Ranii R

11 Maret 2024 22:28

Iklan

Ranii R

11 Maret 2024 22:28

Pertanyaan

Kemajuan teknologi membuai siapa saja yang memanfaatkannya. Tak jarang kemajuan teknologi membuat orang kecanduan dan tidak bisa lepas dari perangkat digital dalam hubungan sosial. Ada sindrom yang membuat orang-orang takut dan gelisah jika berjauhan dengan perangkat teknologi dan kehidupan di media sosial, yaitu Fear of Missing Out (FOMO). Lalu, mengapa fenomena FOMO ini lebih banyak terjadi pada perempuan? FOMO adalah sebuah fenomena mengenai seseorang yang merasa takut dan gelisah jika tidak mengikuti obrolan dan isu-isu di media sosial. FOMO disebut-sebut sebagai pemicu terjadinya nomophobia atau ketakutan jika berjauhan dengan telepon genggam. Beberapa jenis gangguan kejiwaan tersebut disebabkan oleh fenomena FOMO. FOMO telah diteliti secara mendalam dan dipublikasikan di jurnal Computers in Human Behaviour pada tahun 2013 silam. Faktor yang membuat FOMO semakin fenomenal adalah tingkat pengguna. media sosial yang sangat tinggi saat ini, terutama di tanah air. Hasil penelitian. tentang FOMO menunjukkan bahwa sampel objek di bawah usia 30 tahun memiliki kecenderungan tertinggi mengalami FOMO, Selain itu, uniknya, Perempuan disebut lebih banyak mengalami FOMO daripada laki-laki. Inti bacaan di atas adalah......

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

03

:

49

:

59

Klaim

5

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Salsabila M

Community

12 Maret 2024 10:14

Jawaban terverifikasi

<p><br>Inti bacaan di atas adalah:</p><p><strong>FOMO (Fear of Missing Out):</strong></p><ul><li>Fenomena FOMO merujuk pada ketakutan dan kegelisahan seseorang jika tidak dapat mengikuti obrolan, isu-isu, atau aktivitas di media sosial. FOMO dapat menjadi pemicu nomophobia, yaitu ketakutan jika berjauhan dengan perangkat telepon genggam.</li></ul><p><strong>Penggunaan Teknologi dan Media Sosial:</strong></p><ul><li>Kemajuan teknologi dan tingginya penggunaan media sosial memperkuat fenomena FOMO. Seseorang dapat menjadi kecanduan dan sulit melepaskan diri dari perangkat digital, memicu kecemasan dan rasa takut tertinggal informasi.</li></ul><p><strong>Pengaruh Gender dalam FOMO:</strong></p><ul><li>Meskipun FOMO dapat memengaruhi siapa saja, terdapat penemuan bahwa perempuan lebih cenderung mengalami FOMO daripada laki-laki. Penelitian menunjukkan bahwa kelompok usia di bawah 30 tahun memiliki kecenderungan tertinggi mengalami FOMO.</li></ul><p><strong>Pentingnya Penelitian:</strong></p><ul><li>Fenomena FOMO telah menjadi fokus penelitian, dan hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Computers in Human Behaviour pada tahun 2013. Ini menunjukkan bahwa perhatian serius diberikan pada dampak psikologis dari ketergantungan pada media sosial dan teknologi.</li></ul><p><br>&nbsp;</p>


Inti bacaan di atas adalah:

FOMO (Fear of Missing Out):

  • Fenomena FOMO merujuk pada ketakutan dan kegelisahan seseorang jika tidak dapat mengikuti obrolan, isu-isu, atau aktivitas di media sosial. FOMO dapat menjadi pemicu nomophobia, yaitu ketakutan jika berjauhan dengan perangkat telepon genggam.

Penggunaan Teknologi dan Media Sosial:

  • Kemajuan teknologi dan tingginya penggunaan media sosial memperkuat fenomena FOMO. Seseorang dapat menjadi kecanduan dan sulit melepaskan diri dari perangkat digital, memicu kecemasan dan rasa takut tertinggal informasi.

Pengaruh Gender dalam FOMO:

  • Meskipun FOMO dapat memengaruhi siapa saja, terdapat penemuan bahwa perempuan lebih cenderung mengalami FOMO daripada laki-laki. Penelitian menunjukkan bahwa kelompok usia di bawah 30 tahun memiliki kecenderungan tertinggi mengalami FOMO.

Pentingnya Penelitian:

  • Fenomena FOMO telah menjadi fokus penelitian, dan hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Computers in Human Behaviour pada tahun 2013. Ini menunjukkan bahwa perhatian serius diberikan pada dampak psikologis dari ketergantungan pada media sosial dan teknologi.


 


Iklan

Mercon M

Community

29 April 2024 09:11

Jawaban terverifikasi

<p>Jawaban:</p><p>Inti bacaan di atas adalah fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang semakin merajalela di era kemajuan teknologi dan media sosial. FOMO merupakan kecemasan dan ketakutan seseorang jika merasa tertinggal atau tidak terhubung dengan apa yang sedang terjadi di media sosial atau dalam obrolan online. Fenomena ini lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki, meskipun tidak ada penjelasan pasti mengapa hal ini terjadi.</p><p>&nbsp;</p><p>Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat penggunaan media sosial yang tinggi, terutama oleh generasi muda, menjadi salah satu faktor utama yang memperkuat fenomena FOMO. Perempuan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi mengalami FOMO dibandingkan dengan laki-laki, meskipun alasan secara spesifik belum sepenuhnya dipahami.</p><p>&nbsp;</p><p>Secara umum, fenomena FOMO menjadi perhatian serius karena dapat berkontribusi pada gangguan kejiwaan, seperti nomophobia (ketakutan kehilangan telepon genggam). Meskipun demikian, lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami secara mendalam penyebab dan dampak dari FOMO, serta bagaimana mengelola penggunaan media sosial secara sehat dalam kehidupan sehari-hari.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p><br>&nbsp;</p>

Jawaban:

Inti bacaan di atas adalah fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang semakin merajalela di era kemajuan teknologi dan media sosial. FOMO merupakan kecemasan dan ketakutan seseorang jika merasa tertinggal atau tidak terhubung dengan apa yang sedang terjadi di media sosial atau dalam obrolan online. Fenomena ini lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki, meskipun tidak ada penjelasan pasti mengapa hal ini terjadi.

 

Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat penggunaan media sosial yang tinggi, terutama oleh generasi muda, menjadi salah satu faktor utama yang memperkuat fenomena FOMO. Perempuan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi mengalami FOMO dibandingkan dengan laki-laki, meskipun alasan secara spesifik belum sepenuhnya dipahami.

 

Secara umum, fenomena FOMO menjadi perhatian serius karena dapat berkontribusi pada gangguan kejiwaan, seperti nomophobia (ketakutan kehilangan telepon genggam). Meskipun demikian, lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami secara mendalam penyebab dan dampak dari FOMO, serta bagaimana mengelola penggunaan media sosial secara sehat dalam kehidupan sehari-hari.

 

 

 


 


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Teks 1 Salah Kelas Pagi itu, Joni nampak bahagia sekali. Di meja makan, ibunya bertanya kepada Joni. "Jon, Ibu perhatikan dari tadi kamu senyum-senyum sendiri?" "Anu, Bu, semalam ibu wali kelas membagikan jadwal tatap muka terbatas. Senang rasanya karena besok aku bisa bertemu teman-teman. Belajar daring di rumah membosankan, Bu. Apalagi kalau zoom meeting Matematika." "Memangnya kenapa kalau Matematika, Jon?" Ibu bertanya kembali. "Gurunya galak, Bu, materinya juga susah, wong diajarkan di kelas saja masih susah pahamnya, apalagi daring," jawab Joni. "Oh, begitu," Ibu menimpali. "Ya sudah, Bu. Joni pamit, ya." Joni langsung pergi sambil mencium tangan ibunya. Sekolah sudah nampak ramai. Joni berjalan sambil sesekali melihat jadwal mapel yang dibagikan wali kelasnya. Lalu, dia segera masuk kelas dan ternyata sudah ada guru di dalam kelas. "Selamat pagi, Pak. Maaf, saya terlambat." "Selamat pagi juga, Nak, silakan duduk," sahut Pak Guru. Joni langsung mencari kursi dan duduk tanpa melihat kanan kiri. Saat mengeluarkan buku catatan, Joni mengedarkan pandangannya dan langsung kaget. Semua seperti asing. Dia seperti tidak mengenali teman sekelasnya, apalagi semuanya memakai masker. Dia berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa mereka adalah teman kelasnya. Tidak berapa lama, Joni kaget ketika melihat ke papan tulis Pak Guru sedang menjelaskan soal Matematika, padahal seingatnya jadwal pagi itu adalah Bahasa Indonesia. "Astaga, ini kan kelasku satu tahun yang lalu, ini kan kelas satu. Sekarang kan aku sudah naik kelas dua." Keringat dingin keluar di wajah Joni, lalu dia memberanikan diri menemui Pak Guru. "Maaf, Pak, karena sudah satu tahun daring, saya lupa kalau sekarang saya sudah kelas dua. Saya salah masuk kelas, Pak." Semua peserta didik pun tertawa. Dengan wajah malu, Joni keluar kelas. Teks 2 PKH Pada suatu hari, dua orang ibu rumah tangga sedang berbincang-bincang di depan rumah. Mereka sedang asyik membahas tentang bantuan pemerintah yang dinamakan PKH. Bu Tuti : Mar, aku semakin heran dengan pemerintah sekarang. Bu Marni Loh, kenapa, Bu? Ada masalah? (penasaran) Bu Tuti : Ya jelas ada. Kalau enggak ada, buat apa saya repot-repot membahas masalah ini? Bu Marni: Oalah, Bu, sempat-sempatnya memikirkan pemerintah, memangnya pemerintah memikirkan nasib kita? Bu Tuti : Jangan salah. Tuh, lihat tetangga sebelah kita. Dia dapat bantuan dari pemerintah. Setiap bulan, dia rutin mengambil sembako di warung dekat balai desa sana. Bu Marni Masa? Enggak salah, sampeyan, Bu? Dia, kan, lumayan mampu. Lihat saja, kulkas ada, mesin cuci punya, motor dua, kalau pergi perhiasannya selalu menempel di tangannya. Benar enggak salah, Bu? (sedikit tidak percaya) Bu Tuti : Nah, itu yang membuat saya bingung. Kenapa dia dapat bantuan? Padahal, kalau dipikir, dia tergolong keluarga mampu. Coba kita bandingkan dengan tetangga kita yang lain. Ada yang jauh lebih berhak mendapatkan bantuan itu sebenarnya. Bu Marni : Iya betul Bu. Ngomong-ngomong, bantuan apa yang bisa dia dapat, Bu? Bu Tuti Bu Marni: Masa kamu enggak tahu? Itu, loh, bantuan PKH. Oh, yang rumahnya ditempeli stiker "Keluarga Miskin" itu, to? Bu Tuti Nah, itu kamu tahu, Mar. (mengacungkan jempol kepada Bu Marni) Bu Marni Bu Tuti Ya tahu lah, Bu. Apa, sih, yang tidak saya ketahui? Mar, PKH itu apa, to? (penasaran) Bu Marni Program Keluarga Harapan. Bu Tuti : Harapan apa? Bu Marni Harapan biar dikasih sembako tiap bulan, ha...ha...ha... Bu Tuti : Ngawur kamu, Mar. Tulislah persamaan dan perbedaan kedua teks tersebut

34

0.0

Jawaban terverifikasi

Sahabat yang Tergadai Rina dan Maya telah bersahabat sejak kecil. Mereka tinggal di kompleks perumahan yang sama, duduk di bangku sekolah yang sama, bahkan berbagi mimpi untuk bisa terus bersama hingga dewasa. Setiap sore, Rina selalu datang ke rumah Maya untuk bermain atau sekadar mengerjakan PR bersama. Rumah Maya terasa hangat dan nyaman, penuh dengan canda tawa dan rasa kekeluargaan. Maya adalah teman yang selalu mendukung Rina dalam segala hal, tak peduli apa yang terjadi. Namun, suatu hari segalanya berubah. Ayah Maya, yang sebelumnya memiliki usaha sukses, mengalami kebangkrutan. Usahanya gulung tikar setelah dihadapkan pada masalah keuangan yang tak terduga. Keluarga Maya terpaksa menjual rumah mereka dan pindah ke sebuah rumah kontrakan kecil di pinggiran kota. Maya tak lagi bisa mengenakan seragam baru yang biasa mereka beli bersama di awal tahun ajaran. Kini, pakaian Maya tampak kusam, dan sepatu yang dia kenakan mulai berlubang di ujungnya. Pada awalnya, Rina tetap berteman dengan Maya seperti biasa. Mereka masih bertemu di sekolah, dan Rina sesekali mengundang Maya ke rumahnya. Namun, Rina mulai mendengar bisik-bisik dari teman-teman lainnya. "Kenapa masih berteman dengan Maya? Keluarganya sudah jatuh miskin. Nanti kamu jadi terlihat seperti dia." Salah seorang teman di kelas berkata dengan nada mengejek. Bisikan-bisikan itu semakin keras, bahkan beberapa di antaranya terang-terangan menertawakan Maya di depan Rina. Rina merasa tersudut. Di satu sisi, dia merasa bersalah kepada Maya, sahabatnya sejak kecil, yang tidak pernah memintanya apa-apa kecuali persahabatan tulus. Namun di sisi lain, dia merasa takut dijauhi oleh teman-teman lain yang mulai memandang rendah Maya. Rina mulai menjaga jarak. Suatu sore, Maya mendatangi Rina. "Kenapa kamu menjauh? Aku merindukanmu, Rina," Maya bertanya dengan mata yang penuh harap, mencoba mencari jawaban atas perubahan sikap sahabatnya. Rina menghindari tatapan Maya, menunduk dan berpura-pura sibuk dengan bukunya. "Aku sibuk sekarang, banyak tugas. Maaf, Maya." Maya terdiam. Hatinya hancur. Dia tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia berharap itu tidak benar. Namun, kenyataannya terlalu menyakitkan untuk diabaikan. Sejak itu Maya tak pernah lagi mengajak Rina berbicara. Mereka masih bertemu di sekolah, tetapi Maya belajar untuk menahan diri dari rasa sakit ditinggalkan. Waktu berlalu, dan pertemanan mereka tergerus oleh jarak yang diciptakan Rina. Suatu hari, sekolah mengadakan reuni kecil bagi siswa-siswa angkatan mereka. Maya, yang sekarang telah menemukan jalan hidupnya sendiri, datang dengan percaya diri. Dia tak lagi terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Rina melihat Maya dari jauh, merasa tertampar oleh keberadaan sahabatnya yang dulu. Maya telah tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan sukses, meski tanpa dirinya. Rina mendekat dengan perasaan bersalah. "Maya... maafkan aku." Maya menatapnya, senyumnya tenang. "Rina, aku sudah memaafkanmu sejak lama. Aku hanya belajar bahwa tidak semua hal bisa kita pertahankan, bahkan persahabatan. Kadang, orang berubah, dan itu tidak apa-apa. Yang penting, kita tetap berdiri dan melanjutkan hidup." Rina menahan air matanya. Pada saat itu, dia menyadari bahwa dia telah kehilangan lebih dari sekadar seorang sahabat. Dia telah kehilangan kesempatan untuk setia pada seseorang yang benar-benar berarti dalam hidupnya. Tapi, waktu tak bisa diputar kembali. Rina hanya bisa menerima kenyataan bahwa persahabatan mereka telah tergadai oleh ketakutan dan gengsi. Maya pun berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Rina dalam kesunyian yang menyesakkan. Ubahlah cerpen tersebut menjadi sebuah adegan 1, adegan 2, adegan 3, dan adegan 4

13

0.0

Jawaban terverifikasi

Iklan