Anji V

05 Januari 2023 06:37

Iklan

Iklan

Anji V

05 Januari 2023 06:37

Pertanyaan

Rana : "Sebenarnya itu lukisan terakhirku, ayahku tidak suka melihatku melukis. la meminta kepadaku untuk fokus sekolah dulu." Meli : "Lalu, bagaimana dengan karyaku yang lain seperti puisi dan karya sastra lainnya?" Rana : "Kalau soal itu, ayahku tidak mengetahui karena kalau membuat puisi dan karya sastra lainnya, ayahku menganggap aku sedang belajar." Penggalan drama di atas mengandung konjungsi...


18

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

B. Lisa

Mahasiswa/Alumni Universitas Airlangga

13 Januari 2023 07:26

Jawaban terverifikasi

<p>Penggalan drama di atas menggandung konjungsi tujuan, koordinatif, dan kausalitas.</p><p>&nbsp;</p><p>Simak pembahasan berikut.</p><p>&nbsp;</p><p>Konjungsi adalah kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan satu kata dengan kata lainnya, klausa dengan klausa lainnya, sampai kalimat dengan kalimat.&nbsp;Beberapa jenis konjungsi antara lain:</p><p>1. Konjungsi tujuan: kata penghubung yang menjelaskan maksud dan tujuan dari sebuah acara atau tindakan, misalnya <i>agar, supaya, untuk, biar.</i><br>2. Konjungsi koordinatif: kata yang menghubungkan dua kata atau klausa yang setara, misalnya <i>dan, atau, serta, </i>dan lain-lain.</p><p>3. Konjungsi kausalitas: kata penghubung yang menjelaskan suatu hubungan sebab akibat, misalnya <i>sebab, karena</i>.</p><p>&nbsp;</p><p>Kutipan drama di atas mengandung konjungsi tujuan (untuk), koordinatif (dan), dan kausalitas (karena). Konjungsi tersebut terdapat dalam kalimat:</p><p>Ia meminta kepadaku <strong>untuk </strong>fokus sekolah dulu.</p><p>...karyaku yang lain seperti puisi <strong>dan </strong>karya sastra lainnya?</p><p>... ayahku tidak mengetahui <strong>karena </strong>kalau membuat puisi ...</p><p>&nbsp;</p><p>Dengan demikian, penggalan drama di atas menggandung konjungsi tujuan, koordinatif, dan kausalitas.</p>

Penggalan drama di atas menggandung konjungsi tujuan, koordinatif, dan kausalitas.

 

Simak pembahasan berikut.

 

Konjungsi adalah kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan satu kata dengan kata lainnya, klausa dengan klausa lainnya, sampai kalimat dengan kalimat. Beberapa jenis konjungsi antara lain:

1. Konjungsi tujuan: kata penghubung yang menjelaskan maksud dan tujuan dari sebuah acara atau tindakan, misalnya agar, supaya, untuk, biar.
2. Konjungsi koordinatif: kata yang menghubungkan dua kata atau klausa yang setara, misalnya dan, atau, serta, dan lain-lain.

3. Konjungsi kausalitas: kata penghubung yang menjelaskan suatu hubungan sebab akibat, misalnya sebab, karena.

 

Kutipan drama di atas mengandung konjungsi tujuan (untuk), koordinatif (dan), dan kausalitas (karena). Konjungsi tersebut terdapat dalam kalimat:

Ia meminta kepadaku untuk fokus sekolah dulu.

...karyaku yang lain seperti puisi dan karya sastra lainnya?

... ayahku tidak mengetahui karena kalau membuat puisi ...

 

Dengan demikian, penggalan drama di atas menggandung konjungsi tujuan, koordinatif, dan kausalitas.


Iklan

Iklan

lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis

Dapatkan akses pembahasan sepuasnya
tanpa batas dan bebas iklan!

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Perhatikan paragraf berikut! Nelayan di Kabupaten Jepara mulai kembali menggunakan pukat harimau dalam menagkap ikan. Penggunaan pukat harimau itu dikeluhkan nelayan lain yang lebih memilih memakai jaring standar. Penggunaan pukat harimau memang menguntungkan. Dengan menggunakan pukat harimau, nelayan dapat menangkap ikan yang lebih banyak dibandingkan menggunakan jaring standar. Namun, pukat harimau yang digunakan nelayan dapat merusak ekosistem laut. Akibatnya, ikan-ikan di laut akan semakin langka di masa yang akan datang. Disadur dari: http://news.detik.com/jawatengah/3584771/nelayan-jepara-sebut-penggunaan-cantrang-dan-pukat-harimau-meningkat, 3 Oktober 2017 Tanggapan logis dari paragraf tersebut adalah... A. Menurut pendapat saya, nelayan harus mengurangi penggunaan pukat harimau karena mereka akan rugi sendiri pada masa yang akan datang. B. Menurut pendapat saya, ikan-ikan dan terumbu karang di Kabupaten Jepara harus dilindungi agar dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. C. Menurut pendapat saya, pemerintah Kabupaten Jepara harus melarang penggunaan pukat harimau agar ekosistem laut perairan Jepara tetap lestari D. Menurut pendapat saya, aturan penggunaan pukat harimau harus lebih perketat agar tidak terjadi kericuhan antarnelayan di Kabupaten Jepara. E enurut pendapat saya, Pemerintah Kabupaten Jepara harus segera menengahi kericuhan antarnelayan Jepara terkait penggunaan pukat harim

378

0.0

Jawaban terverifikasi

"Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak Menurut sahibul hikayat, sebermula ada seorang Datu yang sakti mandraguna sedang bertapa di tengah laut. Namanya Datu Mabrur. Ia bertapa di antara Selat Laut dan Selat Makassar. Siang-malam ia bersamadi di batu karang, di antara percikan buih, debur ombak, angin, gelombang dan badai topan. Ia memohon kepada Sang Pencipta agar diberi sebuah pulau. Pulau itu akan menjadi tempat bermukim bagi anak-cucu dan keturunannya, kelak. Hatta, ketika laut tenang, seekor ikan besar tiba-tiba muncul dari permukaan laut dan terbang menyerangnya. Tanpa beringsut dari tempat duduk maupun membuka mata, Datu Mabrur menepis serangan mendadak itu. Ikan itu terpelanting dan jatuh di karang. Setelah jatuh ke air, ikan itu menyerang lagi. Demikian berulang-ulang. Di sekeliling karang, ribuan ikan lain mengepung, memperlihatkan gigi mereka yang panjang dan tajam, seakan prajurit siap tempur. Pada serangannya yang terakhir, ikan itu terpelanting jatuh persis saat Datu Mabrur membuka matanya. “Hai, ikan! Apa maksudmu mengganggu samadiku? Ikan apa kamu?” “Aku ikan todak, Raja Ikan Todak yang menguasai perairan ini. Samadimu membuat lautan bergelora. Kami terusik, dan aku memutuskan untuk menyerangmu. Tapi, engkau memang sakti, Datu Mabrur. Aku takluk,” katanya, megap-megap. Matanya berkedip-kedip menahan sakit. Tubuhnya terjepit di sela-sela karang tajam. “Jadi, itu rakyatmu?” Datu Mabrur menunjuk ribuan ikan yang mengepung karang. “Ya, Datu. Tapi, sebelum menyerangmu tadi, kami telah bersepakat. Kalau aku kalah, kami akan menyerah dan mematuhi apa pun perintahmu.” “Datu, tolonglah aku. Obati luka-lukaku dan kembalikanlah aku ke laut. Kalau terlalu lama di darat, aku bisa mati. Atas nama rakyatku, aku berjanji akan mengabdi padamu, bila engkau menolongku...” Raja Ikan Todak mengiba-iba. Seolah sulit bernapas, insangnya membuka dan menutup. “Baiklah,” Datu Mabrur berdiri. “Sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya, aku akan menolongmu.” “Apa pun permintaanmu, kami akan memenuhinya. Datu ingin istana bawah laut yang terbuat dari emas dan permata, dilayani ikan duyung dan gurita? Ingin berkeliling dunia, bersama ikan paus dan lumba-lumba?” “Tidak. Aku tak punya keinginan pribadi, tapi untuk masa depan anak-cucuku nanti....” Lalu, Datu Mabrur menceritakan maksud pertapaannya selama ini. “Akan kukerahkan rakyatku, seluruh penghuni lautan dan samudera. Sebelum matahari terbit esok pagi, impianmu akan terwujud. Aku bersumpah!” jawab Raja Ikan Todak. Datu Mabrur tak dapat membayangkan, bagaimana Raja Ikan Todak akan memenuhi sumpahnya itu. “Baiklah. Tapi kita harus membuat perjanjian. Sejak sekarang kita harus sa-ijaan, seiring sejalan. Seia sekata, sampai ke anak-cucu kita. Kita harus rakat mufakat, bantu membantu, bahu membahu. Setuju?” “Setuju, Datu...,” sahut Raja Ikan Todak yang tergolek lemah. Ia sangat membutuhkan air. Mendengar jawaban itu, Datu Mabrur tersenyum. Dengan hati-hati, dilepaskannya tubuh Raja Ikan Todak dari jepitan karang, lalu diusapnya lembut. Ajaib! Dalam sekejap, darah dan luka di sekujur tubuh Raja Ikan Todak itu mengering! Kulitnya licin kembali seperti semula, seakan tak pernah luka. Ikan itu menggerak-gerakkan sirip dan ekornya dengan gembira. Dengan lembut dan penuh kasih sayang, Datu Mabrur mengangkat Raja Ikan Todak itu dan mengembalikannya ke laut. Ribuan ikan yang tadi mengepung karang, kini berenang mengerumuninya, melompat-lompat bersuka ria. “Sa-ijaan!” seru Raja Ikan Todak sambil melompat di permukaan laut. “Sa-ijaan!” sahut Datu Mabrur. Sebelum tengah malam, sebelum batas waktu pertapaannya berakhir, Datu Mabrur dikejutkan oleh suara gemuruh yang datang dari dasar laut. Gemuruh perlahan, tapi pasti. Gemuruh suara itu terdengar bersamaan dengan timbulnya sebuah daratan, dari dasar laut! Kian lama, permukaan daratan itu kian tampak. Naik dan terus naik! Lalu, seluruhnya timbul ke permukaan! Di bawah permukaan air, ternyata jutaan ikan dari berbagai jenis mendorong dan memunculkan daratan baru itu dari dasar laut. Sambil mendorong, mereka serempak berteriak, “Sa-ijaan! Sa-ijaan! Sa-ijaaan...!” Datu Mabrur tercengang di karang pertapaannya. Raja Ikan Todak telah memenuhi sumpahnya! Bersamaan dengan terbitnya matahari pagi, daratan itu telah timbul sepenuhnya. Berupa sebuah pulau. Lengkap dengan ngarai, lembah, perbukitan dan pegunungan. Tanahnya tampak subur. Pulau kecil yang makmur. Datu Mabrur senang dan gembira. Impiannya tentang pulau yang akan menjadi tempat tinggal bagi anak-cucu dan keturunannya, telah menjadi kenyataan. Permohonannya telah dikabulkan. Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Sang Pencipta, ia menamakannya Pulau Halimun. Alkisah, Pulau Halimun kemudian disebut Pulau Laut. Sebab, ia timbul dari dasar laut dan dikelilingi laut. Sebagai hikmahnya, kata sa-ijaan dan ikan todak dijadikan slogan dan lambang Pemerintah Kabupaten Kotabaru. Diadaptasi dari: https://sumberbelajar.seamolec.org/product.php?id=NWFlMDNlNzE4NjVlYWNiZjc4ZjE3NmJh 1. Berdasarkan penggalan cerita pada Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak berikut, sifat Datu Mabrur apakah yang hendak disampaikan penulis kepada pembaca? Siang-malam ia bersamadi di batu karang, di antara percikan buih, debur ombak, angin, gelombang dan badai topan.

170

0.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan