Naura A

28 Agustus 2024 09:26

Iklan

Naura A

28 Agustus 2024 09:26

Pertanyaan

Bacalah kutipan cerita berikut! Kultsum bertanya "Hasanah, bukankah engkau mendapat tugas?", "Aih.. Nanti aja, lagi seru nih acaranya" jawab Hasanah. Ia telah lupa jika ia mendapat tugas tambahan karena telah lupa membawa buku pelajaran..... Watak Hasanah dalam kutipan tadi adlah antagonis, sifat jahatnya adalah.... A. Penakut dan ceroboh B. Sombong dan Pamer C. Suka menunda dan malas

Bacalah kutipan cerita berikut!

Kultsum bertanya "Hasanah, bukankah engkau mendapat tugas?", "Aih.. Nanti aja, lagi seru nih acaranya" jawab Hasanah. Ia telah lupa jika ia mendapat tugas tambahan karena telah lupa membawa buku pelajaran.....

Watak Hasanah dalam kutipan tadi adlah antagonis, sifat jahatnya adalah....

A. Penakut dan ceroboh

B. Sombong dan Pamer

C. Suka menunda dan malas

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

05

:

37

:

07

Klaim

2

2


Iklan

Hafiz K

28 Agustus 2024 10:54

<p>C jawabannya suka menunda dan malas</p>

C jawabannya suka menunda dan malas


Iklan

Blessia K

28 Agustus 2024 21:44

<p>C karna di kutipan tadi dia nunda mulu</p><p>&nbsp;</p>

C karna di kutipan tadi dia nunda mulu

 


Mau jawaban yang terverifikasi?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

Roboguru Plus

Dapatkan pembahasan soal ga pake lama, langsung dari Tutor!

Chat Tutor

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Bacalah teks hikayat berikut, kemudian tentukan konjungsi temporal akibat di dalamnya! Hikayat Abu Nawas: Botol Ajaib Tidak ada henti-hentinya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu memanggil Abu Nawas untuk dijebak dengan berbagai pertanyaan atau tugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas juga dipanggil ke istana. Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman. "Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin," kata Baginda Raja memulai pembicaraan "Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil?" tanya Abu Nawas. "Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya," kata Baginda. Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Ia tidak memikirkan cara menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar angin. Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak. Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja. Abu Nawas tidak begitu sedih karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan. la yakin bahwa dengan berpikir akan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan, terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya.Sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya. Sementara besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja. Abu Nawas hampir putus asa. Abu Nawas benar-benar tidak bisa tidur walau hanya sekedar. Mungkin sudah takdir, sepertinya kali ini Abu Nawas harus menjalani hukuman karena gagal melaksanakan perintah Baginda. la berjalan gontai menuju istana. Di sela-sela kepasrahannya kepada takdir ia mengumpulkan sesuatu, yaitu Aladin dan lampu wasiatnya. "Bukankah jin itu tidak terlihat?" Abu Nawas bertanya kepada diri sendiri. la berjingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah secepat mungkin menyiapkan segala sesuatunya kemudian menuju istana. Di pintu gerbang istana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya. Dengan tidak sabar Baginda langsung bertanya kepada Abu Nawas, "Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai Abu Nawas?" "Sudah Paduka yang mulia," jawab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil botol yang sudah disumbat, kemudian menyerahkan botol itu. Baginda menimang-nimang botol itu. "Mana angin itu, hai Abu Nawas?" tanya Baginda. "Di dalam, Tuanku yang mulia," jawab Abu Nawas penuh takzim. "Aku tak melihat apa-apa," kata Baginda Raja. "Ampun Tuanku, memang angin tak bisa dilihat, tetapi bila Paduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu," kata Abu Nawas menjelaskan. Setelah tutup botol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitu menyenangkan hidung. "Bau apa ini, hai Abu Nawas?! tanya Baginda marah. "Ampun Tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol. Karena hamba takut angin yang hamba buang itu keluar, hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol," kata Abu Nawas ketakutan. Tetapi baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal. Dan untuk kesekian kali Abu Nawas selamat

