Wjsheue W

18 Juli 2024 15:50

Iklan

Wjsheue W

18 Juli 2024 15:50

Pertanyaan

Total asset PT. Mbel Guedhezz sebesar Rp 95 juta, dimana pajak yang berlaku 10%. Perusahaan memperkirakan revenue yang akan diterima tahun depan disesuaikan dengan kondisi perekonomian yang ada. EBIT tahun 2011 sebesar Rp 20 juta dengan ps 0,5, Rp 15 juta dengan ps 0,10 Rp 18,5 juta dengan ps 0,3 dan Rp 15 juta dengan ps 0,65. Hitunglah : return from equity, deviasi standar dan coeffisient of variation.

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

04

:

50

:

01

Klaim

1

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Kevin L

Gold

19 Juli 2024 01:06

Jawaban terverifikasi

Informasi dari gambar: * Total aset: Rp 95 juta * Pajak: 10% * Perkiraan pendapatan tahun depan: * Rp 20 juta (probabilitas 0,5) * Rp 15 juta (probabilitas 0,1) * Rp 18,5 juta (probabilitas 0,3) * Rp 15 juta (probabilitas 0,65) Perhitungan: 1. Return on Equity (ROE) ROE adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas pemegang saham. Dalam kasus ini, ekuitas pemegang saham sama dengan total aset dikurangi pajak. Jadi, ekuitas pemegang saham adalah: Ekuitas pemegang saham = Total aset - Pajak = Rp 95 juta - (10% * Rp 95 juta) = Rp 85,5 juta Untuk menghitung ROE, kita perlu menghitung laba bersih terlebih dahulu. Laba bersih dihitung dengan cara: Laba bersih = Pendapatan - Biaya Pendapatan dapat dihitung dengan cara: Pendapatan = (Pendapatan 1 * Probabilitas 1) + (Pendapatan 2 * Probabilitas 2) + ... + (Pendapatan n * Probabilitas n) Dalam kasus ini, pendapatan adalah: Pendapatan = (Rp 20 juta * 0,5) + (Rp 15 juta * 0,1) + (Rp 18,5 juta * 0,3) + (Rp 15 juta * 0,65) = Rp 18 juta Biaya tidak diketahui dari gambar. Oleh karena itu, kita tidak dapat menghitung laba bersih secara pasti. Namun, kita dapat menghitung ROE minimum dan maksimum dengan asumsi bahwa biaya adalah 0 dan pendapatan adalah maksimum. ROE minimum adalah: ROE minimum = Laba bersih minimum / Ekuitas pemegang saham = Rp 18 juta / Rp 85,5 juta = 0,211 (atau 21,1%) ROE maksimum adalah: ROE maksimum = Laba bersih maksimum / Ekuitas pemegang saham = Rp 20 juta / Rp 85,5 juta = 0,234 (atau 23,4%) 2. Deviasi Standar Deviasi standar adalah ukuran variabilitas data. Dalam kasus ini, data yang ingin kita hitung deviasi standarnya adalah pendapatan. Deviasi standar dapat dihitung dengan cara: Deviasi standar = √(Σ(Xi - μ)² * Pi) Dimana: * Xi adalah nilai pendapatan ke-i * μ adalah rata-rata pendapatan * Pi adalah probabilitas pendapatan ke-i Rata-rata pendapatan dapat dihitung dengan cara: μ = Σ(Xi * Pi) Dalam kasus ini, rata-rata pendapatan adalah: μ = (Rp 20 juta * 0,5) + (Rp 15 juta * 0,1) + (Rp 18,5 juta * 0,3) + (Rp 15 juta * 0,65) = Rp 18 juta Deviasi standar minimum dan maksimum dapat dihitung dengan cara: Deviasi standar minimum = √(Σ(Xi - μ)² * Pi) Deviasi standar maksimum = √(Σ(Xi - μ)² * Pi) Dimana: * Xi adalah nilai pendapatan ke-i * μ adalah rata-rata pendapatan minimum dan maksimum * Pi adalah probabilitas pendapatan ke-i 3. Koefisien Variasi Koefisien variasi adalah ukuran variabilitas data relatif terhadap rata-rata. Koefisien variasi dapat dihitung dengan cara: Koefisien variasi = Deviasi standar / Rata-rata Koefisien variasi minimum dan maksimum dapat dihitung dengan cara: Koefisien variasi minimum = Deviasi standar minimum / Rata-rata minimum Koefisien variasi maksimum = Deviasi standar maksimum / Rata-rata maksimum Kesimpulan: * ROE: Minimum 21,1%, Maksimum 23,4% * Deviasi standar: Minimum, Maksimum * Koefisien variasi: Minimum, Maksimum Perlu diingat bahwa perhitungan di atas hanya berdasarkan informasi yang tersedia dari gambar. Untuk perhitungan yang lebih akurat, diperlukan informasi lebih lanjut tentang biaya dan probabilitas pendapatan.


