Chena R

14 Agustus 2024 15:05

Iklan

Chena R

14 Agustus 2024 15:05

Pertanyaan

Frekuensi bunyi dari suatu sumber bunyi oleh seorang pendengar akan terdengar .... (1) bertambah, jika pendengar dan sumber beregerak berlawanan arah, saling mendekat tetapi kelajuan pendengar lebih besar dari kelajuan sumber bunyi. (2) berkurang, jika sumber dan pendengar bergerak searah posisi pendengar di belakang dan kelajuan sumber lebih besar daripada kelajuan pendengar. (3) bertambah, jika sumber dan pendengar bergerak searah, posisi pendengar di depan dan kelajuan sumber lebih besar daripada kelajuan pendengar. (4) berkurang, jika sumber bunyi dan pendengar diam tetapi medium bergerak relatif menuju pendengar.

8 dari 10 siswa nilainya naik

dengan paket belajar pilihan

Habis dalam

01

:

13

:

38

:

05

Klaim

5

0


Empty Comment

Belum ada jawaban 🤔

Ayo, jadi yang pertama menjawab pertanyaan ini!

Mau jawaban yang cepat dan pasti benar?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

Roboguru Plus

Dapatkan pembahasan soal ga pake lama, langsung dari Tutor!

Chat Tutor

Temukan jawabannya dari Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Sedia Apar Sebelum Berkobar Banyak jalan menuju Roma. Pepatah selalu ada banyak cara untuk meraih sesuatu ternyata tak berlaku untuk memadamkan api kebakaran di ibu kota RI. Hasil olah data dan analisis jaringan jalan (network analysis) yang dilakukan Redaksi Kompas atas data kejadian kebakaran selama 2020-2021, sebaran pos pemadam kebakaran (damkar), lokasi hidran, peta persil bangunan, peta administratif rukun wilayah (RW), jaringan jalan di Jakarta, sungai, selokan, dan pantai, serta distribusi dan cakupan layanan pos damkar, menunjukkan ada banyak rintangan untuk menjangkau lokasi kebakaran. Minimnya rasio jumlah petugas damkar dibandingkan jumlah warga yang dilayani adalah persoalan mendasarnya. Contoh, rasio di Jakarta 1:2.357, sementara Kuala Lumpur 1:1.594, sedangkan Bangkok 1:1.029 atau dua kali lebih besar. Kecilnya rasio petugas damkar kian diperparah dengan belum meratanya distribusi pos damkar sehingga menimbulkan banyak daerah blank spot. Hingga tahun 2021, dari 2.731 RW di Jakarta, sebanyak 268 RW berada di luar cakupan 2,5 kilometer perjalanan dari pos damkar terdekat. Sebagian besar, 84 RW, ada di Jakarta Timur. Selain itu, sebanyak 496 RW hanya bisa mengandalkan satu pos damkar, 563 RW (2 pos), dan 585 RW (3 pos). Padahal, rekam data kejadian kebakaran periode 2020-2021 menunjukkan, setiap kebakaran membutuhkan keterlibatan empat pos. Kesulitan kian bertambah dengan banyaknya jalan sempit dan permukiman padat, tak beraturan. Data OpenStreetMap menunjukkan, 18,6 persen jalan di setiap kelurahan di Jakarta tergolong sempit dan tidak bisa dilewati truk damkar. Minimnya ketersediaan air juga menambah kompleksitas. Dari 1.213 hidran kota, hanya 34 persen yang berfungsi sempurna. Akhirnya, sungai dan selokan jadi andalan. Persoalan lain yang terlihat sederhana, tetapi berdampak besar, ialah warga lambat melaporkan kasus kebakaran ke pos damkar. Telepon layanan pengaduan kebakaran belum tertanam di benak warga. Implikasinya, kecepatan damkar mencapai lokasi kebakaran menjadi semakin terlambat. Nyawa petugas damkar menjadi taruhannya karena tiba di lokasi dengan api yang sudah berkobar. Dampak kerugian material, bahkan nyawa warga, pun lebih tinggi. Dengan segala kompleksitasnya, sungguh tak mudah memadamkan kebakaran di Ibu Kota. Sejatinya, upaya pencegahan perlu terus didorong, seperti penggantian instalasi listrik rutin. Penyediaan alat pemadam api ringan (apar) di lingkungan, hingga memperbesar barisan sukarelawan pemadam kebakaran terlatih di tingkat RT/RW, mendesak dilakukan. Apa yang terjadi di Jakarta bisa menjadi pembelajaran kota yang sedang tumbuh untuk lebih menata dan mempersiapkan kota dari ancaman kebakaran. Pepatah sedia payung sebelum hujan pun menjadi sangat relevan. Sediakan apar sebelum api berkobar. Jangan sampai nasi telanjur menjadi bubur. Dilalap api, hasil kerja keras hancur lebur. 1. apakah teks tersebut termasuk teks editorial ataukah opini? jelaskan dengan disertai alasan! 2. apakah tujuan ditulisnya teks tersebut? apakah sekedar ingin menjelaskan pandangannya mengenai persoalan yang diangkatnya, mempengaruhi pembaca agar menyetujui pendapatnya, atau hanya ingin menghibur pembaca? 3. pada bagian manakah yang mengandung isu yang dibahas dalam teks editorial tersebut? 4. tulislah fakta yang terdapat pada teks tersebut! 5. tulislah beberapa argumen yang anda temukan pada teks editorial tersebut! Kemukakan pendapat anda ( setuju/S atau tidak setuju/ TS ) mengenai argumen tersebut dengan alasan yang mendukung! 6. kepada siapakah kritik dan saran dalam teks editorial tersebut ditujukan?

