Brown B

19 Maret 2024 11:21

Iklan

Iklan

Brown B

19 Maret 2024 11:21

Pertanyaan

Negaraku Engkau Adalah Pujaan Setiap Pahlawan Siapapun Rela Bertumpah Darah Untukmu Demi Terbebas Dari Penindasan Kami Siap Sedia Untukmu Negaraku Yang Permai Dan Sejahtera Hanya Padamu Kami Menautkan Hati Tiada Tempat Yang Damai Nan Sentosa Kepadamulah Kami Berikan Hati Ini Berdasarkan Puisi Tersebut Majas Apa Yang Di Gunakan Pada Puisi Tersebut? Sebutkan Dan Jelaskan!!


8

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

Nanda R

Gold

21 Maret 2024 12:21

Jawaban terverifikasi

<p>Puisi tersebut menggunakan beberapa majas (figurative language) untuk menyampaikan pesan yang kuat tentang cinta dan pengabdian kepada negara. Berikut adalah beberapa majas yang digunakan dalam puisi tersebut:</p><p><strong>Personifikasi</strong>: Ketika negara di personifikasikan sebagai entitas yang hidup, seperti dalam baris "Negaraku Yang Permai Dan Sejahtera". Dalam konteks ini, negara dianggap memiliki sifat-sifat seperti keindahan dan kesejahteraan, padahal sebenarnya itu adalah deskripsi bagi kondisi negara.</p><p><strong>Hipertekstur</strong>: Ketika penulis menggunakan kata-kata yang berlebihan atau melebih-lebihkan dalam penggambaran suatu objek, dalam hal ini adalah negara. Contohnya pada baris "Kepadamulah Kami Berikan Hati Ini", di mana penulis menunjukkan pengabdian yang sangat mendalam kepada negara dengan menyatakan bahwa hati mereka sepenuhnya milik negara.</p><p><strong>Anafora</strong>: Pengulangan kata atau frasa di awal kalimat atau ayat yang berturut-turut, seperti dalam baris "Negaraku" yang muncul di awal setiap bait. Anafora ini memberikan penekanan pada tema kesetiaan dan cinta kepada negara.</p><p><strong>Metafora</strong>: Penggunaan kata-kata yang melambangkan sesuatu yang lain, seperti "Siapapun Rela Bertumpah Darah Untukmu". Dalam konteks ini, "bertumpah darah" melambangkan pengorbanan dan pengabdian yang besar kepada negara.</p>

Puisi tersebut menggunakan beberapa majas (figurative language) untuk menyampaikan pesan yang kuat tentang cinta dan pengabdian kepada negara. Berikut adalah beberapa majas yang digunakan dalam puisi tersebut:

Personifikasi: Ketika negara di personifikasikan sebagai entitas yang hidup, seperti dalam baris "Negaraku Yang Permai Dan Sejahtera". Dalam konteks ini, negara dianggap memiliki sifat-sifat seperti keindahan dan kesejahteraan, padahal sebenarnya itu adalah deskripsi bagi kondisi negara.

Hipertekstur: Ketika penulis menggunakan kata-kata yang berlebihan atau melebih-lebihkan dalam penggambaran suatu objek, dalam hal ini adalah negara. Contohnya pada baris "Kepadamulah Kami Berikan Hati Ini", di mana penulis menunjukkan pengabdian yang sangat mendalam kepada negara dengan menyatakan bahwa hati mereka sepenuhnya milik negara.

Anafora: Pengulangan kata atau frasa di awal kalimat atau ayat yang berturut-turut, seperti dalam baris "Negaraku" yang muncul di awal setiap bait. Anafora ini memberikan penekanan pada tema kesetiaan dan cinta kepada negara.

Metafora: Penggunaan kata-kata yang melambangkan sesuatu yang lain, seperti "Siapapun Rela Bertumpah Darah Untukmu". Dalam konteks ini, "bertumpah darah" melambangkan pengorbanan dan pengabdian yang besar kepada negara.


Iklan

Iklan

Caca C

19 Maret 2024 12:17

<p>Majas Simile.</p><p><strong>Penjelasan</strong>: Menurut Keraf (2007:138), simile diartikan sebagai perbandingan yang bersifat eksplisit. Hal yang dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah perbandingan yang langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lainnya dengan menggunakan kata-kata pembanding.</p><p>Jawaban lain:</p><p>Puisi tersebut menggunakan majas personifikasi dan juga majas perumpamaan.<br><br>- <strong>Personifikasi</strong>: Dalam puisi tersebut, negara digambarkan sebagai entitas yang hidup yang dapat menerima perasaan dan tindakan manusia, seperti "Engkau Adalah Pujaan Setiap Pahlawan" yang menggambarkan negara sebagai sosok yang dapat dipuja.<br>- Perumpamaan: Contoh perumpamaan dalam puisi tersebut adalah "Hanya Padamu Kami Menautkan Hati" yang menggambarkan rasa cinta dan kesetiaan yang mendalam terhadap negara.</p><p>- <strong>Perumpamaan</strong>: Contoh perumpamaan dalam puisi tersebut adalah "Hanya Padamu Kami Menautkan Hati" yang menggambarkan rasa cinta dan kesetiaan yang mendalam terhadap negara.</p>

Majas Simile.

Penjelasan: Menurut Keraf (2007:138), simile diartikan sebagai perbandingan yang bersifat eksplisit. Hal yang dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah perbandingan yang langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lainnya dengan menggunakan kata-kata pembanding.

Jawaban lain:

Puisi tersebut menggunakan majas personifikasi dan juga majas perumpamaan.

- Personifikasi: Dalam puisi tersebut, negara digambarkan sebagai entitas yang hidup yang dapat menerima perasaan dan tindakan manusia, seperti "Engkau Adalah Pujaan Setiap Pahlawan" yang menggambarkan negara sebagai sosok yang dapat dipuja.
- Perumpamaan: Contoh perumpamaan dalam puisi tersebut adalah "Hanya Padamu Kami Menautkan Hati" yang menggambarkan rasa cinta dan kesetiaan yang mendalam terhadap negara.

- Perumpamaan: Contoh perumpamaan dalam puisi tersebut adalah "Hanya Padamu Kami Menautkan Hati" yang menggambarkan rasa cinta dan kesetiaan yang mendalam terhadap negara.


lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Selamat Pagi Indonesia Karya Sapardi Djoko Damono selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk dan menyanyi kecil buatmu. aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu, dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam kerja yang sederhana; bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal. selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah, di mata para perempuan yang sabar, di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan; kami telah bersahabat dengan kenyataan untuk diam-diam mencintaimu. pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu agar tak sia-sia kau melahirkanku. seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam padamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya. aku pun pergi bekerja, menaklukan kejemuan, merubuhkan kesangsian, dan menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jaman yang megah, biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat, para perempuan menyalakan api, dan di telapak tangan para lelaki yang tabah telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura. Selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil memberi salam kepada si anak kecil; terasa benar : aku tak lain milikmu "Selamat pagi, Indonesia seekor burung mungil mengangguk dan menyanyi kecil buatmu." Majas apa yang digunakan dalam kutipan puisi tersebut? Jelaskan tujuan penggunaan majas tersebut.