Iklan

Nanda R

Community

27 Juli 2024 09:17

<p>Untuk menghitung Return on Equity (ROE), deviasi standar (standar deviasi), dan koefisien variasi (coefficient of variation), kita akan melalui beberapa langkah:</p><p>### Data yang Diberikan:<br>- Total aset PT. Mbel Guedhezz: Rp 95 juta<br>- Pajak: 10%<br>- EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) tahun 2011:<br>&nbsp;- Rp 20 juta dengan probabilitas 0,5<br>&nbsp;- Rp 15 juta dengan probabilitas 0,10<br>&nbsp;- Rp 18,5 juta dengan probabilitas 0,3<br>&nbsp;- Rp 15 juta dengan probabilitas 0,65</p><p>**Catatan:** Probabilitas total tidak sesuai dengan 1 (0,5 + 0,10 + 0,3 + 0,65 = 1,55), jadi sepertinya ada kesalahan. Akan tetapi, kita akan menggunakan data yang ada untuk perhitungan.</p><p>### Langkah 1: Menghitung ROE (Return on Equity)</p><p>1. **Hitung Pendapatan Bersih (Net Income) Setelah Pajak untuk Setiap Kasus:**</p><p>&nbsp; - **Kasus 1: EBIT = Rp 20 juta**<br>&nbsp; &nbsp; - Pajak = 10% x Rp 20 juta = Rp 2 juta<br>&nbsp; &nbsp; - Pendapatan Bersih = Rp 20 juta - Rp 2 juta = Rp 18 juta</p><p>&nbsp; - **Kasus 2: EBIT = Rp 15 juta**<br>&nbsp; &nbsp; - Pajak = 10% x Rp 15 juta = Rp 1,5 juta<br>&nbsp; &nbsp; - Pendapatan Bersih = Rp 15 juta - Rp 1,5 juta = Rp 13,5 juta</p><p>&nbsp; - **Kasus 3: EBIT = Rp 18,5 juta**<br>&nbsp; &nbsp; - Pajak = 10% x Rp 18,5 juta = Rp 1,85 juta<br>&nbsp; &nbsp; - Pendapatan Bersih = Rp 18,5 juta - Rp 1,85 juta = Rp 16,65 juta</p><p>&nbsp; - **Kasus 4: EBIT = Rp 15 juta**<br>&nbsp; &nbsp; - Pajak = 10% x Rp 15 juta = Rp 1,5 juta<br>&nbsp; &nbsp; - Pendapatan Bersih = Rp 15 juta - Rp 1,5 juta = Rp 13,5 juta</p><p>2. **Hitung Equity (Ekuitas):**<br>&nbsp; - Total aset: Rp 95 juta<br>&nbsp; - Tidak ada informasi tentang utang, jadi kita asumsikan seluruh aset adalah ekuitas (untuk perhitungan sederhana).</p><p>3. **Hitung ROE untuk Setiap Kasus:**<br>&nbsp; - **Kasus 1:**<br>&nbsp; &nbsp; \[<br>&nbsp; &nbsp; \text{ROE} = \frac{\text{Pendapatan Bersih}}{\text{Ekuitas}} = \frac{Rp 18 juta}{Rp 95 juta} = 0,1895 \text{ atau } 18,95\%<br>&nbsp; &nbsp; \]</p><p>&nbsp; - **Kasus 2:**<br>&nbsp; &nbsp; \[<br>&nbsp; &nbsp; \text{ROE} = \frac{\text{Pendapatan Bersih}}{\text{Ekuitas}} = \frac{Rp 13,5 juta}{Rp 95 juta} = 0,1421 \text{ atau } 14,21\%<br>&nbsp; &nbsp; \]</p><p>&nbsp; - **Kasus 3:**<br>&nbsp; &nbsp; \[<br>&nbsp; &nbsp; \text{ROE} = \frac{\text{Pendapatan Bersih}}{\text{Ekuitas}} = \frac{Rp 16,65 juta}{Rp 95 juta} = 0,1753 \text{ atau } 17,53\%<br>&nbsp; &nbsp; \]</p><p>&nbsp; - **Kasus 4:**<br>&nbsp; &nbsp; \[<br>&nbsp; &nbsp; \text{ROE} = \frac{\text{Pendapatan Bersih}}{\text{Ekuitas}} = \frac{Rp 13,5 juta}{Rp 95 juta} = 0,1421 \text{ atau } 14,21\%<br>&nbsp; &nbsp; \]</p><p>4. **Hitung ROE Rata-rata:**<br>&nbsp; \[<br>&nbsp; \text{ROE Rata-rata} = (0,1895 \times 0,5) + (0,1421 \times 0,10) + (0,1753 \times 0,30) + (0,1421 \times 0,65)<br>&nbsp; \]<br>&nbsp; \[<br>&nbsp; \text{ROE Rata-rata} = 0,09475 + 0,01421 + 0,05259 + 0,09237 = 0,25392 \text{ atau } 25,39\%<br>&nbsp; \]</p><p>### Langkah 2: Menghitung Deviasi Standar dan Koefisien Variasi</p><p>1. **Hitung Variansi:**</p><p>&nbsp; - **Hitung Rata-Rata ROE:**<br>&nbsp; &nbsp; \[<br>&nbsp; &nbsp; \text{Rata-rata ROE} = 0,25392<br>&nbsp; &nbsp; \]</p><p>&nbsp; - **Hitung Variansi:**<br>&nbsp; &nbsp; \[<br>&nbsp; &nbsp; \text{Variansi} = \sum (\text{Probabilitas} \times (\text{ROE} - \text{Rata-rata ROE})^2)<br>&nbsp; &nbsp; \]<br>&nbsp; &nbsp; \[<br>&nbsp; &nbsp; \text{Variansi} = (0,5 \times (0,1895 - 0,25392)^2) + (0,10 \times (0,1421 - 0,25392)^2) + (0,30 \times (0,1753 - 0,25392)^2) + (0,65 \times (0,1421 - 0,25392)^2)<br>&nbsp; &nbsp; \]<br>&nbsp; &nbsp; \[<br>&nbsp; &nbsp; \text{Variansi} = (0,5 \times 0,004201) + (0,10 \times 0,012477) + (0,30 \times 0,006123) + (0,65 \times 0,012477)<br>&nbsp; &nbsp; \]<br>&nbsp; &nbsp; \[<br>&nbsp; &nbsp; \text{Variansi} = 0,0021005 + 0,0012477 + 0,0018379 + 0,008118<br>&nbsp; &nbsp; \]<br>&nbsp; &nbsp; \[<br>&nbsp; &nbsp; \text{Variansi} = 0,0133041<br>&nbsp; &nbsp; \]</p><p>&nbsp; - **Hitung Deviasi Standar:**<br>&nbsp; &nbsp; \[<br>&nbsp; &nbsp; \text{Deviasi Standar} = \sqrt{\text{Variansi}} = \sqrt{0,0133041} = 0,1154 \text{ atau } 11,54\%<br>&nbsp; &nbsp; \]</p><p>2. **Hitung Koefisien Variasi (CV):**<br>&nbsp; \[<br>&nbsp; \text{Koefisien Variasi} = \frac{\text{Deviasi Standar}}{\text{ROE Rata-rata}} = \frac{0,1154}{0,25392} = 0,4544 \text{ atau } 45,44\%<br>&nbsp; \]</p><p>### Ringkasan Hasil:<br>- **ROE Rata-rata:** 25,39%<br>- **Deviasi Standar:** 11,54%<br>- **Koefisien Variasi:** 45,44%</p><p>Ini adalah perhitungan berdasarkan data yang diberikan dengan beberapa asumsi dan perhitungan sederhana. Perhitungan ini dapat disesuaikan jika ada informasi tambahan atau perbaikan dalam data probabilitas.</p>

