Rafi R

20 April 2024 09:04

Iklan

Iklan

Rafi R

20 April 2024 09:04

Pertanyaan

Tolong jawab pertanyaan ini Soal untuk and a 1. BANYAK KOLEKSI BUKU DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH. DISAJIKAN DENGAN DIAGRAM DI SAMPING. JIKA JUMLAH BUKU SELURUHNYA 1.800 BUAH, BERAPA BANYAK BUKU BACAAN ADALAH ? PELAJARAN UMUM 40 % PELAJARAN AGAMA 25 BUKU LAIN LAIN 15 % BUKU BACAAN ? TOLONG DIJAWAB SOALNYA GURU KU PEMARAH SEMALAM AKU DIPUKUL PAKAI PENGGARIS MIRIP PERANG DI KEPALAKU AKU BERDARAH SEDIKIT LALU AKU BERPURA PURA ALASAN KE AYAH IBUKU KALO AKU TERTABRAK TIHANG LISTRIK TOLONG JAWAB NANTI SAYA KASIH UANG YANG SANGAT BANYAAAKKK

Tolong jawab pertanyaan ini

Soal untuk anda

1. BANYAK KOLEKSI BUKU DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH. DISAJIKAN DENGAN DIAGRAM DI SAMPING. JIKA JUMLAH BUKU SELURUHNYA 1.800 BUAH, BERAPA BANYAK BUKU BACAAN ADALAH ?

PELAJARAN UMUM 40 % 

PELAJARAN AGAMA 25

BUKU LAIN LAIN 15 %

BUKU BACAAN ?

TOLONG DIJAWAB SOALNYA GURU KU PEMARAH SEMALAM AKU DIPUKUL PAKAI PENGGARIS MIRIP PERANG DI KEPALAKU AKU BERDARAH SEDIKIT LALU AKU BERPURA PURA ALASAN KE AYAH IBUKU KALO AKU TERTABRAK TIHANG LISTRIK

TOLONG JAWAB NANTI SAYA KASIH UANG YANG SANGAT BANYAAAKKK


13

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

Mercon M

Community

20 April 2024 22:54

Jawaban terverifikasi

<p>Jadi banyak buku bacaan adalah 360 buku.</p><p>&nbsp;</p><p>Pembahasan:</p><ul><li>Buku bacaan secara persen&nbsp;</li></ul><p>= 100% - (40% + 25% + 15%)</p><p>= 100% - 80%</p><p>= 20%</p><p>&nbsp;</p><ul><li>Banyak buku bacaan</li></ul><p>Jumlah buku × persen buku bacaan</p><p>= 1800 × 20%</p><p>= 1800 × 0,2</p><p>= 360 buku</p><p>&nbsp;</p><p>Semoga membantu!</p><p>&nbsp;</p>

Jadi banyak buku bacaan adalah 360 buku.

 

Pembahasan:

  • Buku bacaan secara persen 

= 100% - (40% + 25% + 15%)

= 100% - 80%

= 20%

 

  • Banyak buku bacaan

Jumlah buku × persen buku bacaan

= 1800 × 20%

= 1800 × 0,2

= 360 buku

 

Semoga membantu!

 


