Anonim A

07 Maret 2024 01:13

Iklan

Anonim A

07 Maret 2024 01:13

Pertanyaan

kebijakan politik luar negeri Indonesia selama masa demokrasi parlementer adalah

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

18

:

25

:

12

Klaim

3

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Nanda R

Community

07 Maret 2024 21:09

Jawaban terverifikasi

<p>Selama masa demokrasi parlementer di Indonesia (1950-1959), kebijakan politik luar negeri didasarkan pada beberapa prinsip utama. Beberapa ciri khas kebijakan politik luar negeri Indonesia pada masa tersebut melibatkan:</p><p><strong>Netralitas:</strong> Indonesia menganut kebijakan netralitas dalam konflik global, khususnya selama Perang Dingin. Meskipun menjadi anggota Gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement), Indonesia berusaha untuk tetap independen dan tidak terikat pada blok politik manapun.</p><p><strong>Pengakuan Terhadap Kedaulatan Negara-Negara Asia dan Afrika:</strong> Pemerintahan Indonesia, yang dipimpin oleh Presiden Sukarno, aktif mendukung perjuangan kemerdekaan negara-negara di Asia dan Afrika yang masih berada di bawah penjajahan kolonial.</p><p><strong>Konfrontasi dengan Malaysia:</strong> Terdapat periode ketegangan antara Indonesia dan Malaysia pada awal 1960-an yang dikenal sebagai Konfrontasi. Konflik ini terutama berkaitan dengan masalah perbatasan dan konflik identitas nasional.</p><p><strong>Keterlibatan dalam Organisasi-organisasi Internasional:</strong> Indonesia aktif terlibat dalam organisasi-organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Gerakan Non-Blok, dan Konferensi Asia-Afrika. Partisipasi ini menunjukkan komitmen Indonesia terhadap kerja sama internasional.</p><p><strong>Prinsip Anti-Imperialisme dan Anti-Kolonialisme:</strong> Pada masa ini, Indonesia menganut prinsip anti-imperialisme dan anti-kolonialisme. Pemerintah Indonesia menentang kolonialisme dan mendukung gerakan-gerakan kemerdekaan nasional di berbagai belahan dunia.</p>

Selama masa demokrasi parlementer di Indonesia (1950-1959), kebijakan politik luar negeri didasarkan pada beberapa prinsip utama. Beberapa ciri khas kebijakan politik luar negeri Indonesia pada masa tersebut melibatkan:

Netralitas: Indonesia menganut kebijakan netralitas dalam konflik global, khususnya selama Perang Dingin. Meskipun menjadi anggota Gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement), Indonesia berusaha untuk tetap independen dan tidak terikat pada blok politik manapun.

Pengakuan Terhadap Kedaulatan Negara-Negara Asia dan Afrika: Pemerintahan Indonesia, yang dipimpin oleh Presiden Sukarno, aktif mendukung perjuangan kemerdekaan negara-negara di Asia dan Afrika yang masih berada di bawah penjajahan kolonial.

Konfrontasi dengan Malaysia: Terdapat periode ketegangan antara Indonesia dan Malaysia pada awal 1960-an yang dikenal sebagai Konfrontasi. Konflik ini terutama berkaitan dengan masalah perbatasan dan konflik identitas nasional.

Keterlibatan dalam Organisasi-organisasi Internasional: Indonesia aktif terlibat dalam organisasi-organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Gerakan Non-Blok, dan Konferensi Asia-Afrika. Partisipasi ini menunjukkan komitmen Indonesia terhadap kerja sama internasional.

Prinsip Anti-Imperialisme dan Anti-Kolonialisme: Pada masa ini, Indonesia menganut prinsip anti-imperialisme dan anti-kolonialisme. Pemerintah Indonesia menentang kolonialisme dan mendukung gerakan-gerakan kemerdekaan nasional di berbagai belahan dunia.


Iklan

Salsabila M

Community

09 Maret 2024 01:02

Jawaban terverifikasi

<p><br>Indonesia mengalami masa demokrasi parlementer pada awal-awal kemerdekaannya setelah proklamasi pada 17 Agustus 1945 hingga tahun 1959. Beberapa kebijakan politik luar negeri yang diterapkan oleh Indonesia selama periode ini melibatkan upaya membangun diplomasi, memperkuat hubungan bilateral, dan memperjuangkan hak kemerdekaan di forum internasional. Berikut adalah beberapa ciri kebijakan politik luar negeri Indonesia selama masa demokrasi parlementer:</p><p><strong>Membangun Hubungan Bilateral:</strong></p><ul><li>Pada masa awal kemerdekaan, Indonesia berusaha membangun hubungan bilateral dengan sejumlah negara untuk mendapatkan pengakuan internasional terhadap kemerdekaannya.</li><li>Presiden pertama Indonesia, Soekarno, aktif dalam berbagai konferensi internasional dan memperkuat hubungan dengan negara-negara lain, termasuk Uni Soviet, India, dan negara-negara Blok Timur.</li></ul><p><strong>Keterlibatan dalam Forum Internasional:</strong></p><ul><li>Indonesia ikut serta dalam berbagai forum internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk memperjuangkan hak dan kedaulatan negara serta mendukung perjuangan kemerdekaan bagi negara-negara yang masih dijajah.</li></ul><p><strong>Konfrontasi dengan Belanda:</strong></p><ul><li>Kebijakan konfrontasi dengan Belanda adalah salah satu aspek penting dalam politik luar negeri Indonesia pada masa itu. Hal ini terkait dengan upaya Indonesia untuk mengakhiri agresi militer Belanda dan mencapai perdamaian.</li></ul><p><strong>Kebijakan Ekonomi dan Persatuan Bangsa-Bangsa Asia Afrika (BANDUNG):</strong></p><ul><li>Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Bandung pada tahun 1955 mencerminkan semangat anti-kolonialisme dan kemerdekaan di Asia dan Afrika. Indonesia, bersama dengan sejumlah negara Asia dan Afrika, memperkuat solidaritas untuk mencapai tujuan bersama.</li></ul><p><strong>Perjuangan Melawan Imperialisme:</strong></p><ul><li>Indonesia, di bawah pimpinan Soekarno, menekankan perjuangan melawan imperialisme dan neokolonialisme. Hal ini tercermin dalam pidato-pidato Soekarno di berbagai forum internasional.</li></ul><p><strong>Non-Blok dan Gerakan Non-Blok:</strong></p><ul><li>Indonesia adalah salah satu pendiri Gerakan Non-Blok pada Konferensi Bandung. Prinsip non-blok ini menjadi landasan dalam politik luar negeri Indonesia, yang menunjukkan kemandiriannya dan ketidak-ketergantungan pada blok politik tertentu.</li></ul><p>Penting untuk dicatat bahwa masa demokrasi parlementer di Indonesia berlangsung relatif singkat, dan pada tahun 1959, sistem politik berubah menjadi sistem presidensial. Sejak saat itu, sejumlah perubahan politik dan kebijakan luar negeri terus berkembang mengikuti dinamika politik dan peristiwa-peristiwa global.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p><br>&nbsp;</p>


Indonesia mengalami masa demokrasi parlementer pada awal-awal kemerdekaannya setelah proklamasi pada 17 Agustus 1945 hingga tahun 1959. Beberapa kebijakan politik luar negeri yang diterapkan oleh Indonesia selama periode ini melibatkan upaya membangun diplomasi, memperkuat hubungan bilateral, dan memperjuangkan hak kemerdekaan di forum internasional. Berikut adalah beberapa ciri kebijakan politik luar negeri Indonesia selama masa demokrasi parlementer:

Membangun Hubungan Bilateral:

  • Pada masa awal kemerdekaan, Indonesia berusaha membangun hubungan bilateral dengan sejumlah negara untuk mendapatkan pengakuan internasional terhadap kemerdekaannya.
  • Presiden pertama Indonesia, Soekarno, aktif dalam berbagai konferensi internasional dan memperkuat hubungan dengan negara-negara lain, termasuk Uni Soviet, India, dan negara-negara Blok Timur.

Keterlibatan dalam Forum Internasional:

  • Indonesia ikut serta dalam berbagai forum internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk memperjuangkan hak dan kedaulatan negara serta mendukung perjuangan kemerdekaan bagi negara-negara yang masih dijajah.

Konfrontasi dengan Belanda:

  • Kebijakan konfrontasi dengan Belanda adalah salah satu aspek penting dalam politik luar negeri Indonesia pada masa itu. Hal ini terkait dengan upaya Indonesia untuk mengakhiri agresi militer Belanda dan mencapai perdamaian.

Kebijakan Ekonomi dan Persatuan Bangsa-Bangsa Asia Afrika (BANDUNG):

  • Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Bandung pada tahun 1955 mencerminkan semangat anti-kolonialisme dan kemerdekaan di Asia dan Afrika. Indonesia, bersama dengan sejumlah negara Asia dan Afrika, memperkuat solidaritas untuk mencapai tujuan bersama.

Perjuangan Melawan Imperialisme:

  • Indonesia, di bawah pimpinan Soekarno, menekankan perjuangan melawan imperialisme dan neokolonialisme. Hal ini tercermin dalam pidato-pidato Soekarno di berbagai forum internasional.

Non-Blok dan Gerakan Non-Blok:

  • Indonesia adalah salah satu pendiri Gerakan Non-Blok pada Konferensi Bandung. Prinsip non-blok ini menjadi landasan dalam politik luar negeri Indonesia, yang menunjukkan kemandiriannya dan ketidak-ketergantungan pada blok politik tertentu.

Penting untuk dicatat bahwa masa demokrasi parlementer di Indonesia berlangsung relatif singkat, dan pada tahun 1959, sistem politik berubah menjadi sistem presidensial. Sejak saat itu, sejumlah perubahan politik dan kebijakan luar negeri terus berkembang mengikuti dinamika politik dan peristiwa-peristiwa global.

 

 


 


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

negara apa yang paling lama menjajah Indonesia?

2

5.0

Jawaban terverifikasi

[1] Gaya hidup sedentari alias kurang gerak atau mager (malas gerak) adalah masalah yang sering dialami oleh penduduk perkotaan. [2] Bekerja di depan layar komputer sepanjang hari, kelamaan terjebak macet di jalan,atau hobi main gim tanpa diimbangi olahraga merupakan bentuk dari gaya hidup sedentari. [3] Jika Anda termasuk salah satu orang yang sering melakukan berbagai rutinitas tersebut, Anda harus waspada. [4] Pasalnya, gaya hidup sedentari sangat berbahaya karena membuat Anda berisiko terkena diabetes tipe 2. [5] Gaya hidup sedentari menyebabkan masyarakat, terutama penduduk kota, malas bergerak. [6] Coba ingat-ingat, dalam sehari ini, sudah berapa kali Anda dalam menggunakan aplikasi online untuk memenuhi kebutuh Anda? [7] Selain itu, tilik juga berapa banyak langkah yang sudah Anda dapatkan pada hari ini? [8] Seiring dengan pengembangan teknologi yang makin canggih, apa pun yang Anda butuhkan kini bisa langsung diantar ke ruangan kantor Anda atau depan rumah. [9] Selain hemat waktu, Anda pun jadi tak perlu mengeluarkan energi untuk mendapatkan apa yang Anda mau. [10] Namun, tahukah Anda bahwa segala kemudahan tersebut menyimpan bahaya bagi tubuh Anda? [11] Minimnya aktifitas fisik karena gaya hidup ini membuatmu berisiko lebih tinggi terkena berbagai penyakit kronis, termasuk diabetes. [12] Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa gaya hidup ini juga termasuk 1 dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. [13] Selain itu, data terbaru dari Riskedas 2018 menguak bahwa DKI Jakarta merupakan provinsi dengan tingkat diabetes melitus tertinggi di Indonesia. [14] Ini menunjukkan bahwa gaya hidup mager amat erat kaitannya dengan tingkat diabetes di perkotaan. Bentuk bahasa yang sejenis dengan mager pada kalimat 1 adalah.... a. magang b. oncom c. rudal d. pugar

9

5.0

Jawaban terverifikasi