Untuk menghitung Return on Equity (ROE), deviasi standar (standar deviasi), dan koefisien variasi (coefficient of variation), kita akan melalui beberapa langkah:

### Data yang Diberikan:
- Total aset PT. Mbel Guedhezz: Rp 95 juta
- Pajak: 10%
- EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) tahun 2011:
 - Rp 20 juta dengan probabilitas 0,5
 - Rp 15 juta dengan probabilitas 0,10
 - Rp 18,5 juta dengan probabilitas 0,3
 - Rp 15 juta dengan probabilitas 0,65

**Catatan:** Probabilitas total tidak sesuai dengan 1 (0,5 + 0,10 + 0,3 + 0,65 = 1,55), jadi sepertinya ada kesalahan. Akan tetapi, kita akan menggunakan data yang ada untuk perhitungan.

### Langkah 1: Menghitung ROE (Return on Equity)

1. **Hitung Pendapatan Bersih (Net Income) Setelah Pajak untuk Setiap Kasus:**

  - **Kasus 1: EBIT = Rp 20 juta**
    - Pajak = 10% x Rp 20 juta = Rp 2 juta
    - Pendapatan Bersih = Rp 20 juta - Rp 2 juta = Rp 18 juta

  - **Kasus 2: EBIT = Rp 15 juta**
    - Pajak = 10% x Rp 15 juta = Rp 1,5 juta
    - Pendapatan Bersih = Rp 15 juta - Rp 1,5 juta = Rp 13,5 juta

  - **Kasus 3: EBIT = Rp 18,5 juta**
    - Pajak = 10% x Rp 18,5 juta = Rp 1,85 juta
    - Pendapatan Bersih = Rp 18,5 juta - Rp 1,85 juta = Rp 16,65 juta

  - **Kasus 4: EBIT = Rp 15 juta**
    - Pajak = 10% x Rp 15 juta = Rp 1,5 juta
    - Pendapatan Bersih = Rp 15 juta - Rp 1,5 juta = Rp 13,5 juta

2. **Hitung Equity (Ekuitas):**
  - Total aset: Rp 95 juta
  - Tidak ada informasi tentang utang, jadi kita asumsikan seluruh aset adalah ekuitas (untuk perhitungan sederhana).

3. **Hitung ROE untuk Setiap Kasus:**
  - **Kasus 1:**
    \[
    \text{ROE} = \frac{\text{Pendapatan Bersih}}{\text{Ekuitas}} = \frac{Rp 18 juta}{Rp 95 juta} = 0,1895 \text{ atau } 18,95\%
    \]

  - **Kasus 2:**
    \[
    \text{ROE} = \frac{\text{Pendapatan Bersih}}{\text{Ekuitas}} = \frac{Rp 13,5 juta}{Rp 95 juta} = 0,1421 \text{ atau } 14,21\%
    \]

  - **Kasus 3:**
    \[
    \text{ROE} = \frac{\text{Pendapatan Bersih}}{\text{Ekuitas}} = \frac{Rp 16,65 juta}{Rp 95 juta} = 0,1753 \text{ atau } 17,53\%
    \]

  - **Kasus 4:**
    \[
    \text{ROE} = \frac{\text{Pendapatan Bersih}}{\text{Ekuitas}} = \frac{Rp 13,5 juta}{Rp 95 juta} = 0,1421 \text{ atau } 14,21\%
    \]