Iklan

Iklan

ItsmeJacky I

03 Mei 2024 09:45

Jawaban terverifikasi

<ol><li>Tentukan jumlah buku seluruhnya: 1.800 buah.</li><li>Hitung jumlah buku pelajaran agama: 25% dari 1.800 =</li></ol><p>0.25×1.800=4500.25×1.800=450</p><ol><li>buah.</li><li>Hitung jumlah buku pelajaran umum: 40% dari 1.800 =</li></ol><p>0.40×1.800=7200.40×1.800=720</p><ol><li>buah.</li><li>Hitung jumlah buku lain-lain: 15% dari 1.800 =</li></ol><p>0.15×1.800=2700.15×1.800=270</p><ol><li>buah.</li></ol><p>Sekarang, kita dapat menghitung jumlah buku bacaan dengan mengurangkan total buku pelajaran agama, buku pelajaran umum, dan buku lain-lain dari jumlah buku seluruhnya:</p><p>Jumlah&nbsp;buku&nbsp;bacaan=Jumlah&nbsp;buku&nbsp;seluruhnya−(Buku&nbsp;pelajaran&nbsp;agama+Buku&nbsp;pelajaran&nbsp;umum+Buku&nbsp;lain-lain)Jumlah&nbsp;buku&nbsp;bacaan=Jumlah&nbsp;buku&nbsp;seluruhnya−(Buku&nbsp;pelajaran&nbsp;agama+Buku&nbsp;pelajaran&nbsp;umum+Buku&nbsp;lain-lain)</p><p>Jumlah&nbsp;buku&nbsp;bacaan=1.800−(450+720+270)=1.800−1.440=360Jumlah&nbsp;buku&nbsp;bacaan=1.800−(450+720+270)=1.800−1.440=360</p><p>Jadi, banyak buku bacaan di perpustakaan adalah <strong>360 buah.</strong></p>

  1. Tentukan jumlah buku seluruhnya: 1.800 buah.
  2. Hitung jumlah buku pelajaran agama: 25% dari 1.800 =

0.25×1.800=4500.25×1.800=450

  1. buah.
  2. Hitung jumlah buku pelajaran umum: 40% dari 1.800 =

0.40×1.800=7200.40×1.800=720

  1. buah.
  2. Hitung jumlah buku lain-lain: 15% dari 1.800 =

0.15×1.800=2700.15×1.800=270

  1. buah.

Sekarang, kita dapat menghitung jumlah buku bacaan dengan mengurangkan total buku pelajaran agama, buku pelajaran umum, dan buku lain-lain dari jumlah buku seluruhnya:

Jumlah buku bacaan=Jumlah buku seluruhnya−(Buku pelajaran agama+Buku pelajaran umum+Buku lain-lain)Jumlah buku bacaan=Jumlah buku seluruhnya−(Buku pelajaran agama+Buku pelajaran umum+Buku lain-lain)

Jumlah buku bacaan=1.800−(450+720+270)=1.800−1.440=360Jumlah buku bacaan=1.800−(450+720+270)=1.800−1.440=360

Jadi, banyak buku bacaan di perpustakaan adalah 360 buah.


lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Menyewakan Buku Oleh Afifa Sausan Namaku Andin. Aku suka membaca. Aku membaca apa saja, komik, buku cerita, majalah, dan lain-lain setiap hari. Di rumah, aku mempunyai banyak koleksi buku. lbuku juga senang sekali membaca buku berkata bahwa membaca buku berarti membuka jendela pengetahuan. Kita bisa pintar bila banyak membaca. Karena bukuku sudah banyak jumlahnya, ibuku menyarankan supaya aku membawa buku-buku ke sekolah untuk disewakan pada teman-tema kebetulan di sekolahku belum ada perpustakaan, sementara teman-temanku di sekolah suka membaca juga. Akan tetapi, tidak semua temanku mampu membeli buku. Suatu hari aku memberanikan diri membawa buku-bukuku ke sekolah Aduh, mula-mula aku malu sekali. Aku takut ditolak dan diejek. Buku aku sewakan dengan harga bermacam-macam. Ada yang Rp1oo,oo; Rp 2oo,oo; Rp3 oo,oo; dan Rp4oo,oo. Untuk buku yang tebal aku sewakan Rpsoo,oo. Ternyata teman-temanku menyambut gembira. Banyak yang menyewa bukuku. Aku senang sekali karena usahaku berhasil . Bukuku laku keras. Setiap hari aku membawa pulang uang hasil usaha sewa buku. Dalam satu hari kadang aku mendapat Rp3 .000,00, hingga Rp 4.ooo,oo, tetapi kalau lagi sepi aku hanya membawa pulang Rp1 .ooo,oo. Bahkan, pernah dalam sehari bukuku tidak laku sama sekai. Aku jadi sedih, tetapi ibuku selalu memberiku semangat. lbuku bilang, aku tidak boleh putus asa. lni adalah latihan bagiku untuk membiasakan diri berwirausaha dari kecil. Oh iya, aku selalu memberikan hasil usaha sewa buku kepada ibuku. Tidak pernah hasilnya kubuat jajan. (Dikutip dengan pengubahan dari Kompas Anak) Bagaimana pengalaman Andin waktu pertama kali meny�wakan buku di sekolah?