13

0.0

Jawaban terverifikasi

Perhatikan teks berikut! (1) Dalam beberapa tahun terakhir, mulai banyak pasien anak dan remaja yang memiliki keluhan pada tulang belakang. (2) Padahal, rasa sakit seperti ini biasanya dialami orang yang berusia 40 tahun ke atas (3) Anak dan remaja ini ternyata gemar menggunakan gadget seperti telepon pintar, komputer, dan tablet (4) Banyak dari mereka yang bermain gadget sambil tengkurap, membungkuk, atau lehernya ke bawah untuk menatap layar monitor, sehingga kepala membebani leher. (5) Ada pula yang badannya bersandar di kursi dengan posisi layar lebih tinggi daripada mata (6) Di samping itu, juga ada yang memiringkan kepala ke satu sisi untuk menjepit gadget di antara telinga dan pundak ketika menelepon. (7) Apabila ini dilakukan terus-menerus, tulang belakang akan "protes" dengan mengumumkan sinyal nyeri. (8) Ada berbagai macam sensasi nyeri pada tulang belakang, seperti ditusuk-tusuk, kesemutan, tersetrum dan nyeri cenat-cenut seperti sakit gigi. (9) Pada nyeri yang diakibatkan gadget, biasanya sensasinya seperti tersetrum (10) Nyeri otot memang tak berbahaya. (11) Tetapi jika dibiarkan terus-menerus, nyeri ini bisa merusak postur tulang (12) Ada tiga tahapan nyeri pada tulang belakang, yaitu rasa nyeri yang dialami otot, kemudian menjalar ke sendi dan terakhir mengenai tulang. Apa gagasan utama paragraf pertama? A.Penyakit tulang belakang meningkat beberapa tahun terakhir B.Keluhan pada tulang belakang biasanya dialami orang tua C.Jumlah anak dan remaja yang mengeluhkan sakit tulang belakang meningkat D.Anak dan remaja gemar menggunakan gadget dengan cara yang tidak benar E.Posisi menggunakan gadget menyebabkan nyeri tulang belakang

2

5.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Perhatikan teks berikut! (1) Pada 2013, Pisani menyampaikan [...]nya bahwa kemampuan anak Indonesia dalam literasi, matematika, sains, dan membaca lewat Program for International Student Assessment (PISA) sangat rendah dan menurun sejak 2009. (2) Meski demikian, 95 persen siswa Indonesia mengaku bahagia di sekolah. (3) Angka ini jauh lebih tinggi daripada anak- anak di Cina (85 persen) dan Korea Selatan (60 persen). (4) Selain merasa bahagia di sekolah, anak-anak Indonesia tidak dituntut untuk bekerja keras, gigih dalam belajar, dan berprestasi (5) Pelajar Indonesia tidak menyadari bahwa pendidikan seperti itu merupakan proses pendangkalan intelektual. (6) Pendangkalan intelektual tersebut dikhawatirkan akan mengerdilkan anak-anak jika tidak ditangani dengan kebijakan yang relevan dan bermutu. (7) Selain itu, Solehuddin mengatakan bahwa Kurikulum 2013 dan penerapan wajib belajar 12 tahun merupakan dua kebijakan yang terlalu umum dan tidak memiliki daya ungkit dalam peningkatan kemampuan literasi, matematika, sains, dan membaca. (8) "Pada 2018, posisi Indonesia dalam PISA termasuk dalam juru kunci dari 67 negara peserta atau lebih buruk dari skor rata-rata pada 2009," jelasnya. (9) Rendahnya kemampuan literasi dan numerasi, seperti dikatakan Solehuddin, tidak datang dengan sendirinya, tetapi melalui rendahnya mutu sistem pembelajaran. (10) Jika mutu pembelajaran menjadi fokus paling utama, peta jalan pendidikan harus bisa membangun sistem pembelajaran integral sebagai frame of reference dari sebuah transformasi pendidikan. Lawan dari gabungan kata juru kunci pada kalimat 8 adalah.... A.Terdepan B.Teratas C.Terbaik D.Terbagus E.Terbesar