4. **Hitung ROE Rata-rata:**
  \[
  \text{ROE Rata-rata} = (0,1895 \times 0,5) + (0,1421 \times 0,10) + (0,1753 \times 0,30) + (0,1421 \times 0,65)
  \]
  \[
  \text{ROE Rata-rata} = 0,09475 + 0,01421 + 0,05259 + 0,09237 = 0,25392 \text{ atau } 25,39\%
  \]

### Langkah 2: Menghitung Deviasi Standar dan Koefisien Variasi

1. **Hitung Variansi:**

  - **Hitung Rata-Rata ROE:**
    \[
    \text{Rata-rata ROE} = 0,25392
    \]

  - **Hitung Variansi:**
    \[
    \text{Variansi} = \sum (\text{Probabilitas} \times (\text{ROE} - \text{Rata-rata ROE})^2)
    \]
    \[
    \text{Variansi} = (0,5 \times (0,1895 - 0,25392)^2) + (0,10 \times (0,1421 - 0,25392)^2) + (0,30 \times (0,1753 - 0,25392)^2) + (0,65 \times (0,1421 - 0,25392)^2)
    \]
    \[
    \text{Variansi} = (0,5 \times 0,004201) + (0,10 \times 0,012477) + (0,30 \times 0,006123) + (0,65 \times 0,012477)
    \]
    \[
    \text{Variansi} = 0,0021005 + 0,0012477 + 0,0018379 + 0,008118
    \]
    \[
    \text{Variansi} = 0,0133041
    \]

  - **Hitung Deviasi Standar:**
    \[
    \text{Deviasi Standar} = \sqrt{\text{Variansi}} = \sqrt{0,0133041} = 0,1154 \text{ atau } 11,54\%
    \]

2. **Hitung Koefisien Variasi (CV):**
  \[
  \text{Koefisien Variasi} = \frac{\text{Deviasi Standar}}{\text{ROE Rata-rata}} = \frac{0,1154}{0,25392} = 0,4544 \text{ atau } 45,44\%
  \]

### Ringkasan Hasil:
- **ROE Rata-rata:** 25,39%
- **Deviasi Standar:** 11,54%
- **Koefisien Variasi:** 45,44%

Ini adalah perhitungan berdasarkan data yang diberikan dengan beberapa asumsi dan perhitungan sederhana. Perhitungan ini dapat disesuaikan jika ada informasi tambahan atau perbaikan dalam data probabilitas.


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Andi adalah karyawan pada perusahaan PT. ABC dengan status menikah dan mempunyai tiga anak. Istri Andi merupakan juga merupakan pegawai di perusahaan tersebut. Andi menerima gaji Rp 7.000.000 per bulan. PT. ABC mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan membayarkan iuran pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan sebesar 1% dari perhitungan gaji, yakni senilai Rp 70.000 per bulan. Di samping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua (JHT) karyawannya setiap bulan sebesar 3% dari gaji, sedangkan Andi membayar iuran (JHT) setiap bulan sebesar 2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK) dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing sebesar 0,1% dan 0,3% dari gaji. Pada tahun tersebut, di samping menerima pembayaran gaji, Andi juga menerima THR sebanyak 1 bulan gaji dan bonus Rp. 3.000.000,- Berapakah PPH 21 yang harus dibayar Andi?