22

5.0

Jawaban terverifikasi

Menyewakan Buku Oleh Afifa Sausan Namaku Andin. Aku suka membaca. Aku membaca apa saja, komik, buku cerita, majalah, dan lain-lain setiap hari. Di rumah, aku mempunyai banyak koleksi buku. lbuku juga senang sekali membaca buku berkata bahwa membaca buku berarti membuka jendela pengetahuan. Kita bisa pintar bila banyak membaca. Karena bukuku sudah banyak jumlahnya, ibuku menyarankan supaya aku membawa buku-buku ke sekolah untuk disewakan pada teman-tema kebetulan di sekolahku belum ada perpustakaan, sementara teman-temanku di sekolah suka membaca juga. Akan tetapi, tidak semua temanku mampu membeli buku. Suatu hari aku memberanikan diri membawa buku-bukuku ke sekolah Aduh, mula-mula aku malu sekali. Aku takut ditolak dan diejek. Buku aku sewakan dengan harga bermacam-macam. Ada yang Rp1oo,oo; Rp 2oo,oo; Rp3 oo,oo; dan Rp4oo,oo. Untuk buku yang tebal aku sewakan Rpsoo,oo. Ternyata teman-temanku menyambut gembira. Banyak yang menyewa bukuku. Aku senang sekali karena usahaku berhasil . Bukuku laku keras. Setiap hari aku membawa pulang uang hasil usaha sewa buku. Dalam satu hari kadang aku mendapat Rp3 .000,00, hingga Rp 4.ooo,oo, tetapi kalau lagi sepi aku hanya membawa pulang Rp1 .ooo,oo. Bahkan, pernah dalam sehari bukuku tidak laku sama sekai. Aku jadi sedih, tetapi ibuku selalu memberiku semangat. lbuku bilang, aku tidak boleh putus asa. lni adalah latihan bagiku untuk membiasakan diri berwirausaha dari kecil. Oh iya, aku selalu memberikan hasil usaha sewa buku kepada ibuku. Tidak pernah hasilnya kubuat jajan. (Dikutip dengan pengubahan dari Kompas Anak) Apa kata penting yang pernah diucapkan lbu tentang membaca?

1

5.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

Menyewakan Buku Oleh Afifa Sausan Namaku Andin. Aku suka membaca. Aku membaca apa saja, komik, buku cerita, majalah, dan lain-lain setiap hari. Di rumah, aku mempunyai banyak koleksi buku. lbuku juga senang sekali membaca buku berkata bahwa membaca buku berarti membuka jendela pengetahuan. Kita bisa pintar bila banyak membaca. Karena bukuku sudah banyak jumlahnya, ibuku menyarankan supaya aku membawa buku-buku ke sekolah untuk disewakan pada teman-tema kebetulan di sekolahku belum ada perpustakaan, sementara teman-temanku di sekolah suka membaca juga. Akan tetapi, tidak semua temanku mampu membeli buku. Suatu hari aku memberanikan diri membawa buku-bukuku ke sekolah Aduh, mula-mula aku malu sekali. Aku takut ditolak dan diejek. Buku aku sewakan dengan harga bermacam-macam. Ada yang Rp1oo,oo; Rp 2oo,oo; Rp3 oo,oo; dan Rp4oo,oo. Untuk buku yang tebal aku sewakan Rpsoo,oo. Ternyata teman-temanku menyambut gembira. Banyak yang menyewa bukuku. Aku senang sekali karena usahaku berhasil . Bukuku laku keras. Setiap hari aku membawa pulang uang hasil usaha sewa buku. Dalam satu hari kadang aku mendapat Rp3 .000,00, hingga Rp 4.ooo,oo, tetapi kalau lagi sepi aku hanya membawa pulang Rp1 .ooo,oo. Bahkan, pernah dalam sehari bukuku tidak laku sama sekai. Aku jadi sedih, tetapi ibuku selalu memberiku semangat. lbuku bilang, aku tidak boleh putus asa. lni adalah latihan bagiku untuk membiasakan diri berwirausaha dari kecil. Oh iya, aku selalu memberikan hasil usaha sewa buku kepada ibuku. Tidak pernah hasilnya kubuat jajan. (Dikutip dengan pengubahan dari Kompas Anak) Mengapa lbu menyarankan agar Andin menyewakan buku?

15

5.0

Jawaban terverifikasi

Kenangan dari Guru Matematika Bel masuk berbunyi. Semua bergegas menuju kelas masing-masing. Halaman sekolah yang tadi ramai, mendadak menjadi sepi. Kini, semua anak telah masuk ruang kelas. Beberapa tampak langsung duduk di bangku masing-masing. Namun, ada juga yang bergerombol melanjutkan cerita mereka yang belum usai, sebelum guru datang. Aku sendiri asyik membaca buku novel petualangan yang beberapa hari yang lalu aku pinjam dari perpustakaan. Hari ini jadwalku mengembalikan buku itu. Tapi, masih beberapa Iembar tersisa. Mumpung ada waktu luang, kusempatkan menuntaskan membaca novel itu. Sepuluh menit berlalu. Rio yang berdiri di dekat pintu mengamati suasana, tiba-tiba berteriak. "Pak Usman datang .. .! Pak Usman datang .. .!" Suasana kembali gaduh. Masing-masing saling dorong untuk bisa duduk di bangku mereka. Pak Usman masuk kelas sambil membawa setumpukkoran. Beberapa murid tampak saling memandang dan berbisik, Untuk apa sih, Pak Usman bawa koran? "Selamat pagi, Anak-Anak!" Pa k Usman memecah keheningan kelas sambil meletakkan tas dan koran-koran itu di atas meja guru. "Selamat pagi, Pak!" jawab murid-murid serentak. Pandanga n Pak Usman menyapu seluruh sudut kelas. Tak ada satu pun yang luput dari perhatiannya. Setelah memastikan tidak ada siswa yang absen, beliau segera mengambil tumpukan koran yang tadi diletakkan nya di atas meja. Kemudian, beliau membagikan satu per satu koran-koran tersebut di setiap meja. Tidak ada yang gaduh. Suasana tetap tenang. "Bagi yang tidak mendapatkan, mohon bergabung dengan temannya” begitulah perintah Pak Usman setelah membagikan semua koran tersebut. "Bapak beri waktu sekitar 10 menit, silakan kalian baca salah satu berita atau artikel pada koran tersebut!" Aku tidak tahu apa maksud Pak Usman, pada hal pelajaran mesti nya Matematika, tapi kenapa beliau memerintahkan untuk membaca koran. Tetapi, tida k satu pun ya ng berani memba ntah. Semua menerima koran yang dibagikan Pa k Usman kemudian masing-masing serius membaca Iembar demi lembar mencari berita. Pikiran mereka hampir sama, janganjangan, Pak Usman akan mengajukan pertanyaan tentang isi berita di koran itu. "Apakah kalian sudah selesai membaca?" tanya Pak Usman memecah keheningan. "Sudah, Pak!" jawab murid-murid dengan kompak. "Baiklah, ka lau sudah, silakan kalian lipat kembali koran itu, letakkan di samping meja. Kita akan