tanam Paksa ini Hal ini membuat simpati bagi rakyat Indonesia, yang akhirnya membuat Belanda menjalankan Politik Etis, atau Politik Balas Budi. Dalam politik ini Belanda membangun sekolah untuk orang Indonesia sebagai kompensasi atas keuntungan yang didapat Belanda selama Tanam Paksa. Politik Etis dilakukan dalam tiga kebijakan utama: Edukasi, Irigasi, Transmigrasi. Dengan Politik Etis, mulai muncul kalangan terdidik dari rakyat Indonesia, seiring dengan dibukanya sekolah-sekolah dengan sistem pendidikan barat, seperti STOVIA (sekolah Kedokteran Hindai Belanda) di Batavia (Jakarta). Namun pendidikan ini hanya dinikmati oleh kalangan elit atau atas saja. Misalnya adalah para priyayi atau bangsawan. Sementara kaum rakyat kecil hanya sedikit yang menikmati. Selain pendidikan, Politik Etis juga membangun irigasi, yang memingkinkan pengairan pertanian dan perkebunan, sehingga bisa ditanami oleh pada musim kering. Irigasi ini menyebabkan peningkatan produksi pertanian dan perkebunan. Namun, irigasi ini kebanyakan dibangun di perkebunan Belanda, sehingga rakyat kecil hanya sedikit saja menikmati irigasi ini. Program ketiga, transmigrasi, memindahkan penduduk dari wilayah yang padat di Jawa ke Sumatera. namun pemindahan penduduk ini dilakukan hanya untuk memberikan tenaga kerja bagi perkebunan Belanda. Transmigran yang menolak bekerja atau yang dianggap malas akan dihukum dengan keras. Akibatnya, para pekerja ini menjadi buruh yang bekerja keras dan menderita.
Dengan demikian, dampak pemberlakuan politik Etis bagi bangsa Indonesia antara lain: dampak positif pelaksanaan politik etis bagi Indonesia yakni munculnya kalangan terdidik dari rakyat Indonesia, terbangunnya saluran irigasi pertanian dan perkebunan, terjadinya perpindahan penduduk dalam proses transmigrasi. Selain itu muncul juga dampak negatif pelaksanaan politik etis bagi Indonesia yakni pendidikan hanya dinikmati oleh kalangan elit, seperti kaum priyayi, saluran irigasi kebanyakan hanya untuk perkebunan milik pengusaha Belanda dan transmigran dipaksa untuk bekerja untuk perkebunan milik pengusaha Belanda.