Callysta N

11 September 2024 12:44

Iklan

Callysta N

11 September 2024 12:44

Pertanyaan

tolong jwb ya semua nya

tolong jwb ya semua nya

alt

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

01

:

14

:

22

:

44

Klaim

1

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Hanna H

12 September 2024 05:49

Jawaban terverifikasi

<p>Kasus yang melibatkan Nenek Sugenis ini memberikan sudut pandang yang menarik mengenai penerapan nilai-nilai Pancasila dalam konteks keadilan, kepastian, dan manfaat. Mari kita analisis masing-masing aspek tersebut:</p><p>### 1. Keadilan<br>Dari segi keadilan, Pancasila mengajarkan bahwa setiap individu, termasuk Nenek Sugenis, berhak diperlakukan dengan adil dan setara di hadapan hukum. Namun, dalam kasus ini, tindakan nenek tersebut tampaknya dipicu oleh kondisi kemiskinan yang mendesak. Keadilan tidak hanya mencakup aspek hukum, tetapi juga aspek sosial. Pancasila, terutama sila kedua yang menekankan kemanusiaan yang adil dan beradab, mendorong masyarakat dan pemerintah untuk mempertimbangkan latar belakang dan keadaan seseorang sebelum menjatuhkan hukuman. Kasus ini menunjukkan adanya ketidakadilan dalam penegakan hukum jika hukuman yang dijatuhkan tidak mempertimbangkan faktor kemanusiaan dan konteks sosial.</p><p>### 2. Kepastian<br>Kepastian hukum adalah salah satu prinsip penting dalam Pancasila yang diatur dalam sila keempat, yang menekankan bahwa pemerintah harus menerapkan hukum dengan konsisten dan transparan. Dalam hal ini, proses hukum yang dihadapi Nenek Sugenis menunjukkan kepastian bahwa hukum harus ditegakkan. Namun, kepastian hukum harus seimbang dengan keadilan. Jika hukum hanya diterapkan tanpa mempertimbangkan konteks dan niat di balik tindakan, maka akan ada risiko bahwa kepastian hukum dapat mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.</p><p>### 3. Manfaat<br>Dari segi manfaat, Pancasila mendorong terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Dalam kasus Nenek Sugenis, tindakan mengambil sagu dari tetangga seharusnya dilihat sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar. Pancasila mengajarkan pentingnya solidaritas dan gotong royong dalam masyarakat. Sebagai komunitas, seharusnya ada cara yang lebih baik untuk membantu Nenek Sugenis, misalnya melalui bantuan sosial atau program pemberdayaan ekonomi yang dapat mencegah situasi serupa terjadi di masa depan. Penegakan hukum yang tidak mempertimbangkan konteks sosial dapat merugikan masyarakat yang seharusnya mendapatkan dukungan dan manfaat dari sistem hukum.</p><p>### Kesimpulan<br>Kasus Nenek Sugenis mencerminkan tantangan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Keadilan, kepastian, dan manfaat harus berjalan beriringan dalam penegakan hukum dan kebijakan sosial. Penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan cara yang seimbang, sehingga dapat menciptakan keadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, dan memastikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Dalam hal ini, pendekatan yang lebih manusiawi dan proaktif dalam menangani masalah kemiskinan dan kebutuhan dasar akan lebih mencerminkan semangat Pancasila.</p>

Kasus yang melibatkan Nenek Sugenis ini memberikan sudut pandang yang menarik mengenai penerapan nilai-nilai Pancasila dalam konteks keadilan, kepastian, dan manfaat. Mari kita analisis masing-masing aspek tersebut:

### 1. Keadilan
Dari segi keadilan, Pancasila mengajarkan bahwa setiap individu, termasuk Nenek Sugenis, berhak diperlakukan dengan adil dan setara di hadapan hukum. Namun, dalam kasus ini, tindakan nenek tersebut tampaknya dipicu oleh kondisi kemiskinan yang mendesak. Keadilan tidak hanya mencakup aspek hukum, tetapi juga aspek sosial. Pancasila, terutama sila kedua yang menekankan kemanusiaan yang adil dan beradab, mendorong masyarakat dan pemerintah untuk mempertimbangkan latar belakang dan keadaan seseorang sebelum menjatuhkan hukuman. Kasus ini menunjukkan adanya ketidakadilan dalam penegakan hukum jika hukuman yang dijatuhkan tidak mempertimbangkan faktor kemanusiaan dan konteks sosial.

