Jakarta Informal Meeting (JIM), merupakan sebuah peristiwa perundigan damai antara Vietnam dan Kamboja yang terjadi pada tahun 1988-1989. Perundingan tersebut terjadi di Indonesia dan digagas oleh pemerintah Indonesia dalam upaya mendamaikan konflik Vietnam dan Kamboja yang terjadi pada tahun 1975-1992.
Terjadinya peristiwa JIM, dilatar belakangi oleh adanya konflik bersenjata antara Vietnam dan Kamboja. Kondisi tersebut tentunya dapat mengancam terjadinya krisis keamanan di Asia Tenggara. Sehingga dengan kondisi tersebut pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk mendamaikanya agar tercipta kondisi damai dan aman di kawasan.
Dengan kegigihan pemerintah Indonesia untuk mengupayakan perdamaian, organisasi ASEAN sangat mendukung upaya tersebut. Selain mendukung, ASEAN juga menunjuk Indonesia sebagai interluctor atau kawan bicara kedua belah pihak yang berkonflik sehingga dapat menjadi penjembatan komunikasi antara kedua pihak yang berkonflik. Penunjukan Indonesia sebagai interluctor, dilakukan karenakan Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan Vietnam dan Kamboja.
Dengan upaya-upaya komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sebagai interluctor-nya ASEAN, Indonesia berhasil membuat Vietnam dan Kamboja bersedia melakukan perundingan damai. Perundingan damai tersbut kemudian difasilitasi oleh pemerintah Indonesia dengan menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting (JIM).
Dengan demikian, dalam pembentukan JIM, ASEAN berperan dengan memberikan dukungan dan menunjuk Indonesia sebagai interluctor ASEAN.