Iklan

Iklan

Pertanyaan

Bacalah kutipan cerpen berikut ! [1] Pak Tua Rina Lizza ”Hei, jangan melamun! Pikirkan akan ke mana kita hari ini.” Sebuah suara mengusik lamunanku. Dengan enggan kuangkat badanku dan berjalan terseok-seok mengikuti langkah pria yang tadi membentakku. Kata orang, dia bekas konglomerat. Tak ada yang tahu nama aslinya. Hanya saja, orang-orang memanggilnya dengan sebutan Pak Tua. ”Pak, memangnya kita mau ke mana sekarang?” suaraku terdengar parau, seperti habis dicekik. Aku nyaris tak mengenali suaraku sendiri. Kutunggu jawaban Pak Tua, tapi yang kudengar hanya helaan napasnya. ”Aku tak tahu,” ujarnya enggan. Kutatap punggungnya dari belakang, dekat, tetapi terasa amat jauh. Aku selalu merasa ia adalah orang tua yang kesepian. Di balik asap rokoknya kutemukan tatapan kosong dan raut penuh kesedihan. Walau begitu, aku tak pernah berani bertanya masa lalunya sebab aku pun punya masa lalu yang tak bisa kujelaskan. Akhir-akhir ini, kami selalu bangun lebih awal, kata Pak Tua, sekarang ini jika tidak rajin kita akan tersikut pendatang baru. Selain itu, kami sengaja berlatih beberapa bait puisi dan lagu baru yang sedang in . Untuk anak tujuh tahun sepertiku, bukan hal sulit untuk menghafal beberapa lagu sekaligus. Lagi pula selagi aku masih balita, ibu selalu mengajariku menghafal ayat-ayat kitab suci sehingga aku telah terbiasa menghafal. [2] Andong Mbah No Cerpen Yudhi Herwibowo Nama aslinya Surono, tapi biasa dipanggil Mbah No. Sejak lama saya sudah mengenalnya. Mungkin sejak duduk di kelas 1 SD, sekitar 15 tahun lalu. Mbah No adalah penarik andong. Maka itulah, ibu meminta Mbah No agar mau mengantar jemput saya sekolah setiap hari. Memang tak hanya saya sendiri, tapi bersama-sama beberapa anak tetangga lainnya yang kebetulan satu sekolah. Tak heran, hampir 3 tahun lamanya, saya selalu naik andong Mbah No. Saya baru berhenti ketika ayah membelikan saya sepeda BMX. Akan tetapi, selama 3 tahun itu, walau mungkin ada beberapa anak yang selalu bersama saya, tapi saya rasa, sayalah yang paling dekat dengan Mbah No. Mungkin karena rumah kami yang tepat berbelakangan. Jadi, saya selalu dijemput pertama kali dan diantar terakhir kali. Sungguh, saya menyukai Mbah No. Terutama saat dia bercerita. Termasuk cerita tentang si Pekik, kuda yang selalu mengangkut kami ini. Biasanya sambil bercerita, Mbah No membiarkan saya memegang kendali si Pekik berikut pecutnya sekaligus. Tapi dulu itu, saya tak pernah punya keberanian memecut si Pekik. Saya hanya berteriak-teriak menyuruh kuda hitam itu berlari cepat dan Mbah No akan terkekeh di samping saya. Bagi saya, sepertinya ia sudah menjadi ayah kedua. Mungkin ini berlebihan, tapi banyak kejadian yang membuat pikiran itu terlintas di kepala saya. Seperti saat saya pertama kali berantem, Mbah No-lah yang pertama memeluk saya karena Anton Gendut menonjok mata saya hingga bengkak. Perbedaan latar yang terlihat dalam kutipan cerpen tersebut adalah….

Bacalah kutipan cerpen berikut !

[1] Pak Tua

Rina Lizza

”Hei, jangan melamun! Pikirkan akan ke mana kita hari ini.” Sebuah suara mengusik lamunanku. Dengan enggan kuangkat badanku dan berjalan terseok-seok mengikuti langkah pria yang tadi membentakku.

Kata orang, dia bekas konglomerat. Tak ada yang tahu nama aslinya. Hanya saja, orang-orang memanggilnya dengan sebutan Pak Tua.

”Pak, memangnya kita mau ke mana sekarang?” suaraku terdengar parau, seperti habis dicekik. Aku nyaris tak mengenali suaraku sendiri. Kutunggu jawaban Pak Tua, tapi yang kudengar hanya helaan napasnya.

”Aku tak tahu,” ujarnya enggan. Kutatap punggungnya dari belakang, dekat, tetapi terasa amat jauh. Aku selalu merasa ia adalah orang tua yang kesepian. Di balik asap rokoknya kutemukan tatapan kosong dan raut penuh kesedihan. Walau begitu, aku tak pernah berani bertanya masa lalunya sebab aku pun punya masa lalu yang tak bisa kujelaskan.