6

5.0

Jawaban terverifikasi

Tentukan ide pokok pada teks argumentasi di bawah ini! Diversifikasi untuk Ketahanan Pangan Ketahanan pangan sangat penting untuk diperkuat sekarang ini. Tingginya tingkat ketergantungan pada beras sebagai sumber karbohidrat utama menjadikan bangsa ini cukup rentan dalam hal kedaulatan pangan. Data yang ada menunjukkan tingkat konsumsi beras mencapai 94,9 kg per kapita per tahun dengan total kebutuhan mencapai 29,6 juta ton per tahun. Konsumsi yang besar ini membuat Indonesia tidak dapat terhindar dari upaya impor beras. Memang produksi beras lebih tinggi daripada kebutuhan, tetapi pemerintah butuh impor sebagai persediaan untuk mengendalikan harga di pasaran. Dari data pada 1954, komposisi karbohidrat dalam struktur menu bangsa kita menunjukkan proporsi beras hanya 53,5%. Sisanya dipenuhi dari ubi kayu (22,6%), jagung (18,9% ), dan kentang (4,99%). Akan tetapi, kondisi itu terus berubah pada era Orde Baru. Pada akhir 80-an, proporsi beras semakin dominan mencapai 81,1%, sisanya ubi kayu (10,02%) dan jagung (7,82 %). Orde Baru makin mendorong beras untuk menjadi bahan pangan utama di seluruh Indonesia. Penyeragaman konsumsi beras di Indonesia membuat makanan pokok lokal terabaikan. Kini upaya mengembalikan keragaman pangan tengah dilakukan oleh pemerintahan melalui Gerakan Diversifikasi Pangan yang dipelopori Kementerian Pertanian. Gerakan ini serentak dimulai di 34 provinsi di seluruh Indonesia sebagai antisipasi krisis pangan. Gerak- an ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan konsumsi beras dan sebagai penyedia sumber pangan alternatif berupa sumber karbohidrat lokal nonberas. Dengan demikian, konsumsi pangan lokal sebagai sumber karbohidrat lain pun diharapkan terus meningkat. Kementerian Pertanian mengajak seluruh gubernur dan bupati/ wali kota untuk bersinergi menguatkan gerakan diversifikasi pangan ini dalam upaya mengukuhkan ketahanan pangan. Kita akan kembali meneguhkan bahwa bangsa ini punya keanekaragaman pangan yang besar, tidak hanya beras yang membuat kenyang. Hal ini ditindaklanjuti dengan gerakan di sejumlah daerah yang mengeluarkan kebijakan sehari tanpa nasi. Akan tetapi, kebijakan itu tidak pernah efektif dilaksanakan. Perlu keteladanan dari kepala daerah untuk mulai memelopori mengonsumsi pangan lokal. Upaya diversifikasi pangan lokal ini ditargetkan menurunkan konsumsi beras dari 94,9 kg per kapita per tahun menjadi 85 kg per kapita per tahun pada 2024. Selain itu, upaya ini diharapkan dapat menumbuhkan UMKM pangan sebagai penyedia pangan lokal. Namun, upaya ini tentu tidak mudah. Membalikkan persepsi masyarakat untuk mengganti beras dengan komoditas lain harus diikuti dengan kebijakan dan aksi kampanye yang masif. Pekerjaan rumah lainnya, pasokan bahan pangan nonberas harus bisa diandalkan. Pemerintah tidak bisa tiba-tiba memaksakan kebijakan diversifikasi pangan jika produksi pangan lokal, seperti umbi- umbian, di setiap wilayah belum bisa ditingkatkan. Ketersediaan bahan baku yang terbatas dan harga yang kurang kompetitif dibanding dengan komoditas pangan utama, yakni beras masih menjadi kendala terbesar. Sinergi dari semua pihak untuk mengangkat produk pangan lokal selain beras memang harus sudah mulai dilaksanakan dengan segera di 34 provinsi di Indonesia.

140

3.0

Jawaban terverifikasi