2

0.0

Jawaban terverifikasi

Bacalah teks hikayat berikut, kemudian tentukan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya! Hikayat Abu Nawas: Botol Ajaib Tidak ada henti-hentinya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu memanggil Abu Nawas untuk dijebak dengan berbagai pertanyaan atau tugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas juga dipanggil ke istana. Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman. "Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin," kata Baginda Raja memulai pembicaraan "Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil?" tanya Abu Nawas. "Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya," kata Baginda. Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Ia tidak memikirkan cara menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar angin. Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak. Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja. Abu Nawas tidak begitu sedih karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan. la yakin bahwa dengan berpikir akan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan, terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya.Sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya. Sementara besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja. Abu Nawas hampir putus asa. Abu Nawas benar-benar tidak bisa tidur walau hanya sekedar. Mungkin sudah takdir, sepertinya kali ini Abu Nawas harus menjalani hukuman karena gagal melaksanakan perintah Baginda. la berjalan gontai menuju istana. Di sela-sela kepasrahannya kepada takdir ia mengumpulkan sesuatu, yaitu Aladin dan lampu wasiatnya. "Bukankah jin itu tidak terlihat?" Abu Nawas bertanya kepada diri sendiri. la berjingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah secepat mungkin menyiapkan segala sesuatunya kemudian menuju istana. Di pintu gerbang istana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya. Dengan tidak sabar Baginda langsung bertanya kepada Abu Nawas, "Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai Abu Nawas?" "Sudah Paduka yang mulia," jawab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil botol yang sudah disumbat, kemudian menyerahkan botol itu. Baginda menimang-nimang botol itu. "Mana angin itu, hai Abu Nawas?" tanya Baginda. "Di dalam, Tuanku yang mulia," jawab Abu Nawas penuh takzim. "Aku tak melihat apa-apa," kata Baginda Raja. "Ampun Tuanku, memang angin tak bisa dilihat, tetapi bila Paduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu," kata Abu Nawas menjelaskan. Setelah tutup botol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitu menyenangkan hidung. "Bau apa ini, hai Abu Nawas?! tanya Baginda marah. "Ampun Tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol. Karena hamba takut angin yang hamba buang itu keluar, hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol," kata Abu Nawas ketakutan. Tetapi baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal. Dan untuk kesekian kali Abu Nawas selamat.

