Iklan

Pertanyaan

Bacalah kutipan drama berikut untuk menjawab soal nomor 28 dan 29! Gunarto : “Ibu masih berfikir lagi...” Ibu : “Malam Hari Raya, Narto. Dengarlah suara bedug itu bersahut-sahutan. Pada malam hari raya seperti inilah Ayahmu pergi dengan tidak meninggalkan sepatah katapun.” Gunarto : “Ayah......” Ibu : “Keesokan harinya Hari Raya, selesai salat ku ampuni dosanya...” Gunarto : “Kenapa masih Ibu ingat lagi masa yang lampau itu? Mengingat orang yang sudah tidak ingat lagi kepada kita” Ibu : “Aku merasa bahwa ia masih ingat kepada kita.” Gunarto : “Mintarsih kemana, Bu?” Ibu : “Mintarsih keluar tadi mengantarkan jahitan, Narto.” Gunarto : “Mintarsih masih juga mengambil upah jahitan, Bu? Bukankah seharusnya ia tidak usah lagi membanting tulang sekarang?” Ibu : “Biarlah Narto. Karena kalau ia sudah kawin nanti, kepandaiannya itu tidak sia-sia nanti.” Gunarto : “Sebenarnya Ibu mau mengatakan kalau penghasilanku tidak cukup untuk membiayai makan kita sekeluarga kan, Bu? Bagaimana dengan lamaran itu, Bu?” Ibu : “Mintarsih nampaknya belum mau bersuami, Narto.. Tapi dari pihak orang tua anak lelaki itu terus mendesak Ibu saja..” Gunarto : “Apa salahnya, Bu? Mereka uangnya banyak!” Ibu : “Ah... uang, Narto?” Gunarto : “Maaf Bu... bukan maksud aku mau menjual adik sendiri.. Ah... aku jadi mata duitan.... yah, mungkin karena hidup yang penuh penderitaan ini...” Ibu : “Ayahmu seorang hartawan yang mempunyai tanah dan kekayaan yang sangat banyak, mewah di waktu kami kawin dulu. Tetapi kemudian... seperti pokok yang ditiup angin kencang...buahnya gugur....karena......Uang Narto! Tidak Narto, tidak...aku tidak mau terkena dua kali, aku tidak mau adikmu bersuamikan seorang hartawan, tidak...cukuplah aku saja sendiri. Biarlah ia hidup sederhana. Mintarsih mestilah bersuamikan orang yang berbudi tinggi, mesti, mesti...” Penyebab konflik dalam kutipan naskah drama tersebut adalah....

Bacalah kutipan drama berikut untuk menjawab soal nomor 28 dan 29!
Gunarto    : “Ibu masih berfikir lagi...”
Ibu            : “Malam Hari Raya, Narto. Dengarlah suara bedug itu bersahut-sahutan. Pada malam hari raya seperti inilah Ayahmu pergi dengan tidak meninggalkan sepatah katapun.”
Gunarto    : “Ayah......”
Ibu            : “Keesokan harinya Hari Raya, selesai salat ku ampuni dosanya...”
Gunarto    : “Kenapa masih Ibu ingat lagi masa yang lampau itu? Mengingat orang yang sudah tidak ingat lagi kepada kita”
Ibu            : “Aku merasa bahwa ia masih ingat kepada kita.”
Gunarto    : “Mintarsih kemana, Bu?”
Ibu            : “Mintarsih keluar tadi mengantarkan jahitan, Narto.”
Gunarto    : “Mintarsih masih juga mengambil upah jahitan, Bu? Bukankah seharusnya ia tidak usah lagi membanting tulang sekarang?”
Ibu            : “Biarlah Narto. Karena kalau ia sudah kawin nanti, kepandaiannya itu tidak sia-sia nanti.”
Gunarto    : “Sebenarnya Ibu mau mengatakan kalau penghasilanku tidak cukup untuk membiayai makan kita sekeluarga kan, Bu? Bagaimana dengan lamaran itu, Bu?”
Ibu            : “Mintarsih nampaknya belum mau bersuami, Narto.. Tapi dari pihak orang tua anak lelaki itu terus mendesak Ibu saja..”
Gunarto    : “Apa salahnya, Bu? Mereka uangnya banyak!”
Ibu            : “Ah... uang, Narto?”
Gunarto    : “Maaf Bu... bukan maksud aku mau menjual adik sendiri.. Ah... aku jadi mata duitan.... yah, mungkin karena hidup yang penuh penderitaan ini...”
Ibu            : “Ayahmu seorang hartawan yang mempunyai tanah dan kekayaan yang sangat banyak, mewah di waktu kami kawin dulu. Tetapi kemudian... seperti pokok yang ditiup angin kencang...buahnya gugur....karena......Uang Narto! Tidak Narto, tidak...aku tidak mau terkena dua kali, aku tidak mau adikmu bersuamikan seorang hartawan, tidak...cukuplah aku saja sendiri. Biarlah ia hidup sederhana. Mintarsih mestilah bersuamikan orang yang berbudi tinggi, mesti, mesti...”
 

Penyebab konflik dalam kutipan naskah drama tersebut adalah....

  1. Gunarto ingin adiknya menerima lamaran orang kaya.

  2. kemiskinan yang menimpa keluarga Ibu dan Gunarto.

  3. penghasilan Gunarto tidak mencukupi kebutuhan keluarga.

  4. trauma yang dialami Ibu, yakni menikah dengan laki-laki kaya.

  5. Mintarsih menolak lamaran dari keluarga kaya.

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

05

:

59

:

00

Klaim

Iklan

R. Trihandayani

Master Teacher

Jawaban terverifikasi

Pembahasan

Konflik dalam kutipan drama tersebut adalah perdebatan antara Gunarto dan Ibunya. Gunarto menginginkan Mintarsih menerima lamaran dari keluarga kaya, sedangkan tidak dengan Ibunya. Hal ini karena Ibunya trauma menikah dengan laki-laki kaya yang pada akhirnya pergi meninggalkan dirinya dan anak-anaknya. Jawaban yang tepat adalah D.

Konflik dalam kutipan drama tersebut adalah perdebatan antara Gunarto dan Ibunya. Gunarto menginginkan Mintarsih menerima lamaran dari keluarga kaya, sedangkan tidak dengan Ibunya. Hal ini karena Ibunya trauma menikah dengan laki-laki kaya yang pada akhirnya pergi meninggalkan dirinya dan anak-anaknya. Jawaban yang tepat adalah D.

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

22

Iklan

Pertanyaan serupa

Bacalah penggalan teks drama di bawah ini untuk soal nomor 25, 26, dan 27! (1) Di bawah pohon beringin, Sarmi membuka dagangannya, nasi rames. Jakun Tugimin turun naik. Ususnya terasa terpilin. (2) ...

1

0.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia