Teks drama adalah teks yang bermuatan kisah yang dikemas melalui dialog untuk dibawakan melalui seni peran atau akting untuk menggambarkan cerita dan berbagai peristiwa yang disajikan dalam suatu pentas drama.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengubah suatu teks ke dalam bentuk lain, yaitu kesesuaian isi dan penggunaan ejaan yang benar sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Mengubah teks ke bentuk lain disebut juga mengonversikan teks. Kata mengonversikan memiliki arti mengubah atau menukar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata mengonversikan berasal dari kata dasar konversi yang memiliki arti perubahan dari satu bentuk (rupa, dan sebagainya) ke bentuk (rupa, dan sebagainya) yang lain.
Dalam membuat sebuah teks drama itu sendiri harus memperhatikan struktur penulisannya. Berikut ini adalah struktur teks drama, yaitu:
- Prolog, adalah kalimat atau kata-kata pembuka, pengantar, maupun latar belakang cerita, yang biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu yang telah di set dalam teks drama.
- Orientasi, merupakan pengenalan dan pengaturan aksi dan tempat yang meliputi: pengenalan tokoh, menyatakan situasi dan cerita, hingga permulaan dalam mengajukan konflik yang akan terjadi dalam kisah yang dibawakan dalam drama.
- Komplikasi, atau disebut juga sebagai bagian tengah cerita yang mulai mengembangkan konflik. Pada bagian ini tokoh utama akan menemukan berbagai rintangan antara ia dan tujuan atau keinginannya. Tokoh juga kerap mengalami berbagai kesalahpahaman dalam perjuangannya untuk menghadapi berbagai rintangan tersebut.
- Resolusi, yakni penyelesaian dari komplikasi atau berbagai rintangan yang menghalangi tokoh utama. Bagian ini harus muncul secara logis dan sesuai dengan berbagai komplikasi atau klimaks (puncak konflik yang menyekat komplikasi dan resolusi) yang sebelumnya telah dihadirkan.
- Epilog, merupakan bagian penutup dari drama berupa kata-kata penutup yang berisi simpulan atau amanat mengenai keseluruhan isi drama. Bagian ini pun biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.
Dengan demikian, naskah darama yang sesuai dengan kutipan teks cerpen di atas adalah sebagai berikut:
Saat liburan sekolah tiba, Amit bersama keluarganya memutuskan untuk pergi berlibur ke rumah nenek di Desa Bangun Jiwa. Seperti biasanya, Amit selalu bangun pagi-pagi. Kali ini, Amit sedang bersiap-siap untuk berangkat.
Amir: "Yah, kapan kita berangkat ke rumah nenek?" Tanya Amir kepada Ayah.
Ayah: "sebentar lagi ya, Ayah sedang mempersiapkan mobilnya." Jawab Ayah.
Amir: "Baiklah, ayah."
Ayah: (Beberapa saat kemudian ayah pun memanggil Amir) "Amir ... Amir ..., ayo kita berangkat?"
Amir: "Baik Ayah."
Akhirnya, mereka pun berangkat ke rumah nenek dengan menggunakan mobil. Selang 2 jam, Amir dan Ayah pun sampai di rumah nenek.
Amir: "Tok tok tok, Assalamualaikum Nek!"
Nenek: "Walaikumsalam! Silahkan masuk, siapa ya?" (Jawab nenek sambil berjalan untuk membuka pintu)
Amir: "Amir, Nek!"
Nenek: "Alhamdulillah, akhirnya cucu nenek datang juga." (Dengan raut wajah terkejut namun penuh bahagia, nenek membuka pintu dan memeluk Amir).
Amir: "Iya, Nek. Amir rindu sama Nenek. Bolehkah Amir menginap di rumah Nenek?" Tanya Amir pada Nenek.
Ayah: "Iya bu, bolehkah saya menitipkan Amir di rumah Ibu selama liburan? Semenjak Mamahnya Amir meninggal, Amir selalu seorang diri."
Nenek: "Boleh saja, tetapi Amir harus rajin bangun pagi karena orang yang rajin bangun pagi akan lebih mudah mendapat rezeki." (Ucap Nenek kepada Amir)
Amir: "Siap, Nek."
Tak lama kemudian Amir pun bergegas pergi ke kamar dengan membawa kopernya.
Ayah: "Baiklah kalo begitu Bu, Saya pamit dulu harus kembali ke kantor." Ucap Ayah kepada Nenek
Nenek: "Baiklah, Nak! Hati-hati ya."
Ayah: "Amir ... Amir ... Ayah berangkat dulu ya Nak! Baik-baik di rumah Nenek, ingat pesan Nenek harus rajin bangun pagi."
Amir: "Siap Ayah, Amir berjanji." Jawab Amir sambil memeluk ayah dan mengucapkan salam.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu hingga malam pun tiba. Amir pun terus terbayang akan kata-kata yang nenek ucapkan "Orang yang rajin bangun pagi akan lebih mudah mendapat rezeki". Di mata Amir, nenek adalah sosok perempuan tua yang bijak dan pintar.
Amir: "Selamat pagi, Nenek?" Sapa Amir di pagi hari pada sang nenek yang sedang menyulam bendera dan duduk sendirian di beranda depan.
Nenek: "Pagi, Amir! Wah hebat sekali Amir sudah bangun sepagi ini."
Amir: "Iya dong Nek. Wah ... Indahnya pagi ini, cahaya matahari yang terang menyinari seluruh hamparan sawah di rumah nenek, sungguh indah."
Nenek: "Betul Amir karena itu kita harus selalu rajin bangun pagi agar dapat menikmati suasana alam yang nyaman, cahaya matahari yang masih hangat, udara yang masih bersih, tumbuhan yang tampak segar, seolah-olah semuanya lebih bugar setelah bangun tidur.