### 2. Kepastian
Kepastian hukum adalah salah satu prinsip penting dalam Pancasila yang diatur dalam sila keempat, yang menekankan bahwa pemerintah harus menerapkan hukum dengan konsisten dan transparan. Dalam hal ini, proses hukum yang dihadapi Nenek Sugenis menunjukkan kepastian bahwa hukum harus ditegakkan. Namun, kepastian hukum harus seimbang dengan keadilan. Jika hukum hanya diterapkan tanpa mempertimbangkan konteks dan niat di balik tindakan, maka akan ada risiko bahwa kepastian hukum dapat mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

### 3. Manfaat
Dari segi manfaat, Pancasila mendorong terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Dalam kasus Nenek Sugenis, tindakan mengambil sagu dari tetangga seharusnya dilihat sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar. Pancasila mengajarkan pentingnya solidaritas dan gotong royong dalam masyarakat. Sebagai komunitas, seharusnya ada cara yang lebih baik untuk membantu Nenek Sugenis, misalnya melalui bantuan sosial atau program pemberdayaan ekonomi yang dapat mencegah situasi serupa terjadi di masa depan. Penegakan hukum yang tidak mempertimbangkan konteks sosial dapat merugikan masyarakat yang seharusnya mendapatkan dukungan dan manfaat dari sistem hukum.

### Kesimpulan
Kasus Nenek Sugenis mencerminkan tantangan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Keadilan, kepastian, dan manfaat harus berjalan beriringan dalam penegakan hukum dan kebijakan sosial. Penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan cara yang seimbang, sehingga dapat menciptakan keadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, dan memastikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Dalam hal ini, pendekatan yang lebih manusiawi dan proaktif dalam menangani masalah kemiskinan dan kebutuhan dasar akan lebih mencerminkan semangat Pancasila.


Callysta N

12 September 2024 13:28

terimakasi kak

Iklan

Rendi R

Community

21 September 2024 23:29

Jawaban terverifikasi

<p>Berdasarkan kasus Nenek Sugeni yang digambarkan sebagai orang miskin yang terpaksa mengambil sagu milik tetangganya untuk kebutuhan makan, dan kemudian menjalani hukuman 6 bulan penjara, kita dapat melihat aspek <strong>keadilan</strong>, <strong>kepastian</strong>, dan <strong>manfaat</strong> dalam pandangan Pancasila sebagai berikut:</p><p>1. <strong>Aspek Keadilan</strong></p><ul><li><strong>Pancasila Sila ke-5:</strong> <i>Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia</i>.<ul><li>Dari sisi keadilan, seharusnya pertimbangan diberikan berdasarkan kondisi sosial ekonomi Nenek Sugeni yang memang dalam keadaan terpaksa karena kelaparan. Penerapan hukum yang adil harus mempertimbangkan latar belakang sosial dan ekonomi seseorang, tidak hanya menitikberatkan pada pelanggaran hukum secara formal.</li><li>Dalam hal ini, tindakan mengambil sagu tidak dilakukan karena keinginan kriminal, melainkan karena keadaan yang sangat mendesak. Keadilan seharusnya mencerminkan keseimbangan antara hukum dan perikemanusiaan. Hukuman yang berat untuk situasi seperti ini bisa dinilai tidak adil.</li></ul></li></ul><p>2. <strong>Aspek Kepastian Hukum</strong></p><ul><li><strong>Pancasila Sila ke-2:</strong> <i>Kemanusiaan yang adil dan beradab</i>.<ul><li>Kepastian hukum penting untuk memastikan bahwa setiap warga negara diperlakukan sama di mata hukum. Namun, hukum tidak boleh kaku dan mengabaikan kemanusiaan. Dalam kasus ini, penerapan hukum terhadap Nenek Sugeni bisa jadi menimbulkan pertanyaan tentang apakah proses hukum sudah mempertimbangkan asas kemanusiaan.</li><li>Kepastian hukum harus dijalankan, tetapi dalam konteks ini, hukuman penjara untuk seseorang yang hanya mengambil bahan makanan untuk bertahan hidup mungkin tidak mencerminkan aspek kemanusiaan yang adil dan beradab.</li></ul></li></ul><p>3. <strong>Aspek Manfaat</strong></p><ul><li><strong>Pancasila Sila ke-1 dan ke-3:</strong> <i>Ketuhanan Yang Maha Esa</i> dan <i>Persatuan Indonesia</i>.<ul><li>Hukuman yang dijatuhkan harus mempertimbangkan manfaat bagi individu dan masyarakat. Menahan seseorang yang miskin dan kelaparan selama 6 bulan justru bisa menjadi kontraproduktif, baik bagi Nenek Sugeni maupun bagi masyarakat sekitar.</li><li>Dalam hal ini, alangkah lebih bermanfaat jika penegakan hukum dilakukan dengan cara yang lebih memanusiakan, misalnya dengan memberi pembinaan atau dukungan sosial bagi Nenek Sugeni. Ini akan lebih membawa manfaat bagi persatuan dan kesejahteraan sosial masyarakat, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.</li></ul></li></ul><p>Kesimpulan</p><p>Kasus Nenek Sugeni memperlihatkan bahwa meskipun hukum harus ditegakkan (aspek kepastian), penerapannya harus tetap memperhatikan keadilan sosial dan kemanusiaan. Penegakan hukum dalam kasus ini bisa lebih mengedepankan aspek manfaat dan kemanusiaan daripada hukuman yang bersifat formalistik. Keadilan yang sebenarnya harus bisa memberikan solusi yang tidak hanya mematuhi aturan, tetapi juga mengakomodasi kondisi individu yang berada dalam situasi yang sulit.</p>

