Talita N

23 April 2024 12:47

Iklan

Iklan

Talita N

23 April 2024 12:47

Pertanyaan

bagaimana cara mengukur akulturasi agama di Indonesia?

bagaimana cara mengukur akulturasi agama di Indonesia?


7

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

ItsmeJacky I

25 April 2024 06:39

Jawaban terverifikasi

<p><strong>Akulturasi kebudayaan</strong> terjadi sebagai akibat interaksi antar perbedaan suku, agama, ras, dan golongan di dalam masyarakat. Perbedaan ini menyebabkan adanya ketertarikan sehingga tercipta adaptasi dan menghasilkan sebuah akulturasi kebudayaan. <strong>Sosiolog Gillin dan Raimy</strong> menyatakan bahwa akulturasi merupakan proses modifikasi antara kebudayaan yang sudah ada di masyarakat dengan kebudayaan lain. Proses ini terjadi secara dinamis tanpa menghilangkan kebudayaan lama yang sudah ada. Dalam konteks <strong>Indonesia</strong>, banyak terjadi akulturasi kebudayaan Islam yang terjadi di masyarakat. Sebelum Islam masuk ke Indonesia, sudah ada kebudayaan suku asli, agama Hindu-Budha, dan lainnya. Berikut beberapa bentuk akulturasi kebudayaan Islam di Indonesia:</p><p><strong>Tradisi Bentuk Makam</strong>: Pada masa Hindu, masyarakat tidak memiliki tradisi memakamkan mayat. Masyarakat melakukan tradisi Hindu dengan membakar mayat dan melarung abunya ke laut. Namun, setelah Islam masuk, tradisi pemakaman berubah. Abu dari orang kaya akan disimpan dalam guci, dan abu raja akan disimpan dalam sebuah candi<sup>1</sup>.</p><p><strong>Bentuk Nisan</strong>: Akulturasi budaya juga dapat dilihat dalam bentuk nisan. Pada awalnya, nisan hanya berbentuk kapal terbalik (lurus) dari Persia. Namun, bentuk nisan berkembang menjadi teratai, keris, dan gunungan wayang yang dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa.</p><p><strong>Arsitektur Bangunan Masjid</strong>: Banyak bangunan masjid di Indonesia yang menunjukkan pengaruh akulturasi budaya. Contohnya adalah Masjid Agung Demak, Masjid Gede Mataram, dan Masjid Soko Tunggal Kebumen. Beberapa arsitektur masjid ini dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha dan Barat.</p><p>Jadi, untuk mengukur akulturasi agama di Indonesia, kita dapat memperhatikan perubahan dalam tradisi pemakaman, bentuk nisan, dan arsitektur bangunan masjid yang mencerminkan pengaruh budaya sebelum dan setelah Islam masuk ke wilayah ini.</p>

Akulturasi kebudayaan terjadi sebagai akibat interaksi antar perbedaan suku, agama, ras, dan golongan di dalam masyarakat. Perbedaan ini menyebabkan adanya ketertarikan sehingga tercipta adaptasi dan menghasilkan sebuah akulturasi kebudayaan. Sosiolog Gillin dan Raimy menyatakan bahwa akulturasi merupakan proses modifikasi antara kebudayaan yang sudah ada di masyarakat dengan kebudayaan lain. Proses ini terjadi secara dinamis tanpa menghilangkan kebudayaan lama yang sudah ada. Dalam konteks Indonesia, banyak terjadi akulturasi kebudayaan Islam yang terjadi di masyarakat. Sebelum Islam masuk ke Indonesia, sudah ada kebudayaan suku asli, agama Hindu-Budha, dan lainnya. Berikut beberapa bentuk akulturasi kebudayaan Islam di Indonesia:

Tradisi Bentuk Makam: Pada masa Hindu, masyarakat tidak memiliki tradisi memakamkan mayat. Masyarakat melakukan tradisi Hindu dengan membakar mayat dan melarung abunya ke laut. Namun, setelah Islam masuk, tradisi pemakaman berubah. Abu dari orang kaya akan disimpan dalam guci, dan abu raja akan disimpan dalam sebuah candi1.

Bentuk Nisan: Akulturasi budaya juga dapat dilihat dalam bentuk nisan. Pada awalnya, nisan hanya berbentuk kapal terbalik (lurus) dari Persia. Namun, bentuk nisan berkembang menjadi teratai, keris, dan gunungan wayang yang dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa.

Arsitektur Bangunan Masjid: Banyak bangunan masjid di Indonesia yang menunjukkan pengaruh akulturasi budaya. Contohnya adalah Masjid Agung Demak, Masjid Gede Mataram, dan Masjid Soko Tunggal Kebumen. Beberapa arsitektur masjid ini dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha dan Barat.

