Sara K

23 Januari 2022 15:10

Iklan

Sara K

23 Januari 2022 15:10

Pertanyaan

Impian Anak Desa Bermimpilah selagi langit masih sanggup menampung mimpimu. Kata-kata itulah yang selalu membuatku semangat untuk bermimpi. Orang sering mengatakan bahwa "Bermimpilah setinggi langit". Aku sempat mempertanyakan hal tersebut pada guruku. Kenapa harus bermimpi setinggi langit? Apakah tidak boleh kalau mau bermimpi setinggi kecambah? Ya, kini baru kusadari bahwa langit itu sangat tinggi. Jadi, wajar saja kalau orang mengatakan untuk bermimpi setinggi langit bukan setinggi kecambah. Maklum saja, pertanyaan itu terlontar dari mulutku saat usiaku menginjak 5 tahun. Angan-anganku dahulu mengatakan bahwa kecambah jauh lebih tinggi daripada langit. Dahulu, aku tidak tahu yang manakah yang disebut kecambah. Setelah bertanya kepada ibuku, ternyata kecambah itu nama lain dari taoge. Berikut ini, saya akan membahas tentang mimpi, langit, dan kecambah atau nama lainnya taoge. Namaku Dino. Usiaku saat ini adalah 10 tahun. Sekarang aku telah duduk di bangku kelas V SD. Aku adalah seorang anak desa yang tidak pernah berhenti untuk bermimpi. Bagiku mimpi itu hak setiap orang. Mau dia bermimpi jadi astronaut. Mau jadi ilmuwan. Mau jadi psikolog. Mau jadi guru. Bahkan, mimpi sama seperti aku yang ingin menjadi seorang arkeolog. Tetanggaku sering mengatakan kepadaku untuk apa bermimpi ja di arkeolog. Di desa kan tidak ada yang namanya universitas. Tetapi itu bukan halangan bagi ku. Menurutku, ada atau tidak adanya sebuah universitas itu bukan halangan. Sekarang, aku harus giat membaca buku untuk menambah ilmu. Karena pada dasarnya, buku merupakan jendela ilmu. Pagi ini, aku mulai melakukan penel usuran untuk menambah ilmuku. Aku melewati jalan kecil yang di kiri dan kanannya merupakan sawah. Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan jauh, akhirnya aku sampai di perpustakaan desa ku. Aku mengambil sebuah buku. Saat sedang asyik membaca, aku dikejutkan dengan sebuah suara yang muncul tiba-tiba. "Mau jadi arkeolog, ya?" tanya orang tersebut kepadaku sambil melemparkan seulas senyuman yang indah. Aku pun menganggukkan kepala yang menandakan bahwa aku memang ingin menjadi seorang a rkeolog. la tampak memperhati kan diriku. Aku hanya memandangnya dengan heran. Akan tetapi, aku tidak terlalu mempersa lahkannya karena aku ya ki n dia orang ba ik. "Kenapa mau jadi arkeolog?" dia bertanya lagi. "Arkeolog itu keren, Kak. Kita bisa tahu keadaan masa lampau itu bagaimana. Kita juga bisa tahu bahasa apa saja yang dipakai mereka. Kita juga tahu tentang zaman dahulu. Kita bisa menemukan fosil dan benda-benda berharga masa lampau lainnya” aku menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang cukup panjang. Namun, dia masih tetap setia mendenga rkan semua jawaban ya ng kel uar dari mul utku. Dan setelah selesa i aku menjawab pertanyaannya, ia tersenyum sambil memperli hatkan gigi puti hnya. "Tahukah kamu, siapa aku?"tanya dia. Aku memperhati kan orang ini dengan sa ngat detail. Aku meli hat dia dari atas sampai bawah dan mengulanginya lagi. Setelah Ieiah memperhati kan orang ini, aku pun menutup buku yang ada digenggamanku. "Aku tidak tahu, Kak” jawabku yang akhirnya menyerah. Toh, aku memang tidak mengenalnya. Ia merogoh saku bajunya dan mengeluarkan satu kertas kecil. Lalu, memberikan kertas itu kepadaku. Aku membaca kertas yang diberikannya kepadaku itu. Seketika senyumku langsung mengembang bagaikan bunga yang layu disiram air langsung mekar kembali. "Wah kakak arkeolog, ya?" ucapku denga n nada yang sangat semangat serta antusias. Dia pun tersenyum lalu menganggu kkan kepala seolah berkata, "Ya” "Kalau besar nanti, aku pasti bisa jadi seperti Kakak” jawabku sambil melihat ke atas seolah ada bayanganku ketika aku besar nanti. "Ha ha teruslah bermimpi dan belajar ka rena kakak keti kakecil dahulu sama sepertimu. Kakak selalu bermimpi bisa jadi arkeolog, tetapi kakak sadar mimpi saja tidak cukup. Kakak juga harus berusaha, ya salah satu caranya adalah kakak harus rela menghabiskan waktu hanya untuk membaca. Di sekolah, kakak juga selalu bertanya kepada guru tentang sejarah. Berkat usaha kakak dan doa dari kedua orangtua, kakak bisa seperti sekarang” jawab dia dengan ucapan yang sangat panjang. Aku hanya tersenyum bahagia mendengar semua ucapannya. Ucapannya seperti penyemangat baru bagiku. "Baiklah Kak, aku yakin suatu saat nanti kita bertemu lagi dalam sebuah profesi yang sama, yaitu sebagai arkeolog” tuturku sambil berdiri dan tersenyum kepadanya. Akhirnya, ia pun pamit pulang kepadaku karena ingin kem bali ke kotanya untuk melaksanakan tugas selanjutnya. Aku melangkahkan kaki sambil tersenyum pada hamparan sawah serta burung-burung yang berterbangan. Aku yakin bahkan sangat yakin bahwa suatu saat nanti aku akan menjadi seorang seperti yang aku impikan selama ini. Waktu begitu cepat berlalu. Aku yang dahulu masih kecil sekarang telah dewasa. Desaku yang dahulu belum ada perubahan, sekarang telah menjadi sebuah kota. Perpustakaan yang dahulu sebagai tempatku mencari ilmu sekarang menjadi tambah besar dan bagus. Tidak kupungkiri, semua ini terjadi sebagai akibat adanya globalisasi yang terjadi dalam kehidupan. Sekarang, aku duduk di dalam perpustakaan ini, membaca buku sejarah yang pernah kubaca beberapa tahun yang lalu. Terlintas sebuah kenangan saat aku bertemu dengan Kak Zaki seorang arkeolog yang pernah aku temui di perpustakaan ini. Aku merindukan dia sebagai seorang kakak. Aku telah mencoba mencari tahu keadaanya, tetapi aku tidak pernah menemukan dirinya. "Dino” Merasa namaku dipanggil, aku menoleh ke belakang. Saat aku melihat ke belakang, betapa terkejutnya aku. ltu dia Kakak arkeolog itu datang meng hampiriku. "Kak Zaki?" ucapku sambil mengajaknya untuk duduk. "lya, bagaimana kabarmu?" ucap Kak Zaki sambil memperhati kan diriku. "Seperti yang kakak lihat, aku baik-baik saja. Kakak ke mana saja. Aku telah mencari Kakak, tetapi aku tidak menemukan Kakak. Sekarang, Kakak datang sendiri padaku” ucapku kepada Kak Zaki. Kak Zaki pun langsung tertawa. Entahlah apa yang ada dalam benaknya hingga membuat ia tertawa mendengar ucapanku tadi. "Tingkahmu masih sama seperti beberapa tahun tahun yang lalu. Maafkan aku. Aku sibuk bekerja di luar negeri. Bagaimana dirimu sudah jadi arkeolog?" ucap Kak Zaki sembari mempertanya kan hal tersebut kepadaku. Aku pun mengeluarkan sebuah kertas sama seperti yang Kak Zaki laku kan kepadaku dahulu. la pun memberikan seluas senyuman dan selamat kepadaku. Aku telah menepati janjiku dahulu. Saat bertemu dengan Kak Zaky kembali, aku telah menjadi seorang arkeolog. Terima kasih untuk semuanya Kak Zaki karena berkat kakak jugalah aku bersemangat untuk bisa meraih impianku menjadi seora ngarkeolog. Teruslah bermimpi karena mimpi adalah kunci untuk meraih impian kita. Mimpi itu sebagai pupuk yang akan membuat bunga makin tumbuh dengan subur sehingga bunga yang dihasilkan akan lebih indah daripada bunga yang tidak diberi pupuk. Sumber: http://cerpenmu.com/cerpen-motivasi/impian-anak-desa.html, dengan pengubahan seperlunya soal Siapa saja yang menjadi tokoh pendamping?

8 dari 10 siswa nilainya naik

dengan paket belajar pilihan

Habis dalam

01

:

09

:

32

:

01

Klaim

3

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

N. Dwi

Mahasiswa/Alumni Universitas Pendidikan Indonesia

31 Januari 2022 15:53

Jawaban terverifikasi

Halo, Sara K. Terima kasih sudah bertanya di Roboguru. Kakak bantu jawab, ya. Jawaban untuk soal ini adalah Zaki. Untuk memahami jawaban tersebut, berikut pembahasannya. Cerpen atau cerita pendek merupakan karya sastra bentuk prosa/narasi yang menceritakan sebuah kisah berdasarkan khayalan/imajinasi. Sesuai dengan namanya, cerpen menjadi karya sastra yang dapat dibaca sekali duduk atau tidak membutuhkan waktu yang lama. Sebuah cerpen memiliki unsur pembangun yang disebut dengan unsur intrinsik. Unsur tersebut berhubungan dengan isi cerita, seperti: tema, alur, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat. Tokoh adalah orang-orang yang ada dalam cerita. Tokoh dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: a. Tokoh utama yaitu pelaku utama yang paling banyak diceritakan dalam cerita, b. Tokoh figuran yaitu pelaku yang hanya muncul sesekali, dan c. Tokoh pembantu yaitu pelaku yang tidak penting, tetapi menunjang keberadaan tokoh utama. Berdasarkan penjelasan, Zaki merupakan beberapa tokoh pendukung selain tokoh utama. Hal tersebut sesuai dengan kutipan teks di atas bahwa Dino tidak hanya seorang diri dalam cerita. Berikut adalah analisis tokohnya. 1. Tokoh Zaki terdapat pada kutipan kalimat "Aku pun mengeluarkan sebuah kertas sama seperti yang Kak Zaki lakukan kepadaku dahulu." Dengan demikian, tokoh selain tokoh utama dalam cerita di atas adalah Zaki. Semoga membantu, ya. :)


Iklan

'CyXl. '

19 April 2022 04:15

Zaki


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

Roboguru Plus

Dapatkan pembahasan soal ga pake lama, langsung dari Tutor!

Chat Tutor

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

iklan harus membuat konsumen percaya kepada produk yang diiklankan. hal tersebut termasuk unsur iklan yaitu... a. perhatian b. keinginan c. tindakan d. rasa percaya diri tolong di bantu ya kak 🙏

14

5.0

Jawaban terverifikasi

"Pemimpin Idola, Pemimpin yang Jujur" Ida, temanku sebangku. Mungil, berkulit hitam manis, tidak banyak bicara, dan pandai itulah cirinya. Ia seorang anak yang sederhana. Ayahnya sudah lama meninggal. Ia tinggal bersama ibu dan adiknya. Ida anak yang sangat pandai. Nilai-nilainya yang selalu bagus, memberinya kesempatan meneruskan sekolah tanpa biaya. Semua buku pelajaran dan perlengkapan ditanggung oleh sekolah. Ida tak pernah malu dengan kondisi keluarganya. Bahkan ia semakin rajin belajar dan terus berprestasi. Ida juga selalu menjadi tempat bertanya jika teman-temannya mengalami kesulitan dalam pelajaran. Teman-teman memilih Ida sebagai ketua kelas. Pandai, tenang, dapat berkomunikasi dengan baik, serta mampu menjaga ketertiban kelas menjadi modal utamanya. Hari ini, Ibu Tati mengingatkan tentang ulangan matematika. Sebagian siswa tidak siap. Termasuk Gugut, si jagoan bola, yang duduk di belakang kami. “Waduh, saya belum belajar, Bu! Kemarin saya seharian bermain bola sampai sore. Pulang ke rumah langsung tidur, Bu!” protesnya. Ulangan tetap berlangsung. Gugut resah. Ia menengok ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba, ditendangnya kursi Ida dari belakang. “Ssstt..Ida! Bantu aku dong! Geser sedikit ke kiri, agar aku bisa melihat jawaban di kertas ulanganmu!” pinta Gugut. Ida bergeming. Ia hanya menggelengkan kepala pelan, tanpa menengok ke belakang. Gugut mengganggunya lagi. “Ayo dong, Ida. Sekali ini saja. Nanti aku beri kamu uang sepuluh ribu rupiah. Kamu bisa jajan kue di kantin,” rayunya. Gugut tahu benar Ida tidak pernah jajan di kantin. Ibunya tidak memberinya bekal uang jajan. Ida selalu membawa sebungkus nasi dan lauk dari rumah. Namun, di luar dugaan Gugut, Ida tidak terusik. Sekali lagi ia menggeleng pelan. Sampai waktu berakhir, Gugut terpaksa menyerahkan kertas ulangannya dengan lunglai. Pada waktu istirahat Ida menghampiri Gugut. “Maaf ya, Gugut. Aku bukan tidak ingin membantumu. Menyontek dan memberi contekan kepada teman, adalah perbuatan tidak jujur. Bahkan, perbuatan tersebut bisa dianggap sebagai korupsi kecil-kecilan,” katanya kepada Gugut. “Ah, Ida. Masa menyontek sekali saja dianggap korupsi? Setahuku korupsi nilainya milyaran, dan hanya dilakukan oleh pejabat berkuasa,” kata Gugut. “Gugut, justru kita harus melatih diri. Korupsi dan menyontek sama-sama mengambil hak orang lain. Bernilai kecil atau besar, tetap saja tidak jujur. Kita membiasakan diri bertingkah laku lurus, mudah-mudahan ketika besar nanti kita tidak akan tergoda untuk melakukan korupsi. Dalam bentuk apapun!” Ida menambahkan dengan panjang lebar. Aku dan teman-teman sekelas yang ikut mendengarkan percakapan Ida dan Gugut terdiam setuju. Memang tidak salah kami memilih Ida sebagai pemimpin di kelas. Tidak sekadar pandai, Ida juga patut dijadikan teladan. Berdasarkan cerita di atas, jawablah pertanyaan berikut! Apa yang dilakukan Gugut pada saat ulangan?

6

0.0

Jawaban terverifikasi