Berdasarkan kasus Nenek Sugeni yang digambarkan sebagai orang miskin yang terpaksa mengambil sagu milik tetangganya untuk kebutuhan makan, dan kemudian menjalani hukuman 6 bulan penjara, kita dapat melihat aspek keadilan, kepastian, dan manfaat dalam pandangan Pancasila sebagai berikut:

1. Aspek Keadilan

  • Pancasila Sila ke-5: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
    • Dari sisi keadilan, seharusnya pertimbangan diberikan berdasarkan kondisi sosial ekonomi Nenek Sugeni yang memang dalam keadaan terpaksa karena kelaparan. Penerapan hukum yang adil harus mempertimbangkan latar belakang sosial dan ekonomi seseorang, tidak hanya menitikberatkan pada pelanggaran hukum secara formal.
    • Dalam hal ini, tindakan mengambil sagu tidak dilakukan karena keinginan kriminal, melainkan karena keadaan yang sangat mendesak. Keadilan seharusnya mencerminkan keseimbangan antara hukum dan perikemanusiaan. Hukuman yang berat untuk situasi seperti ini bisa dinilai tidak adil.

2. Aspek Kepastian Hukum

  • Pancasila Sila ke-2: Kemanusiaan yang adil dan beradab.
    • Kepastian hukum penting untuk memastikan bahwa setiap warga negara diperlakukan sama di mata hukum. Namun, hukum tidak boleh kaku dan mengabaikan kemanusiaan. Dalam kasus ini, penerapan hukum terhadap Nenek Sugeni bisa jadi menimbulkan pertanyaan tentang apakah proses hukum sudah mempertimbangkan asas kemanusiaan.
    • Kepastian hukum harus dijalankan, tetapi dalam konteks ini, hukuman penjara untuk seseorang yang hanya mengambil bahan makanan untuk bertahan hidup mungkin tidak mencerminkan aspek kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Aspek Manfaat

  • Pancasila Sila ke-1 dan ke-3: Ketuhanan Yang Maha Esa dan Persatuan Indonesia.
    • Hukuman yang dijatuhkan harus mempertimbangkan manfaat bagi individu dan masyarakat. Menahan seseorang yang miskin dan kelaparan selama 6 bulan justru bisa menjadi kontraproduktif, baik bagi Nenek Sugeni maupun bagi masyarakat sekitar.
    • Dalam hal ini, alangkah lebih bermanfaat jika penegakan hukum dilakukan dengan cara yang lebih memanusiakan, misalnya dengan memberi pembinaan atau dukungan sosial bagi Nenek Sugeni. Ini akan lebih membawa manfaat bagi persatuan dan kesejahteraan sosial masyarakat, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Kesimpulan

Kasus Nenek Sugeni memperlihatkan bahwa meskipun hukum harus ditegakkan (aspek kepastian), penerapannya harus tetap memperhatikan keadilan sosial dan kemanusiaan. Penegakan hukum dalam kasus ini bisa lebih mengedepankan aspek manfaat dan kemanusiaan daripada hukuman yang bersifat formalistik. Keadilan yang sebenarnya harus bisa memberikan solusi yang tidak hanya mematuhi aturan, tetapi juga mengakomodasi kondisi individu yang berada dalam situasi yang sulit.


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Pada masa Orde Baru melakukan Penyeragaman Ideologi Pancasila, mengapa perlu dilakukan?

7

0.0

Jawaban terverifikasi