Jadi, untuk mengukur akulturasi agama di Indonesia, kita dapat memperhatikan perubahan dalam tradisi pemakaman, bentuk nisan, dan arsitektur bangunan masjid yang mencerminkan pengaruh budaya sebelum dan setelah Islam masuk ke wilayah ini.


Iklan

Iklan

Nanda R

Gold

26 April 2024 10:45

Jawaban terverifikasi

<p>Mengukur akulturasi agama di Indonesia bisa menjadi tugas yang kompleks, mengingat Indonesia memiliki keragaman agama dan kepercayaan yang sangat besar. Namun, beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur akulturasi agama di Indonesia antara lain:</p><p><strong>Survei dan Penelitian</strong>: Melakukan survei dan penelitian yang melibatkan responden dari berbagai latar belakang agama untuk mengetahui sejauh mana terjadi proses akulturasi agama di masyarakat. Pertanyaan dalam survei tersebut dapat berkisar dari tingkat partisipasi dalam praktik keagamaan tradisional hingga preferensi terhadap ritual dan ajaran agama.</p><p><strong>Analisis Data Statistik</strong>: Menggunakan data statistik dari lembaga-lembaga pemerintah atau lembaga riset untuk melihat tren demografis terkait agama, seperti perubahan jumlah penganut agama tertentu, migrasi agama, dan kegiatan keagamaan di berbagai wilayah.</p><p><strong>Studi Kasus dan Observasi Partisipan</strong>: Melakukan studi kasus atau observasi partisipan di komunitas atau kelompok agama tertentu untuk melihat bagaimana agama-agama berinteraksi satu sama lain, apakah terjadi adopsi elemen-elemen agama lain, atau bagaimana proses akulturasi agama terjadi dalam praktik keagamaan sehari-hari.</p><p><strong>Analisis Budaya dan Literatur</strong>: Melakukan analisis terhadap karya sastra, seni, dan budaya lainnya yang mencerminkan proses akulturasi agama di Indonesia. Hal ini dapat melibatkan penelusuran ke dalam cerita rakyat, lagu-lagu tradisional, tari-tarian, dan seni rupa yang memperlihatkan pengaruh dan perpaduan antara agama-agama di Indonesia.</p><p><strong>Wawancara dan Fokus Grup</strong>: Melakukan wawancara mendalam dengan para pemimpin agama, tokoh masyarakat, dan anggota komunitas agama untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang cara mereka memandang, mempraktikkan, dan mengalami akulturasi agama di kehidupan sehari-hari.</p><p><br>&nbsp;</p>

Mengukur akulturasi agama di Indonesia bisa menjadi tugas yang kompleks, mengingat Indonesia memiliki keragaman agama dan kepercayaan yang sangat besar. Namun, beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur akulturasi agama di Indonesia antara lain:

Survei dan Penelitian: Melakukan survei dan penelitian yang melibatkan responden dari berbagai latar belakang agama untuk mengetahui sejauh mana terjadi proses akulturasi agama di masyarakat. Pertanyaan dalam survei tersebut dapat berkisar dari tingkat partisipasi dalam praktik keagamaan tradisional hingga preferensi terhadap ritual dan ajaran agama.

Analisis Data Statistik: Menggunakan data statistik dari lembaga-lembaga pemerintah atau lembaga riset untuk melihat tren demografis terkait agama, seperti perubahan jumlah penganut agama tertentu, migrasi agama, dan kegiatan keagamaan di berbagai wilayah.

Studi Kasus dan Observasi Partisipan: Melakukan studi kasus atau observasi partisipan di komunitas atau kelompok agama tertentu untuk melihat bagaimana agama-agama berinteraksi satu sama lain, apakah terjadi adopsi elemen-elemen agama lain, atau bagaimana proses akulturasi agama terjadi dalam praktik keagamaan sehari-hari.

Analisis Budaya dan Literatur: Melakukan analisis terhadap karya sastra, seni, dan budaya lainnya yang mencerminkan proses akulturasi agama di Indonesia. Hal ini dapat melibatkan penelusuran ke dalam cerita rakyat, lagu-lagu tradisional, tari-tarian, dan seni rupa yang memperlihatkan pengaruh dan perpaduan antara agama-agama di Indonesia.

Wawancara dan Fokus Grup: Melakukan wawancara mendalam dengan para pemimpin agama, tokoh masyarakat, dan anggota komunitas agama untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang cara mereka memandang, mempraktikkan, dan mengalami akulturasi agama di kehidupan sehari-hari.


 


lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu. Adapun dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika. Ide pokok pada bacaan tersebut adalah a. menceritakan keluarga Bung Karno b. presiden pertama RI yang kerap dipanggil Bung Karno lahir di Blitar dan meninggal di Jakarta. C. semasa hidupnya mempunyai tiga istri dan delapan anak d. ia memiliki istri yang berasal dari Jepang yakni, Naoko Nemoto e. ia merupakan keturunan ningrat

14

0.0

Jawaban terverifikasi