Dalam karya sastra, pokok-pokok peristiwa dapat disebut dengan alur. Ada lima tahapan alur dalam karya sastra, yaitu:
- Tahap Pengenalan (Exposition atau Orientasl)
Tahap ini berisi pengenalan tokoh, latar tempat, waktu, dan suasana. Dengan demikian, pembaca atau penonton tahu siapa saja yang menjadi tokoh, kapan, dan di mana cerita itu berlangsung, serta suasana seperti apa yang hendak dihadirkan oleh pengarang.
- Tahap Kemunculan Konflik (Rising Action)
Tahap ini merupakan awal munculnya konflik dalam cerita. Tahap inilah yang selanjutnya mengantarkan pembaca atau penonton menuju tahap selanjutnya yang lebih rumit dan menegangkan.
- Tahap Konflik Memuncak (Turning Point atau Klimaks)
Tahap ini merupakan puncak dari konflik yang diangkat dalam cerita. Pada tahap ini, permasalahan yang dihadapi tokoh utama mencapai puncak atau klimaks.
- Tahap Konflik Menurun (Antiklimaks)
Tahap ini ditandai dengan penurunan konflik. Biasanya ditandai dengan sang tokoh yang mulai mendapatkan cara untuk mengatasi konflik yang tengah ia hadapi.
- Tahap Penyelesaian (Resolution)
Tahap ini merupakan akhir atau penyelesaian konflik. Pada tahap ini semua masalah terselesaikan.
Oleh karena itu, berdasarkan tahapan alurnya, urutan cerita yang padu adalah "Pagi itu aku sudah mencuci mobil, mengisi bensin, memompa ban, mengelap kaca, menyiapkan peta autobahn. Selesailah persiapan menjemput keluarga hari Selasa lusa. Besok pagi tinggal membersihkan rumah, mengepel lantai, dan mengatur tempat tidur. Hari itu aku tak hendak meninggalkan rumah karena perlu menunggu telepon yang dijanjikan. Seperti belum yakin pada kepastiannya, beberapa kali kubaca lagi surat itu sambil beristirahat. Tergurat sikap bertanggung jawab seorang perempuan yang layak mengaku Ibu. Terkesan beratnya beban sekaligus sikap rela mengorbankan nasibnya sendiri, dan selalu sadar matahari masih bersinar. Hidup tak cukup dengan keluh dan penyesalan berkepanjangan. Segalanya demi aku dan anak-anakku."
Dengan demikian, urutan cerita yang padu adalah 1,2,5,6,7,8,3,4.