1

0.0

Jawaban terverifikasi

MRT, Moda Baru untuk Harapan Baru Jumat, 3 November 2017 16:40 WIB Jakarta (ANTARA News) - Boks girder terakhir telah terpasang di jalur Layang MRT di Jalan Kartini, Jakarta Selatan pada 31 Oktober Lalu. Pemasangan boks girder terakhir itu menandakan bahwa jalur Layang MRT sudah seluruhnya tersambung dari Lebak Bulus sampai Bundaran Hotel Indonesia (HI). Artinya, penantian masyarakat untuk segera menikmati moda transportasi baru di Indonesia itu tidak Lama Lagi. Direktur PT MRT Jakarta, William Sabandar, mengatakan bahwa sa at i ni progres kontruksi proyek Tahap I MRT sudah mencapai 83,07 persen, dengan rincian untuk struktur Layang sudah sampai 7 4,64 persen, sementara untuk struktur bawah tanah sebesar 91,57 persen. Total panjang jalur Layang itu sendiri, yaitu 9,8 kilometer yang akan melewati Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR). Karena itu, menurut dia, diperlukan jenis pembangunan jembatan khusus atau special bn"dge sepanjang 174,5 meter yang akan dibangun dengan menggunakan metode balance cantilever. Ia optimistis pada akhir tahun ini progres akan mencapai 90 persen, artinya target penyelesaian seluruh konstruksi Tahap I pada Juli 2018 bisa tercapai. "Target 90 person sampai akhir tahun karena kereta akan datang pada tahun depan," kata William. Terkait status pembebasan lahan di Jalan Fatmawati, yakni di area Stasiun Cipete dan Stasiun Haji Nadi, saat ini masih menunggu dokumen putusan dari kasasi Mahkamah Agung, namun pemilik lahan Rashmee Mahesh Laimalani sudah mengizinkan MRT melaksanakan kegiatan konstruksi per 20 Oktober 2017. Selain itu, pemilik lahan Heriyantomo juga sudah mengizinkan MRT melaksanakan pekerjaan per 26 Oktober 2017. Pemberian izin tersebut setidaknya memberikan ruang gerak yang lebih leluasa agar proyek Tahap I MRT bisa segera rampung. "Kami harap tanah lain bisa dieksekusi agar bisa selesai," ujarnya. "Sehingga, pekerjaan selanjutnya bisa terfokus untuk depo dan stasiun, di mana terdapat tujuh stasiun layang dan enam stasiun bawah tanah." Terkait faktor keamanan dan keselamatan, Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim menuturkan saat ini pihaknya telah memasang pintu khusus untuk mencegah masuknya air ketika musim hujan yang berpotensi menimbulkan genangan di stasiun bawah tanah. Dari 13 stasiun, sedikitnya empat stasiun yang lokasinya dinilai lebih rendah akan dipasang empat pintu khusus tersebut. "Pintu itu berfungsi untuk mencegah air yang masuk, telah dipasang diem pat stasiun karena setelah kita cek, daerahnya lebih rendah," kata Silvia. Dia mengatakan pihaknya juga telah menyiapkan alat pemadam kebakaran serta pengajuan agar sepanjang jalur MRT menjadi kawasan objek vital guna menadapatkan pengamanan khusus untuk menangkal dari ancaman kejahatan. "Dikebut" Sebagaimana hasil pertemuan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang di Tokyo beberapa waktu lalu bahwa Pemerintah Jepang ingin proyek Tahap I MRT diakselerasi. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo, sedangkan delegasi Jepang dipimpin oleh Wakil Menteri untuk Hubungan Internasional Kementerian Tanah, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata, Hiroshi Narahira. Pemerintah Jepang menginginkan adanya akselerasi guna penerapan teknologi yang diharapkan bisa dilaksanakan sesuai target pada Desember 2017. Bukan hanya karena penerapan teknologi, melainkan juga terkait pembayaran pinjaman yang juga akan dilakukan pada Desember 2017. Investasi Proyek MRT Tahap I itu sendiri bernilai Rp16 trilliun . Menanggapi hal tersebut, Sugihardjo menyampaikan bahwa Kementerian Perhubungan sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak, namun karena adanya penyesuaian harga akibat adanya perubahan desain dan perpanjangan waktu konstruksi, maka perlu dilakukan inspeksi terlebih dahulu oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Namun, diyakini target pembayaran bulan Desember 2017 dapat terpenuhi. Sedangkan untuk pembangunan jalur KA MRT lintas Utara-Selatan tahap II dan MRT lintas Timur-Barat, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan akselerasi. Pihak Indonesia juga menyampaikan bahwa untuk skema finansial pada pembangunan MRT lintas Utara-Selatan tahap II, pembagian antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta akan sama dengan skema MRT lintas Utara-Selatan tahap I di mana Pemerintah Pusat akan menanggung *beban sebesar 49 persen dan Pemerintah DKI Jakarta akan menanggung *beban sebesar 51 persen. Selain kerja sama bidang intrastruktur, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang juga akan bekerja sama bidang perangkat lunak yaitu terkait dengan penyiapan regulasi dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) bidang perkeretaapian khususnya untuk teknologi MRT dan LRT. Terkait hal itu, William menyebutkan pihaknya juga sudah menyiapkan SDM yang dikerahkan untuk pengoperasian MRT Jakarta, yaitu per 25 Oktober 2017 telah melatih 32 calon masinis dan 63 orang stat perawatan. "Agar Berkelanjutan" Berdasarkan Perjanjian Penyelenggaraan Prasarana Angkutan Umum Massal Kereta Api (Mass Rapid Transit) Nomor 22 Than 2017, PT MRT Jakarta telah ditunjuk sebagai penyelenggara saran yang meliputi pembangunan, pengoperasian, perawatan, pengusahaan, serta penyelenggaraan kawasan berbasis transportasi (TOD). Perjanjian Penyelenggaraan Prasarana MRT diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selama 30 tahun sejak tanggal penetapan izin dan data diperpanjang untuk setiap kali waktu dengan durasi terlama 20 tahun. Menurut Komisaris MRT Jakarta yang juga menjabat sebagai Stat Ahli Bidang Teknologi, Lingkungan dan Energi Kementerian Perhubungan, Prasetyo Boeditjahjono, dengan adanya penugasan tersebut, maka akan menciptakan persaingan usaha yang sehat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2017 tentang Perkeretaapian yang mengamanatkan salah satunya, yaitu multioperator. Pasalnya, saat ini PT Kereta Api Indonesia melalui anak perusahaannya PT KAI Communuter Indonesia sudah kewalahan menampung 1,1 juta orang setiap harinya. "Karena itu, dibutuhkan alternatit selain agar penumpang bisa beralih ke moda lain, juga perusahaan bisa lebih kompetitit, " kata Mantan Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan itu. Namun, untuk menarik penumpang beralih moda ke MRT dan mencapai target keterisian (ridership) sebanyak 173.000 orang per harinya, dibutuhkan penghitungan tarit yang sesuai. Direktur Keuangan MRT Jakarta Tuhiyat menyebutkan hitungan tarit, yaitu tidak lebih dari satu hingga 1,5 dolar AS, tau Rp13.000-Rp20.000, namun itu belum termasuk suntikan subsidi atau PSO dari Pemprov DKI Jakarta. Kalau idealnya Rp lO.OOO, artinya Pemda DKI harus memberikan PSO sekitar Rp8.000, kalau Rp12.000 subsidinya Rp6.000," katanya. Dongkrak dengan TOD Menurut, Guru Besar Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Danang Parikesit agar bisnis transportasi bisa berkelanjutan, maka suatu perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan pendapatan dari tiket. Berkaca dari pengoperasian Mass Transit Railway (MTR) Hong Kong yang dinilai salah satu yang paling sukses di Asia, karena mengembangkan k(lwasan TOD di titik-titik stasiunnya. Sebuah studi, lanjut Danang, juga menunjukkan bahwa potensi terbesar MRT adalah pada kemampuan membangun wilayah. Pada awal pengoperasian MTR Hong Kong pada 1980-1990, menunjukkan kerugian, namun seiring dengan berkembangnya pembangunan TOD di kawasan sekitar stasiun, keuntungan yang didapat dari situ meroket dalam 10 tahun dan semakin jauh melampaui laba dari perusahaannya sendiri. "Artinya, kalaupun MTR Hong Kong ini menggratiskan penumpangnya, mereka masih untung," katanya. Padahal, MTR di sana tidak disubsidi dan harga tiket antarstasiun hanya sekitar Rp2 .500, meskipun pendapatan rata-rata penduduk Hong Kong lima sampai enam kali penduduk Jakarta. "Artinya bagaimana mengembalikan investasi MRT Jakarta Rp16 trilliun itu menjadi dua kali lipatnya yaitu Rp32 triliun, salah satu caranya, yaitu dengan TOD," ujar dia. Oanang mengatakan, dengan dikembangkannya TOD, peran moda transportasi lebih dari sekadar memindahkan orang, tetapi juga mendongkrak perekonomian daerah. PT MRT Jakarta sendiri telah ditugaskan untuk mengembangkan TOD Fase I berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 140 Tahun 2017. Seperti yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 182 Tahun 2012 tentang Panduan Rancang Kota (PRK) Pengembangan Koridor MRT Jakarta Tahap 1 bahwa seluruh kawasan di sekitar stasiun MRT Jakarta Tahap 1 akan menjadi kawasan TOD. Terdapat dua rencana induk yang MRT Jakarta persiapkan, yaitu Fase I yang meliputi Dukuh Atas, Blok M-Sisingamangaraja, Koridor Fatmawati Raya (Cipete, Blok A dan Haji Nawi) dan Fatmawati. Sementara itu, untuk Fast II, di antaranya Bundara HI, Setiabudi, Bendungan Hilir dan Istora-Senayan. Diharapkan dengan hadirnya MRT, tidak hanya menjadi alternatif moda yang turut serta mengurai kemacetan Ibukota, tetapi juga mempercepat gerak roda perekonomian negara. (Oleh Juwita Trisna Rahayu, Editor: Gilang Galiartha, COPYRIGHT © ANTARA 2017) 12. Kerjakan tugas-tugas berikut ini secara mandiri! d. Identifikasi informasi-informasi yang merupakan fakta!

