Reynard T

03 Mei 2024 09:02

Iklan

Iklan

Reynard T

03 Mei 2024 09:02

Pertanyaan

Agus memiliki postur tubuh tinggi dan gemuk. Sudah beberapa kali melakukan latihan roll depan atau berguling ke depan tetapi usahanya selalu sia-sia. Agus tidak mampu memutar badannya ke depan dengan baik saat melakukan gerakan guling ke depan, saat sesi pengambilan nilai apa tindakan Agus.... A. Agus tetapi berusaha melakukan gerakan berguling ke depan dan percaya diri B. Agus bolos tidak mengikuti pengambilan nilai C. Agus meminta diberikan tugas yang lain D. Agus berdiri mengamati teman cara melakukan gerakan berguling ke depan


9

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

Dea K

03 Mei 2024 10:32

Jawaban terverifikasi

<p>Dalam situasi ini, tindakan yang paling sesuai adalah:</p><p><strong>D. Agus berdiri mengamati teman cara melakukan gerakan berguling ke depan.</strong></p><p>&nbsp;</p><p>Tindakan ini memberikan kesempatan bagi Agus untuk mengobservasi dengan seksama bagaimana teman-temannya melakukan gerakan tersebut dengan benar. Dengan cara ini, Agus dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang teknik yang diperlukan untuk melakukan gerakan tersebut. Observasi ini dapat membantu Agus dalam mengidentifikasi kesalahan yang mungkin dilakukannya sendiri dan memperbaikinya di masa mendatang.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p><br>&nbsp;</p>

Dalam situasi ini, tindakan yang paling sesuai adalah:

D. Agus berdiri mengamati teman cara melakukan gerakan berguling ke depan.

 

Tindakan ini memberikan kesempatan bagi Agus untuk mengobservasi dengan seksama bagaimana teman-temannya melakukan gerakan tersebut dengan benar. Dengan cara ini, Agus dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang teknik yang diperlukan untuk melakukan gerakan tersebut. Observasi ini dapat membantu Agus dalam mengidentifikasi kesalahan yang mungkin dilakukannya sendiri dan memperbaikinya di masa mendatang.

 

 

 


 


Iklan

Iklan

Salsabila M

Community

05 Mei 2024 00:57

Jawaban terverifikasi

<p>D. Agus berdiri mengamati teman cara melakukan gerakan berguling ke depan</p><p>&nbsp;</p><p>Tindakan yang paling tepat dalam situasi ini adalah opsi D, yaitu Agus berdiri mengamati teman cara melakukan gerakan berguling ke depan.</p><p>Dalam situasi ini, Agus menyadari bahwa dia mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan roll depan atau berguling ke depan. Dengan mengamati teman-temannya yang mungkin mampu melakukan gerakan tersebut dengan baik, Agus dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang teknik yang benar. Melalui observasi, Agus dapat melihat gerakan tubuh dan posisi yang tepat yang mungkin belum dia sadari sebelumnya. Ini dapat membantunya memperbaiki tekniknya saat melakukan gerakan tersebut di masa depan. Selain itu, dengan mengamati, Agus juga dapat memperoleh motivasi tambahan untuk terus berlatih dan meningkatkan kemampuannya dalam melakukan gerakan tersebut.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p><br>&nbsp;</p>

D. Agus berdiri mengamati teman cara melakukan gerakan berguling ke depan

 

Tindakan yang paling tepat dalam situasi ini adalah opsi D, yaitu Agus berdiri mengamati teman cara melakukan gerakan berguling ke depan.

Dalam situasi ini, Agus menyadari bahwa dia mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan roll depan atau berguling ke depan. Dengan mengamati teman-temannya yang mungkin mampu melakukan gerakan tersebut dengan baik, Agus dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang teknik yang benar. Melalui observasi, Agus dapat melihat gerakan tubuh dan posisi yang tepat yang mungkin belum dia sadari sebelumnya. Ini dapat membantunya memperbaiki tekniknya saat melakukan gerakan tersebut di masa depan. Selain itu, dengan mengamati, Agus juga dapat memperoleh motivasi tambahan untuk terus berlatih dan meningkatkan kemampuannya dalam melakukan gerakan tersebut.

 

 

 


 


lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Berikut ini kesalahan-kesalahan yang sering terjadi saat melakukan guling depan, kecuali …. a. Tidak mengangkat pinggul ke atas b. Kaki tidak lurus c. Tidak meluruskan siku ke samping d. Sebelum dagu menyentuh matras, kaki telah menolak sehingga punggung jatuh ke matras

287

4.1

Jawaban terverifikasi

Bola-Bola Waktu Oleh Rakhma Subarna Ivan menendang kerikil di jalan dengan kasar hingga terpelanting berhamburan. Debu mengepul dari kerikil-kerikil itu. Lagi-lagi ia dijadikan bahan tertawaan! Ini semua gara-gara kue basah Ibu! Setiap hari Ivan harus bangun pukul setengah empat pagi dan membantu Ibu membuat aneka kue basah. Ivan juga harus pergi lebih pagi untuk mengantarkan kue-kue itu ke beberapa warung menuju sekolah. Hal yang paling memalukan, Ivan menitipkan kue itu juga di kantin sekolah! Ketika Fiam, anak paling usil di kelasnya tahu, ia segera mengejek Ivan. Dan begitu Fiam memulai, julukan “tukang kue” untuknya pun langsung diikuti teman-teman sekelas. Seolah belum cukup memalukan, bangun pagi dan rasa lelah bekerja sejak subuh membuat Ivan sering tertidur saat pelajaran. “Wah, tukang kue mau alih profesi jadi tukang tidur,” ejek Fiam yang memancing tawa sekelas. Ivan masih menendang kerikil-kerikil itu. “Aku tidak mau lagi!” teriak Ivan dalam hatinya. “Aku tidak mau lagi berjualan kue. Aku ingin menjadi anak SMP yang keren dan dikagumi oleh teman-temanku!” “Kau yakin?” Ivan menengok. Seorang pria berkerudung hitam memandangnya. Bibir pria itu tersenyum ramah. Di meja di hadapannya tergeletak aneka bola warnawarni. Ivan memandang pria itu sambil mengerutkan alisnya. Apakah dia peramal? tanya Ivan dalam hati. “Kau ingin melihat apa yang terjadi apabila kau berhenti berjualan kue?” Ragu-ragu, Ivan mengangguk. Ia lalu mengambil bola merah yang disodorkan pria itu. Seketika, tubuhnya terasa ringan, dunia di sekitarnya berputar. Ivan terkesiap. Ia terbangun di sebuah kamar yang terasa asing. Dengan heran, ia menatap Nina dan Danu, adiknya. Mengapa mereka tidur di sini? Ivan menatap sekeliling. Kamar itu sempit, pengap, dan terutama sangat berantakan! Barang-barang miliknya tergeletak di mana saja, sementara tumpukan buku koleksi Nina dan mainan Danu memenuhi sudut-sudut kamar. “Pukul 06.00? Aku terlambat untuk membuat kue!” Ivan segera berdiri dan keluar kamar. “Kamu sudah bangun, Van?” suara Ibu menyapanya. Mata Ivan membelalak lebar melihat kerut-kerut yang bertambah di wajah Ibu dan kelelahan yang tergambar jelas di sana. “Syukurlah. Ibu pergi dahulu, ya. Jangan lupa, antar adik-adikmu ke sekolah.” Ivan termangu. Ia menatap sosok Ibu yang membawa kotak-kotak berisi aneka kue basah. Jadi, tampaknya mereka masih berjualan kue basah. Hanya, kali ini, Ibu tidak meminta bantuannya. Akhirnya, Ivan terbebas dari tugasnya! Lalu, di mana Ayah? Biasanya Ayah yang mengantar Ibu untuk pergi berjualan. Ivan memandang ke sekeliling ruangan. Saat itulah Ivan menatap sebuah foto berbingkai hitam di dekat meja makan. Di dalamnya, wajah lelah ayahnya tersenyum ramah. “Van, nanti siang jangan lupa latihan basket, ya. Minggu depan kita lawan SMP Bina Bangsa.” Ivan hanya mengangguk lesu. Sekarang ia tahu, ia berada di tahun 2022. Tidak ada lagi teman-teman sekelas yang mengejeknya. Malah bisa dikatakan, ia memiliki cukup banyak teman. Nilai-nilainya bukan yang terbaik, tetapi bukan pula yang paling jelek. Ia berhasil masuk tim basket selama dua tahun berturut-turut. Semua tampak sempurna. Namun, mengapa Ivan menyesal berada di tahun ini? Tadi pagi ia mengetahui bahwa ayahnya tidak lagi bersama mereka. Ayah meninggal karena sakit. Kata Ibu, Ayah sering mengabaikan sakit yang dideritanya dan berkeras membantu Ibu. Ayah bahkan menolak tawaran Ibu untuk membayar seorang pekerja. Ayah ingin hasil penjualan kue ditabung untuk biaya kuliah Ivan nanti. “Hai, Van! Apakah Ibumu sudah sembuh? Mamaku ingin pesan kue basah untuk arisan, tetapi Ibumu bilang ia sedang tidak enak badan.” Perkataan Hario menyadarkan Ivan lagi dari lamunannya. Ivan menunduk. Ia teringat wajah menua dan lelah ibunya tadi pagi, bahkan Ibunya tidak mengatakan kepadanya bahwa ia sedang sakit. Ivan menelengkupkan kepala di atas meja. Andai saja penyesalan bisa memutar kembali waktu, ia lebih memilih membantu kedua orang tuanya berjualan kue. Matanya terasa panas. Kepalanya terasa berputar. Ivan mengerjap. Seseorang mengguncang tubuhnya lembut. “Ivan, bangun, Nak.” Ivan memicingkan mata. Ia mengenal suara tegas tetapi lembut itu. “Ayah! Syukurlah!” Ivan segera tersadar dan memeluk ayahnya erat. “Wah, wah, wah …! Tadi kamu mimpi buruk, ya?” Pagi masih gelap saat Ivan melihat ke luar jendela. Ivan tahu ia harus bangun lebih pagi karena mereka mendapat pesanan kue untuk acara pernikahan dan rapat di kantor RW. Memikirkan pesanan kue itu, Ivan melompat dari tempat tidur dengan penuh semangat. “Ayah, Ibu, tahu nggak? Kue-kue basah buatan Ibu ini banyak yang suka, loh!” cerita Ivan. Untuk sesaat, Ayah dan Ibu saling memandang dan menyimpan senyum geli. Mungkin mereka heran melihat Ivan yang tak lagi menggerutu dan malas-malasan saat membantu. “Eih, aku serius loh ini,” tambah Ivan lagi melihat reaksi kedua orang tuanya. “Van, kamu nggak apa-apa, Van?” suara Hario terdengar cemas dan makin jauh. Lalu segalanya gelap. Ayah tergelak. Ia mengusap kepala Ivan dengan lembut, “Tentu saja kami tahu, ini kan resep warisan turun-temurun!” Tepat pukul 05.00, kue-kue basah nan cantik telah siap. Harum manis kue memenuhi rumah. Meski lelah, Ivan merasa bangga melihat kue-kue yang baru ditatanya. Rasanya ia makin mahir menata kue-kue ini. “Van, tolong masukkan setiap jenis ke dalam kotak untuk pesanan kawinan dan Pak RW, ya. Biar Ayah yang menyiapkan untuk dibawa ke pasar. Ibu mau membuat sarapan dahulu sebelum adik-adikmu bangun,” kata Ibu. Ivan mengangguk. Saat memasukkan kue-kue ke dalam setiap kotak, sebuah ide melintas dalam benaknya. Masih ada 30 menit sebelum ia harus bersiap ke sekolah. Ivan mengambil selembar kertas, lalu segera menggambar sebuah kotak berisi aneka kue cantik. “Camilan Cantik Akhir Minggu,” begitu Ivan memberi judul gambar tersebut. Di bagian bawah gambar, Ivan menulis, “Untuk pemesanan, hubungi Ivan – kelas VII B.” 1. Siapakah nama tokoh cerita Bola-Bola Waktu?

54

3.0

Jawaban terverifikasi

Bacalah cerpen berikut dengan saksama ! Bisnis Kambing Pagi itu matahari mulai mengintip di ufuk. Desa Karang Kabulutan masih berbalut kabut tipis. Sebagian besar penduduk desa itu belum berani keluar rumah karena udara yang sangat dingin. Baru satu dua warga desa ya ng keluar rumah untuk sekadar menghirup segarnya udara pagi. Itu pun sambil berselimut sarung lebar. Padi di sawah-sawah desa baru dipanen beberapa hari yang lalu sehingga tak ada yang perlu berang kat ke sawah pagi-pagi buta. Jalanan desa masih lengang, tenang, dan damai. Tapi, ketenangan itu terusik oleh kejadian yang tak terduga. "Aaaaaaaaaaaaa ... , " Gareng terlihat berteriak ketakutan sambil berlari terbirit-birit. Di belakangnya, Petruk mengejar sambil mengacungkan golok pendeknya. Gareng yang kurus kecil lincah berlari menerobos pagar hidup untuk menghindar dari pengejarnya. Petruk makin dibakar amarah. Ia memang tak mungkin menerobos pagar hidup berupa deretan tanaman teh-tehan seperti yang dilakukan Gareng karena tubuhnya sangat tinggi, tetapi ia dapat melompatinya. Gareng makin panik karena setiap kali ia menerobos deretan teh-tehan, tahu-tahu Petruk sudah di depannya. Akhirnya, ia nekat menerobos semak-semak berduri lalu berlari sekuat tenaga menuju rumah Semar, sesepuh desa. Semarlah satu satu nya harapan baginya. "Ramaaaaaa," Gareng menjerit sekuat tenaga. Harapannya tak sia-sia. Entah kapan tahu-tahu Semar telah berdiri di situ, menyambar tubuh mungil Gareng dan menyembunyikannya di balik punggung gempalnya. Petruk yang sampai di tempat itu pura-pura tak melihat Semar. Ia langsung memutari punggung Semar lalu menerjang Gareng yang meringkuk ketakutan. Semar tak tinggal diam. Kaki kanannya terayun cepat ke dada Petruk. Petruk jatuh terkapar. Geleknya jatuh. Petruk mendongakkan kepala ke arah Semar dan terkejut bukan buatan. Tubuh Semar terlihat menggigil dan matanya memera h saga. Sontak Petruk menubruk kaki Semar seraya meminta ampun. Hanya itu satu-satunya cara membujuk Semar agar mengurungkan ajian legendari snya, ajian yang efeknya jauh lebih hebat dari pada senjata seekor sigung. Petruk pernah terkena ajian yang membuatnya trauma. Berhari-hari ia tak mampu makan dan hanya muntah angin akibat bau superbusuk ya ng tak mau pergi dari hidungnya. Tak mau ia mengalaminya lagi. Melihat Petruk yang keta kutan dan terus meminta ampun itu, Semar pun mem batalkan ajiannya. Sikapnya kembali lembut seperti biasa. Petruk dan Gareng duduk bersimpuh di rerumputan basah. "Ada apa sebenarnya? Mengapa kalian sesama saudara saling bertengkar? Apa masalahnya?" tanya Semar. Tak ada yang berani menjawab. "Jawab, Reng! " Semar sedikit membentak. "Eh . . anu ... Dulu aku sama Petruk pernah berkongsi beternak kambing. Kami patungan mem beli seekor kambing beti na. Untuk perawatannya, Petruk menawari aku apakah memilih bagian depan atau bagian belakang," jawab Gareng. "Maksudnya depan-belakang itu apa?" tanya Semar lagi. "Kalau memilih depan berarti bertugas mencarikan makan. Kalau memilih bagian belakang berarti tugasnya membersihkan kandang." "Lha, terus?" "Kakiku masih kerengan, alergi kalau kena kotoran kambing. Makanya aku memilih bagian depan. Jadi, tugasku mencarikan rumput untuk kambing itu dan Petruk bertugas membersi hkan kandangnya ." "Lha itu cukup adil. Lalu?" "Setelah dikawinkan, kambing itu bunting lalu melahirkan dua ekor anak kambing." "Nah, itu sudah pas sekali. Kalau beranak dua, berarti masing - masing dapat seekor." "Tapi, aku tidak diberi seekor pun, Rama! " Gareng menjawab dengan emosi . "Lho, kok bisa?" "Kata Petruk, sesuai perjanjian semula, yang berhak atas anak-anak kambing itu adalah yang memilih bagian belakang karena anak kambing lahirnya lewat belakang. Tapi, kan tidak mungkin ada kambing yang beranak lewat mulut?" "Ooo .. lalu anak kambing itu diambil Petruk semua?" "lya .. " "Lalu mengapa Petruk mengejar kamu tadi?" "Tadi pagi kambing-kambi ngnya kulepas lalu kuhalau ke hutan sana." Semar terdiam. Matanya memandang Petruk dan Gareng bergantian. Yang dipandang hanya tertunduk. "Jangan curang dalam bekerja sama, apalagi curang dengan mengandalkan debat kusir. Petruk, minta maaf pada kakakmu! Gareng, minta maaf pada adikmu!" Petruk dan Gareng bersalaman. "Maafkan aku, Kang Gareng. Sebenarnya aku tak bermaksud mengakalimu. Aku cuma ingin mem berimu pelajaran agar jangan terlalu naif." "Aku memang bodoh , Truk. Tapi aku sekarang tak akan terlalu bodoh lagi untuk percaya pada saudara yang licik . . . " "Siapa yang licik?" "Kamu!" "Kamu itu yang bodoh!" "Kamu licik!" "Kamu bod . ." "Diam!" Semar berteriak m arah. Badannya menggigil, perutnya mulai digembungkan. Melihat tanda-tanda membahayakan itu Petruk dan Gareng serentak berlari lintang-pukang menjauh sejauh -jauhnya . Gas beracun ajian Rama Semar tak bisa dianggap enteng. Tentukan nilai moral pada cerpen di atas!

5

5.0

Jawaban terverifikasi

Bacalah cerpen berikut dengan saksama ! Bisnis Kambing Pagi itu matahari mulai mengintip di ufuk. Desa Karang Kabulutan masih berbalut kabut tipis. Sebagian besar penduduk desa itu belum berani keluar rumah karena udara yang sangat dingin. Baru satu dua warga desa ya ng keluar rumah untuk sekadar menghirup segarnya udara pagi. Itu pun sambil berselimut sarung lebar. Padi di sawah-sawah desa baru dipanen beberapa hari yang lalu sehingga tak ada yang perlu berang kat ke sawah pagi-pagi buta. Jalanan desa masih lengang, tenang, dan damai. Tapi, ketenangan itu terusik oleh kejadian yang tak terduga. "Aaaaaaaaaaaaa ... , " Gareng terlihat berteriak ketakutan sambil berlari terbirit-birit. Di belakangnya, Petruk mengejar sambil mengacungkan golok pendeknya. Gareng yang kurus kecil lincah berlari menerobos pagar hidup untuk menghindar dari pengejarnya. Petruk makin dibakar amarah. Ia memang tak mungkin menerobos pagar hidup berupa deretan tanaman teh-tehan seperti yang dilakukan Gareng karena tubuhnya sangat tinggi, tetapi ia dapat melompatinya. Gareng makin panik karena setiap kali ia menerobos deretan teh-tehan, tahu-tahu Petruk sudah di depannya. Akhirnya, ia nekat menerobos semak-semak berduri lalu berlari sekuat tenaga menuju rumah Semar, sesepuh desa. Semarlah satu satu nya harapan baginya. "Ramaaaaaa," Gareng menjerit sekuat tenaga. Harapannya tak sia-sia. Entah kapan tahu-tahu Semar telah berdiri di situ, menyambar tubuh mungil Gareng dan menyembunyikannya di balik punggung gempalnya. Petruk yang sampai di tempat itu pura-pura tak melihat Semar. Ia langsung memutari punggung Semar lalu menerjang Gareng yang meringkuk ketakutan. Semar tak tinggal diam. Kaki kanannya terayun cepat ke dada Petruk. Petruk jatuh terkapar. Geleknya jatuh. Petruk mendongakkan kepala ke arah Semar dan terkejut bukan buatan. Tubuh Semar terlihat menggigil dan matanya memera h saga. Sontak Petruk menubruk kaki Semar seraya meminta ampun. Hanya itu satu-satunya cara membujuk Semar agar mengurungkan ajian legendari snya, ajian yang efeknya jauh lebih hebat dari pada senjata seekor sigung. Petruk pernah terkena ajian yang membuatnya trauma. Berhari-hari ia tak mampu makan dan hanya muntah angin akibat bau superbusuk ya ng tak mau pergi dari hidungnya. Tak mau ia mengalaminya lagi. Melihat Petruk yang keta kutan dan terus meminta ampun itu, Semar pun mem batalkan ajiannya. Sikapnya kembali lembut seperti biasa. Petruk dan Gareng duduk bersimpuh di rerumputan basah. "Ada apa sebenarnya? Mengapa kalian sesama saudara saling bertengkar? Apa masalahnya?" tanya Semar. Tak ada yang berani menjawab. "Jawab, Reng! " Semar sedikit membentak. "Eh . . anu ... Dulu aku sama Petruk pernah berkongsi beternak kambing. Kami patungan mem beli seekor kambing beti na. Untuk perawatannya, Petruk menawari aku apakah memilih bagian depan atau bagian belakang," jawab Gareng. "Maksudnya depan-belakang itu apa?" tanya Semar lagi. "Kalau memilih depan berarti bertugas mencarikan makan. Kalau memilih bagian belakang berarti tugasnya membersihkan kandang." "Lha, terus?" "Kakiku masih kerengan, alergi kalau kena kotoran kambing. Makanya aku memilih bagian depan. Jadi, tugasku mencarikan rumput untuk kambing itu dan Petruk bertugas membersi hkan kandangnya ." "Lha itu cukup adil. Lalu?" "Setelah dikawinkan, kambing itu bunting lalu melahirkan dua ekor anak kambing." "Nah, itu sudah pas sekali. Kalau beranak dua, berarti masing - masing dapat seekor." "Tapi, aku tidak diberi seekor pun, Rama! " Gareng menjawab dengan emosi . "Lho, kok bisa?" "Kata Petruk, sesuai perjanjian semula, yang berhak atas anak-anak kambing itu adalah yang memilih bagian belakang karena anak kambing lahirnya lewat belakang. Tapi, kan tidak mungkin ada kambing yang beranak lewat mulut?" "Ooo .. lalu anak kambing itu diambil Petruk semua?" "lya .. " "Lalu mengapa Petruk mengejar kamu tadi?" "Tadi pagi kambing-kambi ngnya kulepas lalu kuhalau ke hutan sana." Semar terdiam. Matanya memandang Petruk dan Gareng bergantian. Yang dipandang hanya tertunduk. "Jangan curang dalam bekerja sama, apalagi curang dengan mengandalkan debat kusir. Petruk, minta maaf pada kakakmu! Gareng, minta maaf pada adikmu!" Petruk dan Gareng bersalaman. "Maafkan aku, Kang Gareng. Sebenarnya aku tak bermaksud mengakalimu. Aku cuma ingin mem berimu pelajaran agar jangan terlalu naif." "Aku memang bodoh , Truk. Tapi aku sekarang tak akan terlalu bodoh lagi untuk percaya pada saudara yang licik . . . " "Siapa yang licik?" "Kamu!" "Kamu itu yang bodoh!" "Kamu licik!" "Kamu bod . ." "Diam!" Semar berteriak m arah. Badannya menggigil, perutnya mulai digembungkan. Melihat tanda-tanda membahayakan itu Petruk dan Gareng serentak berlari lintang-pukang menjauh sejauh -jauhnya . Gas beracun ajian Rama Semar tak bisa dianggap enteng. Lukiskan latar cerita pada teks di atas!

4

0.0

Jawaban terverifikasi