memulai pelajaran hari ini. "Semua yang memegang koran langsung mengemasi korannya dan meletakkan di meja masingmasing. Semua diam dan penuh tanda tanya, apa yang akan disampaikan Pak Usman selanjutnya. "Semua sudah siap menerima pelajaran hari ini?" "Siap, Pak!" semua menjawab dengan kompak. "Tolong buka buku Matematika kalian, ya itu tentang konsep himpunan” Semua murid patuh pada perintah Pak Usman. Meskipun sebelumnya mereka dipenuhi tanda tanya tentang koran-koran yang dibagikan Pak Usman, tapi kemudian mereka fokus lagi pada pelajaran utama Matematika. "Sebelum kita mulai pelajaran tentang himpu nan, ada yang ingin bertanya?" Pa k Usman menatap satu per satu murid-muridnya. "Kalian tahu, kenapa tadi Bapak membagikan korankoran itu kepada kalian?" lanjut Pa k Usman. Refleks, aku mengangkat tanganku. "Ya, Sinta” "Agar kami semua membaca koran itu, Pak” jawabku. Sontak semua ternan meneriakiku dengan kor "huuu" yang pa njang. "Ya, iyalah. Masak koran u ntu k dipakai alas tidur!"teriak Bono di barisan ku rsi pa ling belakang. Uh, malu rasanya. "Baiklah, terima kasih Sinta. Anak-Anak, apa yang dikatakan Sinta memang tidak salah. Tadi, Bapak memang menyuruh kalian membaca koran itu. Tetapi, sebena rnya maksud Bapak bukan sekadar meminta kalian untuk membaca, melainkan agar ka lian lebih fokus dan konsentrasi” Pak Usman memberi penjelasan. "Bapak yakin, sebelum Bapak datang, kalian banyak yang ngobrol. Kalian mungkin ada yang belum siap mengikuti pelajaran. Dengan meminta kalian membaca koran, Bapak berharap kalian menjadi fokus dan siap u ntuk mengikuti pelajaran inti kita, pelajaran Matemati ka. "Semua murid mengangguk-angguk seolah paham dengan penjelasan Pak Usman. Aku sendiri merasa salut dengan usaha Pak Usman untuk membuat murid-mu ridnya berkonsentrasi. Harus diakui bahwa pelajaran Matematika masih menjadi "momok" bagi sebagian besar murid. Jadi, agar mudah menyampaikan materi, diperlukan konsentrasi. Pak Usman, ada saja, batinku sambil tersenyum. lnilah kenangan ku tentang Pak Usman yang pertama kali, salah satu guru yang aku temui selama aku menimba ilmu di sekolah. Menena ngkan dan membuat anak agar mudah untuk berkonsentrasi sebelum menghadapi suatu pelajaran. Sumber: Kenangan dari Guruku, Sukimin, Jakarta: Pustaka Batavia soal bagaimana cara pak Usman membuat anak menjadi konsentrasi sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas?

1

5.0

Jawaban terverifikasi

Impian Anak Desa Bermimpilah selagi langit masih sanggup menampung mimpimu. Kata-kata itulah yang selalu membuatku semangat untuk bermimpi. Orang sering mengatakan bahwa "Bermimpilah setinggi langit". Aku sempat mempertanyakan hal tersebut pada guruku. Kenapa harus bermimpi setinggi langit? Apakah tidak boleh kalau mau bermimpi setinggi kecambah? Ya, kini baru kusadari bahwa langit itu sangat tinggi. Jadi, wajar saja kalau orang mengatakan untuk bermimpi setinggi langit bukan setinggi kecambah. Maklum saja, pertanyaan itu terlontar dari mulutku saat usiaku menginjak 5 tahun. Angan-anganku dahulu mengatakan bahwa kecambah jauh lebih tinggi daripada langit. Dahulu, aku tidak tahu yang manakah yang disebut kecambah. Setelah bertanya kepada ibuku, ternyata kecambah itu nama lain dari taoge. Berikut ini, saya akan membahas tentang mimpi, langit, dan kecambah atau nama lainnya taoge. Namaku Dino. Usiaku saat ini adalah 10 tahun. Sekarang aku telah duduk di bangku kelas V SD. Aku adalah seorang anak desa yang tidak pernah berhenti untuk bermimpi. Bagiku mimpi itu hak setiap orang. Mau dia bermimpi jadi astronaut. Mau jadi ilmuwan. Mau jadi psikolog. Mau jadi guru. Bahkan, mimpi sama seperti aku yang ingin menjadi seorang arkeolog. Tetanggaku sering mengatakan kepadaku untuk apa bermimpi ja di arkeolog. Di desa kan tidak ada yang namanya universitas. Tetapi itu bukan halangan bagi ku. Menurutku, ada atau tidak adanya sebuah universitas itu bukan halangan. Sekarang, aku harus giat membaca buku untuk menambah ilmu. Karena pada dasarnya, buku merupakan jendela ilmu. Pagi ini, aku mulai melakukan penel usuran untuk menambah ilmuku. Aku melewati jalan kecil yang di kiri dan kanannya merupakan sawah. Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan jauh, akhirnya aku sampai di perpustakaan desa ku. Aku mengambil sebuah buku. Saat sedang asyik membaca, aku dikejutkan dengan sebuah suara yang muncul tiba-tiba. "Mau jadi arkeolog, ya?" tanya orang tersebut kepadaku sambil melemparkan seulas senyuman yang indah. Aku pun menganggukkan kepala yang menandakan bahwa aku memang ingin menjadi seorang a rkeolog. la tampak memperhati kan diriku. Aku hanya memandangnya dengan heran. Akan tetapi, aku tidak terlalu mempersa lahkannya karena aku ya ki n dia orang ba ik. "Kenapa mau jadi arkeolog?" dia bertanya lagi. "Arkeolog itu keren, Kak. Kita bisa tahu keadaan masa lampau itu bagaimana. Kita juga bisa tahu bahasa apa saja yang dipakai mereka. Kita juga tahu tentang zaman dahulu. Kita bisa menemukan fosil dan benda-benda berharga masa lampau lainnya” aku menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang cukup panjang. Namun, dia masih tetap setia mendenga rkan semua jawaban ya ng kel uar dari mul utku. Dan setelah selesa i aku menjawab pertanyaannya, ia tersenyum sambil memperli hatkan gigi puti hnya. "Tahukah kamu, siapa aku?"tanya dia. Aku memperhati kan orang ini dengan sa ngat detail. Aku meli hat dia dari atas sampai bawah dan mengulanginya lagi. Setelah Ieiah memperhati kan orang ini, aku pun menutup buku yang ada digenggamanku. "Aku tidak tahu, Kak” jawabku yang akhirnya menyerah. Toh, aku memang tidak mengenalnya. Ia merogoh saku bajunya dan mengeluarkan satu kertas kecil. Lalu, memberikan kertas itu kepadaku. Aku membaca kertas yang diberikannya kepadaku itu. Seketika senyumku langsung mengembang bagaikan bunga yang layu disiram air langsung mekar kembali. "Wah kakak arkeolog, ya?" ucapku denga n nada yang sangat semangat serta antusias. Dia pun tersenyum