1

1.0

Jawaban terverifikasi

Transaksi yang terjadi selama bulan Desember 2021 sebagai berikut: Des 1 Ubuy menginvestasikan uang tunai Rp 50.000.000,00 sebagai modal awal. Des 2 Dibeli peralatan service dari Toko Muda seharga Rp 16.000.000,00. Dibayar tunai Rp4.000.000,00 dan sisanya akan dibayar dalam tiga kali angsuran. Des 3 Dibayar sewa kantor sebesar Rp 4.800.000,00 untuk masa sewa 1 tahun. Des 7 Dibeli tunai perlengkapan service seharga Rp 4.000.000,00 Des 10 Dibayar premi asuransi untuk masa 1 tahun sebesar Rp 600.000,00 Des 15 Diterima pendapatan Jasa Service untuk 2 minggu pertama sebesar Rp 4.400.000,00 Des 16 Dibayar rekening listrik, air dan telepon sebesar Rp 400.000,00 Des 20 Dibayar gaji pegawai sebesar Rp 3.000.000,00 Des 22 Dibayar iklan pada sebuah surat kabar hanan umum Suara Mereka Rp 600.000,00 Des 23 Dikirim Faktur No. 015 kepada PT. SEJAHTERA untuk pekerjaan yang telah diselesaikan seharga Rp 4.000.000,00. Pembayaran dalam 10 hari setelah tanggal faktur. Des 26 Diterima tunai dari PT. SEJAHTERA untuk pembayaran pertama atas Faktur No. 015. sebesar Rp2.000.000 Des 28 Dikirim Faktur No. 016 Kepada PT. SUKA CITA untuk jasa service yang telah diselesaikan dengan harga kontrak Rp 8.000.000,00. Sebagai pembayaran, diterima tunai sebesar Rp 5.000.000,00 sisanya akan dibayar kemudian. Des 29 Diterima uang tunai untuk pekerjaan yang telah diselesaikan pada minggu ketiga dan keempat sebesar Rp 8.200.000,00 Des 30 Dibayar gaji pegawai tengah bulan terakhir Rp 5.000.000.00 dan macam-macam beban sebesar Rp400.000 Des 30 Dibavar tunai biaya perbaikan peralatan sebesar Rp 300.000.00 Des 31 Diambil uang tunai deh Ubuy sebesar Rp 2.000.000,00 untuk keperluan pribadinya. Des 31 Dibayar angsuran utang kepada Toko Muda sebesar Rp 4.000.000,00 Diminta: a. Catatlah transaksi diatas ke dalam Jurnal Umum

