Arjuna A

15 Agustus 2022 09:10

Iklan

Arjuna A

15 Agustus 2022 09:10

Pertanyaan

Pelajaran-Pelajaran Para Pelaku: 1. Sang Pemuda 2. Sepuluh orang pemuda berpakaian seragam Panggung menggambarkan sebuah ruang yang luas, tidak ada perlengkapan apa-apa. Kekosongan ruang itu menampilkan suatu situasi: nganga yang menentang, nganga yang mencemooh, bahkan nganga yang menuntut suatu nilai yang bakal diberikan oleh para pemain nantinya. Situasi demikian itu menjadi sumber inspirasi munculnya para pemain nantinya. (Sepuluh orang pemuda, yang berpakaian seragam, masuk berbaris seperti tentara. Sesudah mereka berjalan di tempat, barisan itu memecah menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas lima orang. Satu kelompok menuju ke kanan, satunya menuju samping kiri. Secara bersama-sama mereka membungkuk. Secara bersama-sama pula mereka mengucapkan salam, "Selamat pagi, Pak. Selamat siang, Bu. Selamat sore semuanya." Kemudian mereka kembali menjadi statis, menampilkan kehadiran seperti patung-patung.) (Dua orang petugas perlengkapan masuk membawa sebuah knap, menempatkannya di tempat kedua kelompok manusia-manusia patung itu.) Pemuda : (Seorang pemuda dengan pakaian rapi, lengkap dengan sepatu yang rapi, dua bolpoin merah dan hitam di saku bajunya yang putih, masuk ke panggung dengan cara berjalan yang berlagak gagah. Ia menjinjing buku setumpuk, yaitu buku-buku pelajaran sekolah. Sesampainya di depan knap, ia menempatkan diri sejajar dengan kelompok itu, menghadang ke arah yang sama pula dengan mereka. Pemuda itu berdiri tegak dan tegap.) (Kedua kelompok manusia patung membungkuk bersama, sambil berkata secara bersama-sama pula, "Selamat pagi, Pak. Selamat siang, Bu. Selamat sorelah semuanya.") Pemuda : "Selamat pagi. Terima kasih." (Pemuda itu lalu menempatkan buku-bukunya di knap.) "Nah, sekarang mulai dengan pelajaran-pelajaran." (Kedua kelompok manusia patung lalu berjalan urut ke depan pemuda, kemudian duduk mendengarkan kata-katanya.) Pemuda : "Bagus. Terpujilah engkau generasi baru, yang dapat mewarisi disiplin yang baik." (Menatap arloji, mengerutkan dahi.) "Tepat saatnya kita ucapkan Panca Prasetia Siswa." (Kelompok manusia patung lalu berdiri dengan tegap. Salah seorang di antara mereka menghadap si Pemuda, menjadi wakil kelompok.) Pemuda: (Memberikan secarik kertas.) Wakil : (Menerima kertas tersebut, kemudian membacanya dengan keras.) "Satu: Kami siswa-siswa SMTA bersemangat satu, berkesetiaan satu, bercita-cita satu." Kelompok : (Menirukan) Wakil : "Dua: Kami siswa-siswa SMTA ber-Tuhan satu." Kelompok : (Menirukan) Wakil : "Tiga: Kami siswa-siswa SMTA bejalan pada rel satu." Kelompok : (Menirukan) Wakil : "Empat: Kami siswa-siswa SMTA berkepribadian satu." Kelompok : (Menirukan) Wakil : "Lima: Kami siswa-siswa SMTA adalah satu, dan bakal tetap menjadi satu." Kelompok : (Menirukan) Wakil : (Kembali ke barisannya) Pemuda : "Pelajaran yang kedua, kita mengenangkan dan merenungkan serta mendoakan arwah nenek moyang kita. Mulai ... cukup." (Pemuda memberi istirahat agar kelompok manusia patung duduk dengan tenang.) Pemuda : "Pelajaran ketiga untuk pagi ini adalah mengingat peraturan-peraturan sekolah kita. Satu: pakaian seragam, tidak boleh merokok, tidak boleh memakai narkoba, tidak boleh pacaran, tidak boleh membaca buku-buku porno, tidak boleh pakai sandal. Kedua: harus ada izin setiap tidak masuk, harus menghormati guru, harus menurut kata-kata guru. Ya?!" Kelompok : (Memandang sang