Akhir-akhir ini, kami selalu bangun lebih awal, kata Pak Tua, sekarang ini jika tidak rajin kita akan tersikut pendatang baru. Selain itu, kami sengaja berlatih beberapa bait puisi dan lagu baru yang sedang in. Untuk anak tujuh tahun sepertiku, bukan hal sulit untuk menghafal beberapa lagu sekaligus. Lagi pula selagi aku masih balita, ibu selalu mengajariku menghafal ayat-ayat kitab suci sehingga aku telah terbiasa menghafal.

 

[2] Andong Mbah No

Cerpen Yudhi Herwibowo

Nama aslinya Surono, tapi biasa dipanggil Mbah No. Sejak lama saya sudah mengenalnya. Mungkin sejak duduk di kelas 1 SD, sekitar 15 tahun lalu. Mbah No adalah penarik andong. Maka itulah, ibu meminta Mbah No agar mau mengantar jemput saya sekolah setiap hari. Memang tak hanya saya sendiri, tapi bersama-sama beberapa anak tetangga lainnya yang kebetulan satu sekolah.

Tak heran, hampir 3 tahun lamanya, saya selalu naik andong Mbah No. Saya baru berhenti ketika ayah membelikan saya sepeda BMX. Akan tetapi, selama 3 tahun itu, walau mungkin ada beberapa anak yang selalu bersama saya, tapi saya rasa, sayalah yang paling dekat dengan Mbah No. Mungkin karena rumah kami yang tepat berbelakangan. Jadi, saya selalu dijemput pertama kali dan diantar terakhir kali.

Sungguh, saya menyukai Mbah No. Terutama saat dia bercerita. Termasuk cerita tentang si Pekik, kuda yang selalu mengangkut kami ini. Biasanya sambil bercerita, Mbah No membiarkan saya memegang kendali si Pekik berikut pecutnya sekaligus. Tapi dulu itu, saya tak pernah punya keberanian memecut si Pekik. Saya hanya berteriak-teriak menyuruh kuda hitam itu berlari cepat dan Mbah No akan terkekeh di samping saya.

Bagi saya, sepertinya ia sudah menjadi ayah kedua. Mungkin ini berlebihan, tapi banyak kejadian yang membuat pikiran itu terlintas di kepala saya. Seperti saat saya pertama kali berantem, Mbah No-lah yang pertama memeluk saya karena Anton Gendut menonjok mata saya hingga bengkak.

 

Perbedaan latar yang terlihat dalam kutipan cerpen tersebut adalah….

  1. Cerpen 1 menampilkan latar suasana yang lebih hangat daripada cerpen 2.

  2. Cerpen 2 menonjolkan latar tempat dan waktu, sedangkan cerpen 1 menekankan latar suasana.

  3. Cerpen 1 menampilkan panorama desa, sementara cerpen 2 memperlihatkan suasana kota

  4. Cerpen 2 lebih menunjukkan fenomena urban daripada cerpen 1

  5. Latar suasana di kedua cerpen hanya dibedakan atas pernyataan yang disampaikan para tokohnya.

Iklan

R. Indriani

Master Teacher

Mahasiswa/Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jawaban terverifikasi

Iklan

Pembahasan

Cerpen 1 lebih menunjukkan latar suasana yang muram, sebagaimana ditunjukkan pada kalimat “ Di balik asap rokoknya kutemukan tatapan kosong dan raut penuh kesedihan ” yang memperkuat kesan tersebut. Sementara itu, cerpen 2 menonjolkan latar tempat yang diperlihatkan lewat kalimat “Mungkin karena rumah kami yang tepat berbelakangan” dan latar waktu yang ditunjukkan oleh kalimat “ Mungkin sejak duduk di kelas 1 SD, sekitar 15 tahun lalu. Mbah No adalah penarik andong ”.

Cerpen 1 lebih menunjukkan latar suasana yang muram, sebagaimana ditunjukkan pada kalimat “Di balik asap rokoknya kutemukan tatapan kosong dan raut penuh kesedihan” yang memperkuat kesan tersebut. Sementara itu, cerpen 2 menonjolkan latar tempat yang diperlihatkan lewat kalimat “Mungkin karena rumah kami yang tepat berbelakangan” dan latar waktu yang ditunjukkan oleh kalimat “Mungkin sejak duduk di kelas 1 SD, sekitar 15 tahun lalu. Mbah No adalah penarik andong”.

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

1

07. Bella Putri Pradani

Pembahasan tidak menjawab soal

Ghina

Jawaban tidak sesuai

Iklan

Iklan

Pertanyaan serupa

Perhatikanlah kutipan teks cerpen berikut! Perjalanan ke Jogja dengan pesawat memang hanya 1 jam. Paling dari bandara Adi Sucipto ke Kalasan, tinggal 25 menit lagi. Sayangnya, aku tak punya cukup ...

1

0.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia