Nadila D

20 Februari 2024 12:39

Iklan

Iklan

Nadila D

20 Februari 2024 12:39

Pertanyaan

Setelah lulus SMA, Dandi memilih untuk langsung bekerja namun tidak disetujui oleh orang tuanya. Orang tua Dandi menginginkan agar ia melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kuliah ilustrasi tersebut merupakan contoh bentuk konflik


146

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

Erwin A

Community

22 Februari 2024 09:18

Jawaban terverifikasi

<p><br>Bentuk konflik yang terdapat dalam ilustrasi tersebut adalah <strong>konflik internal</strong> yang dialami Dandi. Konflik ini terjadi karena adanya perbedaan keinginan antara Dandi dan orang tuanya.</p><p><strong>Berikut adalah beberapa ciri-ciri konflik internal:</strong></p><ul><li>Terjadi dalam diri satu individu.</li><li>Muncul karena adanya dua pilihan atau keinginan yang berbeda.</li><li>Seringkali menimbulkan kebingungan, kecemasan, dan keraguan.</li></ul><p><strong>Dalam kasus Dandi:</strong></p><ul><li>Dandi ingin langsung bekerja setelah lulus SMA.</li><li>Orang tua Dandi ingin Dandi melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.</li><li>Perbedaan keinginan ini menimbulkan konflik internal dalam diri Dandi.</li></ul><p><strong>Beberapa cara untuk menyelesaikan konflik internal:</strong></p><ul><li><strong>Mempertimbangkan dengan matang kedua pilihan yang ada.</strong></li><li><strong>Membicarakan masalah dengan orang yang terpercaya.</strong></li><li><strong>Membuat daftar pro dan kontra untuk setiap pilihan.</strong></li><li><strong>Mendengarkan kata hati dan memilih jalan yang terbaik menurut diri sendiri.</strong></li></ul><p><strong>Penting untuk diingat bahwa:</strong></p><ul><li>Tidak ada pilihan yang sempurna.</li><li>Setiap pilihan memiliki konsekuensinya sendiri.</li><li>Keputusan akhir ada di tangan Dandi.</li></ul><p><strong>Kesimpulan:</strong></p><p>Konflik internal yang dialami Dandi adalah contoh konflik yang sering terjadi dalam kehidupan. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor dan mendengarkan kata hati, Dandi diharapkan dapat memilih jalan terbaik untuk masa depannya.</p>


Bentuk konflik yang terdapat dalam ilustrasi tersebut adalah konflik internal yang dialami Dandi. Konflik ini terjadi karena adanya perbedaan keinginan antara Dandi dan orang tuanya.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri konflik internal:

  • Terjadi dalam diri satu individu.
  • Muncul karena adanya dua pilihan atau keinginan yang berbeda.
  • Seringkali menimbulkan kebingungan, kecemasan, dan keraguan.

Dalam kasus Dandi:

  • Dandi ingin langsung bekerja setelah lulus SMA.
  • Orang tua Dandi ingin Dandi melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
  • Perbedaan keinginan ini menimbulkan konflik internal dalam diri Dandi.

Beberapa cara untuk menyelesaikan konflik internal:

  • Mempertimbangkan dengan matang kedua pilihan yang ada.
  • Membicarakan masalah dengan orang yang terpercaya.
  • Membuat daftar pro dan kontra untuk setiap pilihan.
  • Mendengarkan kata hati dan memilih jalan yang terbaik menurut diri sendiri.

Penting untuk diingat bahwa:

  • Tidak ada pilihan yang sempurna.
  • Setiap pilihan memiliki konsekuensinya sendiri.
  • Keputusan akhir ada di tangan Dandi.

Kesimpulan:

Konflik internal yang dialami Dandi adalah contoh konflik yang sering terjadi dalam kehidupan. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor dan mendengarkan kata hati, Dandi diharapkan dapat memilih jalan terbaik untuk masa depannya.


Iklan

Iklan

Salsabila M

Community

09 Maret 2024 22:42

Jawaban terverifikasi

<p><br>Ilustrasi tersebut mencerminkan contoh konflik antara generasi atau konflik antarindividu dalam hal pengambilan keputusan mengenai pilihan karier dan pendidikan setelah lulus SMA. Konflik semacam ini umumnya merupakan konflik antara nilai-nilai, harapan, dan preferensi antara orang tua dan anak.</p><p><strong>Bentuk Konflik:</strong></p><ol><li><strong>Konflik Generasi:</strong> Terjadi karena perbedaan pandangan dan nilai antara generasi yang lebih tua (orang tua) dan generasi yang lebih muda (Dandi) terkait dengan pendidikan dan karier.</li><li><strong>Konflik Antarpribadi:</strong> Terjadi karena perbedaan pilihan dan keputusan antara individu-individu dalam keluarga, yaitu Dandi dan orang tuanya.</li></ol><p><strong>Sumber Konflik:</strong></p><ol><li><strong>Pilihan Karier vs. Pendidikan Lanjutan:</strong> Orang tua Dandi ingin melihatnya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sementara Dandi lebih memilih untuk langsung bekerja setelah lulus SMA.</li></ol><p><strong>Potensi Penyelesaian:</strong></p><ol><li><strong>Dialog dan Komunikasi:</strong> Melibatkan dialog terbuka antara Dandi dan orang tuanya untuk saling memahami harapan, kekhawatiran, dan pandangan masing-masing.</li><li><strong>Negosiasi:</strong> Mencari titik temu di antara pilihan yang diinginkan oleh Dandi dan orang tua, menciptakan kesepakatan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.</li></ol><p>Situasi ini membutuhkan komunikasi yang efektif dan upaya untuk memahami perspektif satu sama lain guna mencapai penyelesaian konflik yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p><br>&nbsp;</p>


Ilustrasi tersebut mencerminkan contoh konflik antara generasi atau konflik antarindividu dalam hal pengambilan keputusan mengenai pilihan karier dan pendidikan setelah lulus SMA. Konflik semacam ini umumnya merupakan konflik antara nilai-nilai, harapan, dan preferensi antara orang tua dan anak.

Bentuk Konflik:

  1. Konflik Generasi: Terjadi karena perbedaan pandangan dan nilai antara generasi yang lebih tua (orang tua) dan generasi yang lebih muda (Dandi) terkait dengan pendidikan dan karier.
  2. Konflik Antarpribadi: Terjadi karena perbedaan pilihan dan keputusan antara individu-individu dalam keluarga, yaitu Dandi dan orang tuanya.

Sumber Konflik:

  1. Pilihan Karier vs. Pendidikan Lanjutan: Orang tua Dandi ingin melihatnya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sementara Dandi lebih memilih untuk langsung bekerja setelah lulus SMA.

Potensi Penyelesaian:

  1. Dialog dan Komunikasi: Melibatkan dialog terbuka antara Dandi dan orang tuanya untuk saling memahami harapan, kekhawatiran, dan pandangan masing-masing.
  2. Negosiasi: Mencari titik temu di antara pilihan yang diinginkan oleh Dandi dan orang tua, menciptakan kesepakatan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.

Situasi ini membutuhkan komunikasi yang efektif dan upaya untuk memahami perspektif satu sama lain guna mencapai penyelesaian konflik yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.

 

 


 


lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Perhatikan ilustrasi di bawah ini! Jodi yang berjanji akan menemui Devan. Namun, Jodi lebih memilih bermain dengan Bayu karena Bayu memiliki video game terbaru. Demonstrasi berujung ricuh karena adanya provokasi yang dilakukan oleh salah satu pemimpin kelompok dan pasukan huru hara yang membubar paksa aksi tersebut. Tersangka yang diduga melakukan korupsi terhadap hakim, kini harus mendekam di penjara lebih lama karena terbukti melakukan suap kepada hakim yang menjatuhkan hukuman agar lebir ringan. Jena meminta uang untuk membeli buku seharga kepada Ibunya. Namun, di toko buku harga buku tersebut sehraga Sisanya Jena gunakan untuk bermain di sekitar pusat perbelanjaan. Petugas KPK (Komisi Pemberantasan korupsi)menggeledahsalah satu rumah petinggi daerah karena laporan Bupati yang menjadi tersangka kasus korupsi. Pada contoh kasus tersebut,bentuk kontravensi rahasia terdapat pada nomor ....

12

0.0

Jawaban terverifikasi

Bacalah cerita berikut! Mengapa Harus Adil? Aku masih mengingat dengan baik masa kecilku di kampung halaman. Meskipun terlahir dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi, aku memiliki begitu banyak kenangan masa kecil yang menggembirakan. Dibesarkan dalam lingkungan Islam tradisional, aku menghabiskan sebagian besar masa kecilku bermain bersama-sama dengan teman-teman sebaya. Aku memiliki 2 orang saudara, seorang adik laki-laki dan seorang lagi adik perempuan. Adik laki-laki meninggal tahun 2000 dalam usia 10 tahun karena bencana banjir. Kami terlahir dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Namun, aku cukup bersyukur, karena meskipun bekerja sebagai pegawai biasa dan ibu berdagang, kami bertiga di sekolahkan hingga tingkat atas. Aku bersyukur karena bisa menyelesaikan kuliah sarjana, meskipun ayahku tidak sempat menyaksikan aku berhasil lulus sarjana, karena harus menghadap sang pencipta dalam usia yang masih cukup muda. Semasa hidup, ayahku selalu berpesan untuk selalu berlaku adil, sebagaimana dia memperlakukan dengan adil kami bertiga sejak kecil. Pesannya sederhana yaitu berbuat adil kepada orang lain, maka kamu akan diperlakukan dengan adil oleh orang lain. Ayahku selalu mengajarkan berbuat adil kepada siapa saja, tanpa melihat siapa orang itu. Karena berbuat adil itu kewajiban kita, seperti yang agama kita ajarkan. Berbuat adil, adalah salah satu bentuk kebajikan. Apa sebenarnya adil itu? Lantas, mengapa orang harus berbuat adil? Baik adil kepada diri sendiri, maupun adil kepada orang lain. Ada yang mengatakan bahwa adil berarti sama atau seimbang. Adil berarti memberikan 2 orang jumlah yang sama. Jika misalnya ada 2 orang bersaudara, yang satunya berusia 10 tahun masih duduk di bangku sekolah dasar, sementara yang satunya berusia 20 tahun dan duduk di bangku kuliah, apakah adil jika orang tuanya memberikan uang saku dalam jumlah yang sama? Tentu tidak adil. Mengapa? Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda, keperluan yang berbeda, sehingga tidak mungkin menyamakan pemberian kepada setiap orang dikarenakan perbedaan kebutuhan tersebut. Jika ingin berbuat adil, maka sepatutnya kita memberikan sesuatu kepada orang lain sesuai dengan kadar kebutuhannya. Mengapa kita harus adil? Karena adil itu lebih dekat dengan kebajikan, dan ketidakadilan dekat dengan kebatilan. Kita pernah menyaksikan beberapa kasus hukum di negeri ini, di mana hukum bekerja dengan tidak adil. Keadilan menjadi semacam paradoks. Banyak kasus hukum di negeri ini yang justru menjatuhkan hukum kepada orang yang tidak sepatutnya menerima hukuman tersebut. Hukum kemudian menjadi kebatilan bagi orang lain. Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan teks diatas!! 1. Apa pesan yang disampaikan oleh ayah pada cerita di atas? 2. Bagaimana sikap tokoh pada cerita di atas? 3. Bagaimana berlaku adil pada cerita di atas? 4. Mengapa kita harus selalu bersikap adil di mana saja berada dan pada siapa saja? 5. Apa pesan yang terkandung dalam cerita di atas? 6. Apakah hasil dari bersikap adil?

12

5.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

temukan konjungsi dalam teks hikayat ibnu hasan kemudian jeniskan! Ibnu Hasan Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan, bernama Syekh Hasan. Banyak harta, banyak uang, terkenal ke setiap negeri, merupakan orang terkaya. Bertempat tinggal di negeri Bagdad yang terkenal ke mana-mana sebagai kota yang paling ramai saat itu. Syekh Hasan sangat bijaksana, mengasihi fakir miskin, menyayangi yang kekurangan, menasihati yang berpikiran sempit, mengajarkan ilmu yang baik, walaupun harus mengeluarkan biaya berupa pakaian atau uang. Oleh karena itu, banyak pengikutnya. Syekh Hasan memiliki seorang anak laki-laki yang sangat tampan, pendiam, dan baik budi, berusia sekitar tujuh tahun. Ibnu Hasan namanya. Ibnu Hasan sedang lucu-lucunya. Semua orang senang melihatnya, apalagi orang tuanya. Namun demikian, anak itu tidak sombong, perilakunya kalem, walaupun hidupnya dimanjakan, tidak kekurangan. Ayahnya berpikir, "Alangkah salannya aku, menyayangi di luar batas, tanpa pertimbangan. Bagaimana kalau akhirnya dimurkai Allah Yang Agung? Aku pasti durhaka, tak dapat mendidik anak, mengkaji ilmu yang bermanfaat." Dipanggilnya putranya. Anak itu segera mendatanginya, diusap-usapnya putranya sambil dinasihati, bahwa ia harus mengaji, katanya, "Sekarang saatnya, Anakku. Sebenarnya aku khawatir, tapi pergilah ke Mesir. Carilah jalan menuju keutamaan." Ibnu Hasan menjawab, "Ayah jangan ragu-ragu, semua kehendak orang tua akan hamba turuti, tidak akan kutolak, siang malam hanya perintah Ayah Ibu yang hamba nantikan." Kemudian, Ibnu Hasan berangkat ke pesantren, berpisah dengan kedua orang tuanya, hatinya sangat sedih. Ibunya tidak tahan menangis terisak-isak harus berpisah dengan putranya yang masih sangat kecil, belum cukup usia. "Kelak, apabila Ananda sudah sampai ke tempat merantau, pandai-pandailah menjaga diri karena jauh dari orang tua. Harus tahu ilmunya hidup, jangan keras kepala, angkuh, dan menyombongkan diri, merasa lebih dari yang lain, merasa diri orang kaya lalu menghina sesama. Kalau begitu perbuatanmu, hidupmu tidak akan senang karena dimusuhi semua orang, tidak akan ada yang mau menolong. Kalau celaka tidak akan diperhatikan. Berada di rantau orang kalau judes akan mendapatkan kesusahan. Hati-hatilah menjaga diri. Jangan menganggap enteng segala hal." Ibnu Hasan menjawab dengan takzim, "Apa yang Ibu katakan akan selalu kuingat dan kucatat dalam hati. Doakanlah aku agar selamat. Semoga jangan sampai menempuh jalan yang salah. Pesan Ibu akan kuperhatikan, siang dan malam." Singkat cerita Ibnu Hasan sudah berangkat dikawal dua pengasuhnya sejak kecil, Mairin dan Mairun. Mereka berangkat berjalan kaki. Mairun memikul semua perbekalan dan pakaian, sementara Mairin mengikuti dari belakang, sesekali menggantikan tugas Mairun. Perasaan sedih, prihatin, kehujanan, kepanasan selama perjalanan yang memakan waktu berhari-hari namun akhirnya sampai juga di pusat kota negara Mesir, dengan selamat berkat doa ayah dan ibunda. Selanjutnya, segeralah menemui seorang alim ulama, terus berguru padanya. Pada suatu hari, saat bakda zuhur, Ibnu Hasan sedang di jalan, bertemu seseorang bernama Saleh yang baru pulang dari sekolah. Ibnu Hasan menyapa, "Anda pulang dari mana?" Saleh menjawab dengan sopan, "Saya pulang sekolah." Ibnu Hasan bertanya lagi, "Sekolah itu apa? Coba jelaskan padaku!" Yang ditanya menjawab, "Apakah Anda belum tahu?Sekolah itu tempat ilmu, tepatnya tempat belajar, berhitung, menulis, mengeja, belajar tata krama, sopan santun terhadap yang lebih tua dan yang lebih muda, dan terhadap sesama, harus sesuai dengan aturan." Begitu Ibnu Hasan mendengar penjelasan tersebut, betapa girang hatinya. Dia segera pulang menghadap kyai dan meminta izinnya untuk belajar di sekolah guna mencari ilmu. "Sekarang katakan padaku apa yang sebenarnya kamu harapkan," Kyai berkata demikian. Tujuan untuk menguji muridnya, apakah betul-betul ingin mencari ilmu atau hanya alasan supaya mendapat pujian. Ibnu Hasan menunduk, menjawab agak malu, "Hamba ingin menjelaskan mengapa hamba bersusah payah tanpa mengenal lelah mencari ilmu. Memang sangkaan orang begitu karena ayahku kaya raya, tidak kekurangan uang, ternaknya pun banyak. Hamba tidak usah bekerja karena tidak akan kekurangan. Namun, pendapat hamba tidak demikian, akan sangat memalukan seandainya ayah sudah tiada, sudah meninggal dunia, semua hartanya jatuh ke tangan hamba. Tapi, ternyata tidak terurus karena hamba tidak teliti akhimya harta itu habis, bukan bertambah. Di situlah terlihat temyata kalau hamba ini bodoh. Bukan bertambah masyhur, asalnya anak orang kaya, harus menjadi buruh. Begitulah pendapat hamba karena modal sudah ada, hamba hanya tinggal melanjutkan. Pangkat anakpun begitu pula, walaupun tidak melebihi orang tua, paling tidak harus sama dengan orang tua, dan tidak akan memalukan, apalagi kalau lebih miskin, ibaratnya anak seorang palih" Maka, yakinlah kyai itu akan baik muridnya.

3

0.0

Jawaban terverifikasi

Cermati teks eksposisi berikut! Gerakan Pelajar Bawa Tempat Makan dan Minum Terobosan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, melarang anak buahnya menggunakan kantong plastik dan botol kemasan plastik sekali pakai di kantornya patut diacungi jempol. Lebih bagus lagi kalau Mas Menteri membuat aturan serupa bukan sekadar imbauan untuk pelajar-pelajar di seluruh Indonesia agar sampah plastik di negeri kita tidak terus menumpuk dan tak terurus. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sampah plastik menempati rangking kedua dalam jenis sampah yang paling dominan dihasilkan di Indonesia, yakni sebesar 15 persen. Angka ini tidak bisa dibilang kecil sebab jumlah timbunan sampah secara nasional sebesar 175.000 ton per hari atau setara 64 juta ton per tahun jika menggunakan asumsi sampah yang dihasilkan setiap orang per hari sebesar 0,7 kg. Berbagai upaya sebetulnya sudah dilakukan untuk mengurangi sampah plastik, seperti kampanye diet plastik, membuat bank sampah, mendaur ulang sampah, kebijakan plastik berbayar, menggunakan tas kain saat belanja, dan lain sebagainya. Namun, tampaknya itu masih belum maksimal dan signifikan. Karena itu, Mas Menteri dan pihak sekolah perlu bekerja sama dalam hal ini. Demi mengurangi sampah plastik, penulis mengusulkan kepada Mas Menteri sebagai pembuat kebijakan, dan pihak sekolah sebagai pelaksana agar membuat dan melaksanakan aturan membawa tempat makan dan minum bagi pelajar. Tentu saja para guru juga harus membawanya sebagai contoh untuk murid-muridnya. Salah satu sumber sampah plastik adalah di sekolah. Di kantin sekolah, kita bisa melihat sehari-hari para siswa membeli makanan dan minuman yang dikemas atau dibungkus dengan plastik. Contohnya, siomay, batagor, nasi uduk, nasi rames, nasi goreng, air mineral, es teh, dan jus mangga. Sudah begitu, makanan dan minuman itu dimasukkan ke kantong kresek dan diminum menggunakan sedotan plastik. Akibatnya, sampah plastik terus diproduksi di sekolah setiap harinya. Nah, jika siswa membawa tempat makan dan tempat minum, wadah tersebut dapat digunakan untuk makanan dan minuman yang dibelinya di kantin. Wadahnya bisa di-reuse dan di-refill. Jadi, kantin hemat pembelian plastik karena tidak perlu lagi menyiapkan kantong kresek, sedotan, sendok atau garpu plastik, bungkus plastik makanan, gelas plastik minuman, dan lain sebagainya. Kantin cukup menyediakan makanan dan minumannya saja. Kantin juga tidak perlu lagi menjual air mineral kemasan gelas atau botol plastik. Air mineral bisa dijual dengan menggunakan galon dispenser. Dengan begitu, sampah plastik di sekolah akan berkurang. Apalagi jumlah sekolah di Indonesia sangat banyak sehingga akan banyak sekali sampah plastik yang berkurang. Namun masalahnya, bagi sebagian pelajar, membawa tempat makan dan minum mungkin terasa merepotkan, ribet, malu, dan memberatkan. Tidak praktis jika dibandingkan membeli langsung di kantin. Para guru, khususnya guru IPA Biologi, perlu menggedor kesadaran murid-muridnya bahwa repot, ribet, malu, dan berat membawa tempat makan dan minum tidak seberapa bila dibandingkan dengan dahsyatnya dampak buruk sampah plastik bagi lingkungan. Repot, ribet, malu, dan berat adalah bentuk pengorbanan untuk kelestarian lingkungan pada masa depan. Tak berlebihan juga jika guru mengakui mereka sebagai pahlawan lingkungan. Sumber: republika.co.id b. Tentukan bagian-bagian teks tersebut yang berupa argumen, dan penegasan ulang.

6

5.0

Jawaban terverifikasi