Pemuda.) Pemuda : (Memberi aba-aba seperti seorang dirigen.) Kelompok : (Serentak) "Yaaaaaa." Pemuda : "Nah, ini namanya satu bahasa. Jadi, tidak dua bahasa." Kelompok : (Memandang Lagi kepada sang Pemuda.) Pemuda : (Memberi aba-aba) Kelompok : (Berkata bersama) "Bukaaaaan." Pemuda : "Hebat. Pelajaran Budi Pekerti dimulai. Semua telinga dipersiapkan." Kelompok : (Meraba-raba telinganya sendiri secara bersama-sama.) Pemuda : "Generasi kalian tengah mengalami dekadensi moral. Banyak yang ngebut, banyak yang merokok, banyak yang tidak disiplin. Oleh karena itu, kalian harus menjauhi mereka yang suka ngebut, agar kalian tidak kena pengaruh. Kalian harus berjalan di atas satu rel, agar sampai pada kebahagiaan, tidak hanya di dunia saja, tetapi juga di akhirat nanti. Mengapa begitu?" Kelompok : (Diam) Pemuda : "Mengapa?" Kelompok : (Berkata bersama) "Mengapa?" Pemuda : "Jadi kalian juga tidak mengerti bahwa begitu itu adalah, apa ... sebabnya ... a ... aa ... dekadensi moral, apa itu subversi kebudayaan ... ? Tidak ?" Kelompok : "Tidaaaak." Pemuda : "Bagus. Saya juga tidak mengerti itu. Kita punya buku-buku peraturan." (Mengambil buku yang teratas) "Di sini dikatakan bahwa di negara-negara Barat telah timbul dekadensi moral. Dan kita kena pengaruhnya." (Mengambil buku kedua) "Di sini dikatakan yang dimaksudkan orang-orang Hippies itu, bahwa mereka menunggu maut sambil menghabiskan waktunya." (Mengambil buku ketiga) "Di sini dikatakan, kita harus membangun. Dengar?" Kelompok : "Dengaaaar." Pemuda : "Ya, membangun." Kelompok : "Membanguuuun." Pemuda : "Membangun itu tidak hanya membangun gedung saja, tetapi juga membangun mental." Kelompok : "Mental." Pemuda : "Di samping bahaya dekadensi moral, ada lagi bahaya lain, ialah bahaya teroris." Kelompok : "Bahaya teroris." Pemuda : (Mengambil buku keempat) "Di sini dikatakan membendung bahaya itu. Dengan apa?" Kelompok : "Dengan apaaaa?" Pemuda : "Dengan apa?" Kelompok : "Dengan apaaaa?" Pemuda : "Saya bertanya." Kelompok : "Saya bertanya." Pemuda : "Dengan bertoleransi." Kelompok : "Dengan bertoleransi." Pemuda : "Hebat." Kelompok : "Hebaaaat." Pemuda : "Di samping itu, kita harus ingat sejarah Majapahit." Kelompok : "Majapahit." Pemuda : "Gajah Mada ." Kelompok : "Gajah Mada ." Pemuda : "Baik." Kelompok : "Baik." Pemuda : "Cukup." Kelompok : "Cukup." Pemuda : (Mengambil buku kelima) "Pelajaran lanjutannya. A, i, u, e, o." Kelompok : "A, i, u, e, o." Pemuda : "En , i, en , i, ... ni-ni." Kelompok : "En, i, en , i, ... ni-ni." Pemuda : "Bagus." Kelompok : "Bagus." Pemuda : (Menata buku) Kelompok : (Berdiri, berjalan ke samping kanan dan kiri, lalu berkata) "Selamat pagi, Pak. Selamat siang, Bu. Selamat sorelah semuanya." Pemuda : (Pergi membawa buku-buku.) (Dua orang petugas perlengkapan masuk, mengambil knap, membawanya pergi.) Kelompok berbaris berkeliling dua kali sambil berkata, "A, i, e, u, e, i, ni-ni. A, i, u, e, o, ni-ni." Mereka menuju ke luar panggung. Tinggal seorang yang masih berkeliling sendirian. Semakin lama dia berjalan semakin cepat, sambil terus berkata, "i, u, e, o, ni-ni." Ia berputar, berpusingan, lalu rebah. Sesaat kemudian ia bangkit, memandang berkeliling. Ruangan kosong menganga, menantang arti. Lalu ia berteriak lantang: "Siapa aku?" (Diadaptasi dari naskah drama "Pelajaran-Pelajaran " karya Bakdi Soemanto) 2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar! a. Adakah unsur satiris atau humor dalam drama tersebut? Jelaskan!