130

5.0

Jawaban terverifikasi

MRT, Moda Baru untuk Harapan Baru Jumat, 3 November 2017 16:40 WIB Jakarta (ANTARA News) - Boks girder terakhir telah terpasang di jalur Layang MRT di Jalan Kartini, Jakarta Selatan pada 31 Oktober Lalu. Pemasangan boks girder terakhir itu menandakan bahwa jalur Layang MRT sudah seluruhnya tersambung dari Lebak Bulus sampai Bundaran Hotel Indonesia (HI). Artinya, penantian masyarakat untuk segera menikmati moda transportasi baru di Indonesia itu tidak Lama Lagi. Direktur PT MRT Jakarta, William Sabandar, mengatakan bahwa sa at i ni progres kontruksi proyek Tahap I MRT sudah mencapai 83,07 persen, dengan rincian untuk struktur Layang sudah sampai 7 4,64 persen, sementara untuk struktur bawah tanah sebesar 91,57 persen. Total panjang jalur Layang itu sendiri, yaitu 9,8 kilometer yang akan melewati Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR). Karena itu, menurut dia, diperlukan jenis pembangunan jembatan khusus atau special bridge sepanjang 174,5 meter yang akan dibangun dengan menggunakan metode balance cantilever. Ia optimistis pada akhir tahun ini progres akan mencapai 90 persen, artinya target penyelesaian seluruh konstruksi Tahap I pada Juli 2018 bisa tercapai. "Target 90 person sampai akhir tahun karena kereta akan datang pada tahun depan," kata William. Terkait status pembebasan lahan di Jalan Fatmawati, yakni di area Stasiun Cipete dan Stasiun Haji Nadi, saat ini masih menunggu dokumen putusan dari kasasi Mahkamah Agung, namun pemilik lahan Rashmee Mahesh Laimalani sudah mengizinkan MRT melaksanakan kegiatan konstruksi per 20 Oktober 2017. Selain itu, pemilik lahan Heriyantomo juga sudah mengizinkan MRT melaksanakan pekerjaan per 26 Oktober 2017. Pemberian izin tersebut setidaknya memberikan ruang gerak yang lebih leluasa agar proyek Tahap I MRT bisa segera rampung. "Kami harap tanah lain bisa dieksekusi agar bisa selesai," ujarnya. "Sehingga, pekerjaan selanjutnya bisa terfokus untuk depo dan stasiun, di mana terdapat tujuh stasiun layang dan enam stasiun bawah tanah." Terkait faktor keamanan dan keselamatan, Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim menuturkan saat ini pihaknya telah memasang pintu khusus untuk mencegah masuknya air ketika musim hujan yang berpotensi menimbulkan genangan di stasiun bawah tanah. Dari 13 stasiun, sedikitnya empat stasiun yang lokasinya dinilai lebih rendah akan dipasang empat pintu khusus tersebut. "Pintu itu berfungsi untuk mencegah air yang masuk, telah dipasang diem pat stasiun karena setelah kita cek, daerahnya lebih rendah," kata Silvia. Dia mengatakan pihaknya juga telah menyiapkan alat pemadam kebakaran serta pengajuan agar sepanjang jalur MRT menjadi kawasan objek vital guna menadapatkan pengamanan khusus untuk menangkal dari ancaman kejahatan. "Dikebut" Sebagaimana hasil pertemuan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang di Tokyo beberapa waktu lalu bahwa Pemerintah Jepang ingin proyek Tahap I MRT diakselerasi. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo, sedangkan delegasi Jepang dipimpin oleh Wakil Menteri untuk Hubungan Internasional Kementerian Tanah, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata, Hiroshi Narahira. Pemerintah Jepang menginginkan adanya akselerasi guna penerapan teknologi yang diharapkan bisa dilaksanakan sesuai target pada Desember 2017. Bukan hanya karena penerapan teknologi, melainkan juga terkait pembayaran pinjaman yang juga akan dilakukan pada Desember 2017. Investasi Proyek MRT Tahap I itu sendiri bernilai Rp16 trilliun . Menanggapi hal tersebut, Sugihardjo menyampaikan bahwa Kementerian Perhubungan sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak, namun karena adanya penyesuaian harga akibat adanya perubahan desain dan perpanjangan waktu konstruksi, maka perlu dilakukan inspeksi terlebih dahulu oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Namun, diyakini target pembayaran bulan Desember 2017 dapat terpenuhi. Sedangkan untuk pembangunan jalur KA MRT lintas Utara-Selatan tahap II dan MRT lintas Timur-Barat, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan akselerasi. Pihak Indonesia juga menyampaikan bahwa untuk skema finansial pada pembangunan MRT lintas Utara-Selatan tahap II, pembagian antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta akan sama dengan skema MRT lintas Utara-Selatan tahap I di mana Pemerintah Pusat akan menanggung *beban sebesar 49 persen dan Pemerintah DKI Jakarta akan menanggung *beban sebesar 51 persen. Selain kerja sama bidang intrastruktur, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang juga akan bekerja sama bidang perangkat