Majas adalah bahasa kiasan yang digunakan penyair dalam menghidupkan gambaran/imajinasi, sehingga lebih menarik, jelas, dan hidup.
Macam-macam majas antara lain: metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totum pro parte, pertanyaan retoris, dan paradoks.
Puisi tersebut menggunakan majas personifikasi, metafora, simile, metonimi, totum pro parte, pars pro toto, pertanyaan retoris, dan hiperbola. Berikut di bawah ini penjelasan beserta bukti kutipannya.
Personifikasi adalah kiasan yang mempersamakan benda-benda mati dengan manusia yang dapat melakukan aktivitas seperti manusia. Berdasarkan kutipan: Menikung Pohon Yang Melambai Warna, Di Mana Jiwa Tak Mengingat Rumah, Angin Dingin Berderik, Kabut Putih Menghapus Mentari, Tegak Cahyanya Menusuk Citra, Pahatan Gunung Memecah Langit, Sejak Waktu Tidak Beranjak. Kata yang bercetak miring menunjukkan layaknya aktivitas manusia.
Metafora adalah kiasan bentuk perbandingan yang tidak langsung atau implisit. Berdasarkan kutipan: Kabut Putih Menghapus Mentari. Ungkapan metafora tersebut dapat dimaknai sebagai keadaan puncak gunung dengan hawa dingin atau tidak ada sinar matahari yang menembus kabut tersebut.
Simile adalah kiasan bentuk perbandingan yang secara langsung atau eksplisit, ditandai dengan diksi bagai, bak, serasa, selagu. Berdasarkan kutipan: Serasa Bertualang Di Negeri Tak Bertuan, Di Saat Hidup Serasa Sempurna. Diksi serasa berfungsi untuk membandingkan dua hal yang sebenarnya berbeda.
Metonimi adalah sebuah ungkapan yang menunjukkan pertalian dekat kata-kata yang diungkapkan dengan makna sebenarnya. Berdasarkan kutipan: Di Mana Jiwa Tak Mengingat Rumah. Kata rumah dekat dengan makna rutinitas sehari-hari.
Totum pro parte adalah ungkapan yang menyebutkan secara keseluruhan untuk menyebut sebagian. Berdasarkan kutipan: Di Celah Kaki-Kaki Menjejak Karya-Karyanya. Diksi Karya-Karyanya adalah hanya menyebutkan keindahan alam yang menjadi bagian dari keseluruhan ciptaan-Nya.
Pars pro toto adalah ungkapan yang menyebutkan secara sebagian untuk menyebut keseluruhan. Berdasarkan kutipan: Kabut Putih Menghapus Mentari. Diksi Kabut Putih digunakan untuk mewakili hamparan pemandangan puncak bukit.
Pertanyaan retoris adalah ungkapan yang berbentuk pertanyaan, namun sebenarnya tidak memerlukan jawaban. Berdasarkan kutipan: Di Manakah Aku Berada?. Baris tersebut digunakan untuk memberikan efek retoris yang menyentuh pembaca, baik secara rasional maupun emosional.
Hiperbola adalah ungkapan yang dilebih-lebihkan dan berfungsi menekankan maknanya. Berdasarkan kutipan: Sunyi Sepi Tak Beriak. Baris tersebut menggambarkan keadaan yang sangat hening sekaligus tenang. Kata sunyi, sepi, dan tak beriak sesungguhnya memiliki makna yang sama, yaitu tidak ada suara dan tenang. Akan tetapi, kata tersebut digunakan dalam satu baris untuk menekankan suasana hening dan tenang.
Dengan demikian jawaban yang tepat adalah puisi tersebut menggunakan majas personifikasi, metafora, simile, metonimi, totum pro parte, pars pro toto, pertanyaan retoris, dan hiperbola.