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

20

:

46

:

16

Klaim

33

3

Jawaban terverifikasi

Iklan

P. Avivah

Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Malang

28 September 2022 03:48

Jawaban terverifikasi

<p>Jawaban yang benar adalah ada.</p><p>&nbsp;</p><p>Simak penjelasan berikut ini.</p><p>&nbsp;</p><p>Teks drama adalah sebuah cerita yang disajikan dalam bentuk dialog-dialog antar tokoh. Dalam teks drama, terdapat unsur humor atau satire yang bertujuan untuk menghibur para penonton. Unsur humor itu dapat berupa <i>acting</i> maupun kata-kata yang dilontarkan oleh pemain.</p><p>&nbsp;</p><p>Pada teks drama di atas, tema yang dibahas berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan sikap siswa remaja. Drama di atas sebenarnya menyampaikan beberapa kritik yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Tetapi dalam penyampaiannya juga disisipkan lelucon atau humor agar dapat menghibur penonton. Pada teks di atas, satire dapat ditemukan dalam dua adegan berikut:</p><p>1. Adegan ketika sekelompok pemuda menirukan apa yang dibicarakan oleh satu orang pemuda.</p><p>2. Adegan seorang pemuda yang kebingungan dan bertanya "<i>Siapa aku</i>?" pada adegan terakhir.</p><p>&nbsp;</p><p>Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat unsur humor pada teks drama di atas.</p>

Jawaban yang benar adalah ada.

 

Simak penjelasan berikut ini.

 

Teks drama adalah sebuah cerita yang disajikan dalam bentuk dialog-dialog antar tokoh. Dalam teks drama, terdapat unsur humor atau satire yang bertujuan untuk menghibur para penonton. Unsur humor itu dapat berupa acting maupun kata-kata yang dilontarkan oleh pemain.

 

Pada teks drama di atas, tema yang dibahas berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan sikap siswa remaja. Drama di atas sebenarnya menyampaikan beberapa kritik yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Tetapi dalam penyampaiannya juga disisipkan lelucon atau humor agar dapat menghibur penonton. Pada teks di atas, satire dapat ditemukan dalam dua adegan berikut:

1. Adegan ketika sekelompok pemuda menirukan apa yang dibicarakan oleh satu orang pemuda.

2. Adegan seorang pemuda yang kebingungan dan bertanya "Siapa aku?" pada adegan terakhir.

 

Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat unsur humor pada teks drama di atas.


Iklan

Septi A

09 Februari 2023 04:01

Adakah unsur sindiran dalam drama tersebut jelaskan


Rahayu R

15 Mei 2024 04:00

Ada kah unsur satiris atau humor dlm drama tersebut jls kan


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Assalamu’alaikum Wr. Wb Yang kami hormati bapak dan ibu serta para hadirirn sekalian yang berbahagia. Puji syukur kita sanjungkan kehadirat Allah swt, karena dengan limpahan dan karunia-Nya kita bisa berkumpul di sini. Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw, karena beliau menyiarkan agama yang haq, yakni agama islam, agama yang diridai oleh Allah swt. Semoga kita sekalian termasuk ke dalam umat-Nya yang diberkahi. Amin ya rabbal alamin. Hadirin sekalian yang berbahagia! Dirasa amat penting sekali jiwa sosial untuk diterapkan di lingkungan keluarga, sanak saudara, bahkan juga di masyarakat luas. Karena dengan jiwa sosial, maka terjalinlah di antara kita saling tolong-menolong, dan kasih sayang. Sehngga orang-orang yang butuh akan pertolongan kita, akan mendapatkan haq-Nya. Perhatikan kalimat berikut! Puji syukur kita sanjungkan kehadirat Allah swt, karena dengan limpahan karuniaNya kita bisa berkumpul di sini. Kalimat tersebut termasuk …. A. salam pembuka B. ucapan terima kasih C. pengenalan topik D. tema E. judul

423

0.0

Jawaban terverifikasi