lunak yaitu terkait dengan penyiapan regulasi dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) bidang perkeretaapian khususnya untuk teknologi MRT dan LRT. Terkait hal itu, William menyebutkan pihaknya juga sudah menyiapkan SDM yang dikerahkan untuk pengoperasian MRT Jakarta, yaitu per 25 Oktober 2017 telah melatih 32 calon masinis dan 63 orang stat perawatan. "Agar Berkelanjutan" Berdasarkan Perjanjian Penyelenggaraan Prasarana Angkutan Umum Massal Kereta Api (Mass Rapid Transit) Nomor 22 Than 2017, PT MRT Jakarta telah ditunjuk sebagai penyelenggara saran yang meliputi pembangunan, pengoperasian, perawatan, pengusahaan, serta penyelenggaraan kawasan berbasis transportasi (TOD). Perjanjian Penyelenggaraan Prasarana MRT diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selama 30 tahun sejak tanggal penetapan izin dan data diperpanjang untuk setiap kali waktu dengan durasi terlama 20 tahun. Menurut Komisaris MRT Jakarta yang juga menjabat sebagai Stat Ahli Bidang Teknologi, Lingkungan dan Energi Kementerian Perhubungan, Prasetyo Boeditjahjono, dengan adanya penugasan tersebut, maka akan menciptakan persaingan usaha yang sehat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2017 tentang Perkeretaapian yang mengamanatkan salah satunya, yaitu multioperator. Pasalnya, saat ini PT Kereta Api Indonesia melalui anak perusahaannya PT KAI Communuter Indonesia sudah kewalahan menampung 1,1 juta orang setiap harinya. "Karena itu, dibutuhkan alternatit selain agar penumpang bisa beralih ke moda lain, juga perusahaan bisa lebih kompetitit, " kata Mantan Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan itu. Namun, untuk menarik penumpang beralih moda ke MRT dan mencapai target keterisian (ridership) sebanyak 173.000 orang per harinya, dibutuhkan penghitungan tarit yang sesuai. Direktur Keuangan MRT Jakarta Tuhiyat menyebutkan hitungan tarif, yaitu tidak lebih dari satu hingga 1,5 dolar AS, tau Rp13.000-Rp20.000, namun itu belum termasuk suntikan subsidi atau PSO dari Pemprov DKI Jakarta. Kalau idealnya Rp lO.OOO, artinya Pemda DKI harus memberikan PSO sekitar Rp8.000, kalau Rp12.000 subsidinya Rp6.000," katanya. Dongkrak dengan TOD Menurut, Guru Besar Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Danang Parikesit agar bisnis transportasi bisa berkelanjutan, maka suatu perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan pendapatan dari tiket. Berkaca dari pengoperasian Mass Transit Railway (MTR) Hong Kong yang dinilai salah satu yang paling sukses di Asia, karena mengembangkan k(lwasan TOD di titik-titik stasiunnya. Sebuah studi, lanjut Danang, juga menunjukkan bahwa potensi terbesar MRT adalah pada kemampuan membangun wilayah. Pada awal pengoperasian MTR Hong Kong pada 1980-1990, menunjukkan kerugian, namun seiring dengan berkembangnya pembangunan TOD di kawasan sekitar stasiun, keuntungan yang didapat dari situ meroket dalam 10 tahun dan semakin jauh melampaui laba dari perusahaannya sendiri. "Artinya, kalaupun MTR Hong Kong ini menggratiskan penumpangnya, mereka masih untung," katanya. Padahal, MTR di sana tidak disubsidi dan harga tiket antarstasiun hanya sekitar Rp2 .500, meskipun pendapatan rata-rata penduduk Hong Kong lima sampai enam kali penduduk Jakarta. "Artinya bagaimana mengembalikan investasi MRT Jakarta Rp16 trilliun itu menjadi dua kali lipatnya yaitu Rp32 triliun, salah satu caranya, yaitu dengan TOD," ujar dia. Oanang mengatakan, dengan dikembangkannya TOD, peran moda transportasi lebih dari sekadar memindahkan orang, tetapi juga mendongkrak perekonomian daerah. PT MRT Jakarta sendiri telah ditugaskan untuk mengembangkan TOD Fase I berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 140 Tahun 2017. Seperti yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 182 Tahun 2012 tentang Panduan Rancang Kota (PRK) Pengembangan Koridor MRT Jakarta Tahap 1 bahwa seluruh kawasan di sekitar stasiun MRT Jakarta Tahap 1 akan menjadi kawasan TOD. Terdapat dua rencana induk yang MRT Jakarta persiapkan, yaitu Fase I yang meliputi Dukuh Atas, Blok M-Sisingamangaraja, Koridor Fatmawati Raya (Cipete, Blok A dan Haji Nawi) dan Fatmawati. Sementara itu, untuk Fast II, di antaranya Bundara HI, Setiabudi, Bendungan Hilir dan Istora-Senayan. Diharapkan dengan hadirnya MRT, tidak hanya menjadi alternatif moda yang turut serta mengurai kemacetan Ibukota, tetapi juga mempercepat gerak roda perekonomian negara. (Oleh Juwita Trisna Rahayu, Editor: Gilang Galiartha, COPYRIGHT © ANTARA 2017) 12. Kerjakan tugas-tugas berikut ini secara mandiri! b. Identifikasi permasalahan yang mendasari penulisan artikel tersebut!

6

0.0

Jawaban terverifikasi