6

5.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Bacalah cerita berikut untuk menjawab soal nomor 1-5. Persahabatan Singa dan Tikus Suatu hari, Tikus sedang berjalan sendirian di tengah hutan. Ia pergi ke hutan untuk mencari buah segar untuk adiknya yang tengah sakit di rumah. Namun, saat sedang berjalan di hutan, terdengar suara langkah kaki di belakangnya. Tikus pun merasa seperti sedang diikuti. Hap. Tiba-tiba muncullah seekor singa yang kelaparan menerkam tubuh mungil Tikus dari belakang. Ternyata, sejak memasuki hutan, Tikus sudah diincar oleh Singa untuk dijadikan santapannya.. "Hahahaha... akhirnya, kau berhasil kutangkap. Aku sudah sangat lapar sejak tadi. Berkat kau perut ini akan terasa kenyang sebentar lagi" kata Singa sambil mengangkat tubuh tikus untuk dimasukkan ke mulutnya. "Tunggu, tunggu dulu Singa. Tolong jangan makan aku. Kumohon." kata Tikus memohon. "Mengapa? Aku sudah sangat lapar, Tikus." seru Singa. "Janganlah kau makan aku. Tolong kasihanilah aku. Aku harus mencari buah untuk adikku yang tengah sakit di rumah. Kalau kau memakanku, siapa yang akan menjaga adikku di rumah? Kumohon lepaskan aku. Aku janji akan membalas kebaikanmu jika kau melepaskanku kali ini" pinta Tikus. Singa pun merasa iba setelah mendengar perkataan tikus. Ia pun melepaskan tikus dan pergi. Beberapa hari kemudian, saat Singa sedang mencari makan di hutan, ia terperangkap dalam jaring pemburu. Singa pun berteriak minta tolong. Namun, tak ada satu hewan pun yang berani menolong Singa karena takut dimangsa olehnya jika sudah terbebas dari perangkap tersebut. Sementara itu, Tikus yang kebetulan sedang berada di hutan tersebut, mendengar teriakan minta tolong Singa itu. Tanpa ragu, Tikus pun menghampiri Singa. "Ada apa Singa?" tanya Tikus. "Tikus, lihatlah aku. Aku terperangkap di jaring ini. Aku ingin keluar, tapi sulit sekali dan tak ada yang mau menolongku." jawab Singa. Tikus pun berpikir bagaimana caranya untuk mengeluarkan Singa. Setelah mendapat ide, Tikus mendekati jaring tempat Singa terperangkap dan kemudian menggigiti benang-benang jaring tersebut satu per satu. Benang-benang jaring tersebut akhirnya putus dan Singa pun dapat terbebas dari perangkap tersebut. "Terima kasih, Tikus. Kau telah menolongku" kata Singa. "Sama-sama, Singa. Dulu kau juga telah membebaskanku dan ini balasan untuk kebaikanmu waktu itu," ucap Tikus. Sejak saat itu, Tikus dan Singa pun bersahabat baik. 4. Alasan yang membuat Singa tidak jadi memangsa Tikus, yaitu karena . . . . A. Tikus ternan baik pemburu B. Singa sudah merasa kenyang C. Singa iba mendengar cerita Tikus D. Singa ingin menolong Tikus mencari buah

3

5.0

Jawaban terverifikasi

Yuk, Kerja Bakti! Penulis: Niken Ari Musim hujan telah tiba. Warga Kelurahan Mekarjaya, Depok, bersiap menghadapi musim itu. Biasanya, bersamaan dengan musim hujan, penyakit demam berdarah juga datang karena banyaknya air yang tergenang. Untuk menghindari adanya warga yang terkena demam berdarah, Pak RT mengajak warganya untuk bekerja bakti membersihkan lingkungan hari Minggu ini. “Ayah, aku mau ikut kerja bakti, dong. Aku sudah siap, nih,” kata Romi saat melihat ayahnya bersiap-siap akan ikut kerja bakti. “Wah, boleh sekali, Nak. Sekarang, kamu pakai sepatu bot dan bawa sekop kecil itu, ya,” ujar Ayah. Romi langsung mengambil sepatu botnya dari lemari. Ia memakainya dengan cepat. Tak lupa ia membawa sekop kecil dan topi seperti yang diminta Ayah. Setelah siap, mereka pun berangkat menuju lapangan, tempat bapak-bapak berkumpul. Di lapangan, sudah banyak orang berkumpul. Bapak-bapak yang akan bekerja bakti itu sedang mengisi tenaga dengan makanan yang disiapkan ibu-ibu dan anak-anak perempuan. Ibu Romi, Sinta, serta adik Romi juga sibuk membantu membawakan makanan, teh, dan kopi. Wah, pantas saja tadi di rumah Ibu membuat banyak sekali pisang goreng, pikir Romi. Tidak hanya bapak-bapak yang akan bekerja bakti, anak laki-laki seusia Romi juga ikut membantu. Romi melihat temannya, Adi dan Budi, sudah berada di lapangan. Adi membawa cangkul kecil dan Budi membawa beberapa karung. Tak lama kemudian, kerja bakti dimulai. Semua orang yang ikut serta bekerja bakti langsung menyebar ke daerah RT 03. Ada yang mulai membersihkan selokan yang mampet, mencabuti rumput liar, dan mengumpulkan sampah. Pokoknya, semua sibuk sekali. Romi, Adi, dan Budi juga tak kalah sibuk. Mereka membantu membersihkan selokan yang tertutup tanah. Romi mengeruk tanah itu dengan sekop kecil miliknya. Adi juga sama. Ia mengambil tanah yang menutupi selokan dengan cangkul. Budi menampung tanah dengan karung yang dibawa. Waktu menunjukkan pukul 11 siang dan semua pekerjaan sudah selesai. Wilayah RT 03 menjadi lebih bersih dan rapi. Sudah tidak ada tumpukan sampah ataupun selokan yang mampet. Karena lingkungan tempat tinggal sudah lebih bersih, warga pun senang dan siap menghadapi musim hujan. Permasalahan apakah yang timbul pada cerita tersebut?