lalu menganggu kkan kepala seolah berkata, "Ya” "Kalau besar nanti, aku pasti bisa jadi seperti Kakak” jawabku sambil melihat ke atas seolah ada bayanganku ketika aku besar nanti. "Ha ha teruslah bermimpi dan belajar ka rena kakak keti kakecil dahulu sama sepertimu. Kakak selalu bermimpi bisa jadi arkeolog, tetapi kakak sadar mimpi saja tidak cukup. Kakak juga harus berusaha, ya salah satu caranya adalah kakak harus rela menghabiskan waktu hanya untuk membaca. Di sekolah, kakak juga selalu bertanya kepada guru tentang sejarah. Berkat usaha kakak dan doa dari kedua orangtua, kakak bisa seperti sekarang” jawab dia dengan ucapan yang sangat panjang. Aku hanya tersenyum bahagia mendengar semua ucapannya. Ucapannya seperti penyemangat baru bagiku. "Baiklah Kak, aku yakin suatu saat nanti kita bertemu lagi dalam sebuah profesi yang sama, yaitu sebagai arkeolog” tuturku sambil berdiri dan tersenyum kepadanya. Akhirnya, ia pun pamit pulang kepadaku karena ingin kem bali ke kotanya untuk melaksanakan tugas selanjutnya. Aku melangkahkan kaki sambil tersenyum pada hamparan sawah serta burung-burung yang berterbangan. Aku yakin bahkan sangat yakin bahwa suatu saat nanti aku akan menjadi seorang seperti yang aku impikan selama ini. Waktu begitu cepat berlalu. Aku yang dahulu masih kecil sekarang telah dewasa. Desaku yang dahulu belum ada perubahan, sekarang telah menjadi sebuah kota. Perpustakaan yang dahulu sebagai tempatku mencari ilmu sekarang menjadi tambah besar dan bagus. Tidak kupungkiri, semua ini terjadi sebagai akibat adanya globalisasi yang terjadi dalam kehidupan. Sekarang, aku duduk di dalam perpustakaan ini, membaca buku sejarah yang pernah kubaca beberapa tahun yang lalu. Terlintas sebuah kenangan saat aku bertemu dengan Kak Zaki seorang arkeolog yang pernah aku temui di perpustakaan ini. Aku merindukan dia sebagai seorang kakak. Aku telah mencoba mencari tahu keadaanya, tetapi aku tidak pernah menemukan dirinya. "Dino” Merasa namaku dipanggil, aku menoleh ke belakang. Saat aku melihat ke belakang, betapa terkejutnya aku. ltu dia Kakak arkeolog itu datang meng hampiriku. "Kak Zaki?" ucapku sambil mengajaknya untuk duduk. "lya, bagaimana kabarmu?" ucap Kak Zaki sambil memperhati kan diriku. "Seperti yang kakak lihat, aku baik-baik saja. Kakak ke mana saja. Aku telah mencari Kakak, tetapi aku tidak menemukan Kakak. Sekarang, Kakak datang sendiri padaku” ucapku kepada Kak Zaki. Kak Zaki pun langsung tertawa. Entahlah apa yang ada dalam benaknya hingga membuat ia tertawa mendengar ucapanku tadi. "Tingkahmu masih sama seperti beberapa tahun tahun yang lalu. Maafkan aku. Aku sibuk bekerja di luar negeri. Bagaimana dirimu sudah jadi arkeolog?" ucap Kak Zaki sembari mempertanya kan hal tersebut kepadaku. Aku pun mengeluarkan sebuah kertas sama seperti yang Kak Zaki laku kan kepadaku dahulu. la pun memberikan seluas senyuman dan selamat kepadaku. Aku telah menepati janjiku dahulu. Saat bertemu dengan Kak Zaky kembali, aku telah menjadi seorang arkeolog. Terima kasih untuk semuanya Kak Zaki karena berkat kakak jugalah aku bersemangat untuk bisa meraih impianku menjadi seora ngarkeolog. Teruslah bermimpi karena mimpi adalah kunci untuk meraih impian kita. Mimpi itu sebagai pupuk yang akan membuat bunga makin tumbuh dengan subur sehingga bunga yang dihasilkan akan lebih indah daripada bunga yang tidak diberi pupuk. Sumber: http://cerpenmu.com/cerpen-motivasi/impian-anak-desa.html, dengan pengubahan seperlunya soal Siapa saja yang menjadi tokoh pendamping?

4

0.0

Jawaban terverifikasi