162

5.0

Jawaban terverifikasi

Bola-Bola Waktu Oleh Rakhma Subarna Ivan menendang kerikil di jalan dengan kasar hingga terpelanting berhamburan. Debu mengepul dari kerikil-kerikil itu. Lagi-lagi ia dijadikan bahan tertawaan! Ini semua gara-gara kue basah Ibu! Setiap hari Ivan harus bangun pukul setengah empat pagi dan membantu Ibu membuat aneka kue basah. Ivan juga harus pergi lebih pagi untuk mengantarkan kue-kue itu ke beberapa warung menuju sekolah. Hal yang paling memalukan, Ivan menitipkan kue itu juga di kantin sekolah! Ketika Fiam, anak paling usil di kelasnya tahu, ia segera mengejek Ivan. Dan begitu Fiam memulai, julukan “tukang kue” untuknya pun langsung diikuti teman-teman sekelas. Seolah belum cukup memalukan, bangun pagi dan rasa lelah bekerja sejak subuh membuat Ivan sering tertidur saat pelajaran. “Wah, tukang kue mau alih profesi jadi tukang tidur,” ejek Fiam yang memancing tawa sekelas. Ivan masih menendang kerikil-kerikil itu. “Aku tidak mau lagi!” teriak Ivan dalam hatinya. “Aku tidak mau lagi berjualan kue. Aku ingin menjadi anak SMP yang keren dan dikagumi oleh teman-temanku!” “Kau yakin?” Ivan menengok. Seorang pria berkerudung hitam memandangnya. Bibir pria itu tersenyum ramah. Di meja di hadapannya tergeletak aneka bola warnawarni. Ivan memandang pria itu sambil mengerutkan alisnya. Apakah dia peramal? tanya Ivan dalam hati. “Kau ingin melihat apa yang terjadi apabila kau berhenti berjualan kue?” Ragu-ragu, Ivan mengangguk. Ia lalu mengambil bola merah yang disodorkan pria itu. Seketika, tubuhnya terasa ringan, dunia di sekitarnya berputar. Ivan terkesiap. Ia terbangun di sebuah kamar yang terasa asing. Dengan heran, ia menatap Nina dan Danu, adiknya. Mengapa mereka tidur di sini? Ivan menatap sekeliling. Kamar itu sempit, pengap, dan terutama sangat berantakan! Barang-barang miliknya tergeletak di mana saja, sementara tumpukan buku koleksi Nina dan mainan Danu memenuhi sudut-sudut kamar. “Pukul 06.00? Aku terlambat untuk membuat kue!” Ivan segera berdiri dan keluar kamar. “Kamu sudah bangun, Van?” suara Ibu menyapanya. Mata Ivan membelalak lebar melihat kerut-kerut yang bertambah di wajah Ibu dan kelelahan yang tergambar jelas di sana. “Syukurlah. Ibu pergi dahulu, ya. Jangan lupa, antar adik-adikmu ke sekolah.” Ivan termangu. Ia menatap sosok Ibu yang membawa kotak-kotak berisi aneka kue basah. Jadi, tampaknya mereka masih berjualan kue basah. Hanya, kali ini, Ibu tidak meminta bantuannya. Akhirnya, Ivan terbebas dari tugasnya! Lalu, di mana Ayah? Biasanya Ayah yang mengantar Ibu untuk pergi berjualan. Ivan memandang ke sekeliling ruangan. Saat itulah Ivan menatap sebuah foto berbingkai hitam di dekat meja makan. Di dalamnya, wajah lelah ayahnya tersenyum ramah. “Van, nanti siang jangan lupa latihan basket, ya. Minggu depan kita lawan SMP Bina Bangsa.” Ivan hanya mengangguk lesu. Sekarang ia tahu, ia berada di tahun 2022. Tidak ada lagi teman-teman sekelas yang mengejeknya. Malah bisa dikatakan, ia memiliki cukup banyak teman. Nilai-nilainya bukan yang terbaik, tetapi bukan pula yang paling jelek. Ia berhasil masuk tim basket selama dua tahun berturut-turut. Semua tampak sempurna. Namun, mengapa Ivan menyesal berada di tahun ini? Tadi pagi ia mengetahui bahwa ayahnya tidak lagi bersama mereka. Ayah meninggal karena sakit. Kata Ibu, Ayah sering mengabaikan sakit yang dideritanya dan berkeras membantu Ibu. Ayah bahkan menolak tawaran Ibu untuk membayar seorang pekerja. Ayah ingin hasil penjualan kue ditabung untuk biaya kuliah Ivan nanti. “Hai, Van! Apakah Ibumu sudah sembuh? Mamaku ingin pesan kue basah untuk arisan, tetapi Ibumu bilang ia sedang tidak enak badan.” Perkataan Hario menyadarkan Ivan lagi dari lamunannya. Ivan menunduk. Ia teringat wajah menua dan lelah ibunya tadi pagi, bahkan Ibunya tidak mengatakan kepadanya bahwa ia sedang sakit. Ivan menelengkupkan kepala di atas meja. Andai saja penyesalan bisa memutar kembali waktu, ia lebih memilih membantu kedua orang tuanya berjualan kue. Matanya terasa panas. Kepalanya terasa berputar. Ivan mengerjap. Seseorang mengguncang tubuhnya lembut. “Ivan, bangun, Nak.” Ivan memicingkan mata. Ia mengenal suara tegas tetapi lembut itu. “Ayah! Syukurlah!” Ivan segera tersadar dan memeluk ayahnya erat. “Wah, wah, wah …! Tadi kamu mimpi buruk, ya?” Pagi masih gelap saat Ivan melihat ke luar jendela. Ivan tahu ia harus bangun lebih pagi karena mereka mendapat pesanan kue untuk acara pernikahan dan rapat di kantor RW. Memikirkan pesanan kue itu, Ivan melompat dari tempat tidur dengan penuh semangat. “Ayah, Ibu, tahu nggak? Kue-kue basah buatan Ibu ini banyak yang suka, loh!” cerita Ivan. Untuk sesaat, Ayah dan Ibu saling memandang dan menyimpan senyum geli. Mungkin mereka heran melihat Ivan yang tak lagi menggerutu dan malas-malasan saat membantu. “Eih, aku serius loh ini,” tambah Ivan lagi melihat reaksi kedua orang tuanya. “Van, kamu nggak apa-apa, Van?” suara Hario terdengar cemas dan makin jauh. Lalu segalanya gelap. Ayah tergelak. Ia mengusap kepala Ivan dengan lembut, “Tentu saja kami tahu, ini kan resep warisan turun-temurun!” Tepat pukul 05.00, kue-kue basah nan cantik telah siap. Harum manis kue memenuhi rumah. Meski lelah, Ivan merasa bangga melihat kue-kue yang baru ditatanya. Rasanya ia makin mahir menata kue-kue ini. “Van, tolong masukkan setiap jenis ke dalam kotak untuk pesanan kawinan dan Pak RW, ya. Biar Ayah yang menyiapkan untuk dibawa ke pasar. Ibu mau membuat sarapan dahulu sebelum adik-adikmu bangun,” kata Ibu. Ivan mengangguk. Saat memasukkan kue-kue ke dalam setiap kotak, sebuah ide melintas dalam benaknya. Masih ada 30 menit sebelum ia harus bersiap ke sekolah. Ivan mengambil selembar kertas, lalu segera menggambar sebuah kotak berisi aneka kue cantik. “Camilan Cantik Akhir Minggu,” begitu Ivan memberi judul gambar tersebut. Di bagian bawah gambar, Ivan menulis, “Untuk pemesanan, hubungi Ivan – kelas VII B.” 1. Siapakah nama tokoh cerita Bola-Bola Waktu?

54

3.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

TEKS 1 Karangan Bunga Tiga anak kecil Dalam langkah malu-malu Datang ke Salemba Sore itu. lni dari kami bertiga Pita hitam pada karangan bunga Sebab kami ikut berduka Bagi kakak yang di tembak mati siang tadi' (Taufiq Ismail, Tirani, 1966) Apresiasi presiasi Puisi di atas membicarakan peristiwa demonstrasi mahasiswa pada tahun 1966 menentang Orde Lama. Tiga anak kecil mewakili golongan rakyat biasa yang masih suci dan murni hatinya yang sebenarnya belum tahu apa-apa tentang peristiwa demonstrasi itu. Akan tetapi, mereka bertiga sudah mampu menyatakan duka cita terhadap gugurnya mahasiswa yang ditembak mati oleh penguasa pada waktu itu. Oleh karena itu, ketiga anak kecil membawa karangan bunga dalam langkah malu-malu. Tanda kedukaan dilambangkan dengan "pita hitam pada karangan bunga". Penggambaran melalui tiga anak kecil menyentuh hati pembaca. Pembaca tentu tidak akan percaya bahwa lukisan itu menggambarkan kenyataan, sebab di tengah-tengah demonstrasi mahasiswa saat itu tidak mungkin ada "tiga anak kecil" membawa karangan bunga ke Salemba. Dengan demikian, puisi yang singkat ini mengandung makna dan pesan moral yang dalam tentang perjuangan, kemanusiaan, dan rasa empati. Jadi, semua pernyataan ini bermakna kias dan melambangkan suatu maksud yang hendak dikemukakan oleh penyair, yakni, kedukaan yang mendalam karena gugurnya pahlawan Ampera. Pemilihan kata, bunyi, lambang, kiasan, versifikasi, dan sebagainya diabdikan untuk kepentingan perwujudan makna tersebut. Sumber: mashudismada. word press. Com TEKS 2 Pentingnya Menghargai Perjuangan Para Pahlawan Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Demikian bunyi peribahasa yang artinya bahwa hanya bangsa yang memiliki kearifan dan kebijaksanaanlah yang dapat menghargai segenap perjuangan dan pengorbanan para pahlawan. Perjuangan dan pengorbanan yang mereka persembahkan untuk kemerdekaan dan kesejahtera-an bangsa dan negara. Perjuangan tersebut mereka lakukan dengan mempertaruhkan jiwa dan raga, bahkan harta benda. Oleh karena itu, sangat tidak arif dan bijaksana apabila kita sebagai generasi yang menikmati hasil perjuangan mereka, tidak dapat menghargai perjuangannya. Mengapa kita harus menghargai perjuangan para pahlawan? Bagaimana cara kita menghargai perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa tersebut? Pertanyaan-pertanyaan tersebut memerlukan jawaban yang harus dibuktikan dalam perilaku kita sebagai generasi penerus bangsa. Kita menghargai perjuangan para pahlawan karena menyadari bahwa tanpa perjuangan dan pengorbanan mereka, kita belum tentu dapat menikmati kemerdekaan yang menempatkan kita sebagai bangsa yang mandiri dan bermartabat. Sebagai bukti rasa syukur dan terima kasih kita kepada para pahlawan, kita patut mengisi kemerdekaan dengan belajar sungguh-sungguh agar dapat membangun bangsa kita menjadi sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya di dunia. Cinta tanah air dan bangsa pada masa sekarang ini dapat kita wujudkan dengan senantiasa mau belajar dan bekerja untuk mengisi kemerdekaan. Dengan cara seperti inilah, kita menghargai perjuangan para pahlawan bangsa. 10. Teks 1 menjelaskan ulasan tentang ... a. Puisi "Karangan Bunga" karya Taufik Ismail b. Rasa belangsungkawa dalam puisi "Karangan Bunga" karya Taufik Ismail. c. Perjuangan Pahlawan Ampera dalam puisi "Karangan Bunga" karya Taufik Ismail. d. Tiga anak kecil membawa karangan bunga untuk kakak yang tertembak siang tadi.

46

0.0

Jawaban terverifikasi

Puisi A Dibawa Gelombang Alun membawa bidukku perlahan Dalam kesunyian malam waktu Tidak berpawang tidak berkawan Entah ke mana aku tak tahu Jauh di atas bintang kemilau Seperti sudah berabad-abad Dengan damai mereka meninjau Kehidupan bumi yang kecil amat Aku bernyanyi dengan suara Seperti bisikan angin di daun Suaraku hilang dalam udara Dalam laut yang beralun-alun Alun membawa bidukku perlahan Dalam kesunyian malam waktu Tidak berpawang tidak berkawan Entah ke mana aku tak tahu (Sumber: Teks Puisi karangan Sanusi Pane diunduh di http://farichinfarich.blogspot.co.id/2011/04/diktat-kelas-viii-puisi.html) Puisi B Pembawa Matahari Piring-piring lokan itu pecah kembali Membangunkan tubuh cahaya dan si bocah Muncul lagi di pantai, mendirikan menara Dari gundukan pasir dan serakan-serakan kerang Namun segera dijala oleh siang Dan diterbangkan ke udara Sore itu aku duduk, membaca buku laut dan gelombang Mendengarkan kisah dari jauh namun dekat Bendera perang hampir kumal Dan jarum hari mulai menjahit sepi Membentangkan malam "Selamat tinggal Ahmas!" seru sebuah suara "Berapa anakmu sekarang, Leila?" kata yang lain "Kiambang-kiambang bertaut di sungai dan hanyut mengisahkan nasib kita Kemudiku selalu patah, selalu patah "Namun rumah senantiasa indah Senantiasa indah Nyanyian-nyanyian tak semerdu dulu lagi Tapi masa kanak-kanakku memasang lagi telinganya Hingga percakapan-percakapan butir pasir bisa terdengar Bersama kegaiban ratusan malaikat Dan dalam rongga kecilnya yang berkaca-kaca Kutemukan semesta yag juga ada dalam diriku Di sanalah rumahku, kata si bocah Dalam kemilau embun, di pangkuan sunyi Di lubuk kecemasan yang senantiasa gelisah Dalam keluasan ke mana ombak selalu berbenah Tak kuperlukan lagi pintu dan jendela dunia kini Tak kuperlukan lagi jalan pulang Semua ada di sana seperti jantera dan benang tenunnya Kemudian si bocah pulang Membawa matahari Dan esoknya datang lagi Membawa matahari (Sumber: Teks Puis karang Abdul Hadi diunduh di http://ihwanaridanu.blogspot.co.id/2012/03/analisis-struktural-semiotik-puisi.html) Puisi C Doa Sebelum Tidur Maafkan saya, Tuhan Baru kali ini sempat mengingatMu Maafkan saya, Tuhan Mungkin besok aku lupa lagi Aku akan tidur Mungkin beberapa jam saja Kini terserah padaMu Nasibku terlena di pangkuanMu Aku tak biasa Berdoa panjang-panjang Hanya kuminta Tolong damaikan dunia Selama aku lelap tidur dan terlupa Aku tahu Engkau takkan tidur Dan tak kunjung lupa Oleh karena itu Sebelum tidur kuminta padaMu Apa saja yang baik untukku Dan untuk siapa saja (Ah, barangkali Kau tertawa Tapi betapa pun, maafkan daku, Tuhan) (Sumber: Teks Puisi karangan Budiman S. Hartoyo diunduh di http://acehlook.com/amanat-puisi/) Tentukan amanat/pesan yang akan disampaikan penulis dari ketiga teks tersebut!

6

5.0

Jawaban terverifikasi