5

3.0

Jawaban terverifikasi

Bank Sampah Penulis: Sam Edy Yuswanto Suatu hari, saat jam istirahat di sebuah sekolah di Jakarta. “Jangan buang sampah sembarangan, Nita!” seru Luna saat melihat Nita, sahabatnya, membuang bungkus kudapan di taman depan sekolah. “Kenapa?” sahut Nita cuek. “Kata ayah dan ibuku, jika setiap orang buang sampah sembarangan, itu bisa mencemari lingkungan,” terang Luna. Luna kemudian berjongkok memungut bungkus kudapan yang baru dibuang Nita. Sampah itu lantas ia masukkan ke dalam tas kresek yang baru saja ia ambil dari saku roknya. “Eh, buat apa bungkus kudapan itu, Luna?” tanya Nita heran. “Kalau mau tahu, nanti sepulang sekolah kamu ikut aku, oke?” ujar Luna seraya mengajak Nita masuk kelas karena bel sekolah telah berbunyi. *** “Wah! Bagus-bagus sekali tas dan dompetnya!” seru Nita takjub saat melihat tas dan dompet beraneka warna yang terbuat dari anyaman plastik bekas bungkus permen, kudapan, deterjen, dan benda lainnya. “Makanya, Dik. Kalau di rumah punya sampah plastik dan kertas, bawa saja ke sini. Jangan dibuang, ya,” kata Bu Yeti, pemilik rumah tempat penampungan sampah. “Iya, Bu,” ujar Nita. Setelah pulang sekolah, Nita memang diajak Luna mampir ke rumah Bu Yeti yang tak begitu jauh dari sekolah. Di rumah yang diberi nama “Bank Sampah” tersebut, Bu Yeti mengajak para tetangganya agar tidak membuang sampah secara sembarangan. Bu Yeti meminta mereka untuk menyetorkan sampah berupa plastik dan bungkus yang telah dibersihkan kepadanya. Ternyata, sampah-sampah itu dimanfaatkan Bu Yeti untuk membuat bermacam suvenir yang sangat menarik dan bernilai seni. Suvenir atau cindera mata itu antara lain berupa tas, dompet, tempat bolpoin, dan lain-lain. “Oh, jadi tadi pagi kamu mengumpulkan bungkus kudapan di sekolah untuk disetorkan ke sini, Luna?” tanya Nita pada Luna. Luna mengangguk dan tersenyum. “Oh, iya. Kalian mau tidak, Ibu ajari untuk membuat tas, dompet, maupun pernak-pernik kerajinan tangan lainnya dari bahan sampah plastik?” ujar Bu Yeti. Luna dan Nita saling berpandangan sejenak, lalu menjawab serempak dengan senang. “Mau..., mau, Bu!” “Kalau mau, ya, sudah besok sepulang sekolah, kalian bisa datang lagi ke sini. Tetapi, minta izin dahulu, ya, pada orang tua kalian. Jangan lupa juga bawa sampah-sampah plastik sebagai bahan utama kerajinan tangan yang akan kalian buat,” lanjut Bu Yeti. Luna dan Nita pun saling tersenyum. Mereka berdua gembira karena bakal mempunyai kegiatan baru yang menyenangkan, yaitu mendaur ulang sampah menjadi benda-benda yang menarik dan bisa bermanfaat. Mereka juga bisa turut berpartisipasi menyelamatkan lingkungan. Siapakah tokoh utama pada cerita tersebut?

1

3.0

Jawaban terverifikasi