Iklan
Pertanyaan
Cermatilah teks berikut.
Super Blue Blood Moon, Sekali dalam 2.380 Purnama
Super Blue Blood Moon yang terjadi pada 31 Januari 2018 merupakan fenomena alam langka yang menakjubkan. Nama peristiwa tersebut diberikan oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Hal ini disebabkan ada tiga fenomena yang terjadi dalam satu waktu bersamaan, yaitu Super Moon, Blue Moon, dan Blood Moon. Super Moon menandakan bulan berada di posisi sangat dekat dengan bumi. Blue Moon menandakan bulan purnama kedua dalam satu bulan. Blood Moon menandakan bulan memancarkan warna merah darah.
Menurut perhitungan, peristiwa ini hanya terjadi 0,042 persen dari keseluruhan purnama atau hanya sekali dalam 2.380 kali purnama (satu kali dalam 192 tahun). Super Blue Blood Moon atau Gerhana Bulan Total Perige ini terjadi saat matahari, bumi, dan bulan hampir berada dalam satu garis lurus. Saat itu, permukaan bulan tidak terkena cahaya matahari karena terhalang bumi. Gerhana bulan selalu terjadi pada saat bulan dalam keadaan purnama. Meski begitu, tidak setiap purnama melahirkan gerhana. Ini karena bidang orbit bulan membentuk sudut lima derajat terhadap ekliptika (bidang orbit bumi mengelilingi matahari).
Umumnya, dalam satu tahun terjadi dua hingga tiga kali gerhana bulan. Pada 2018 ini, gerhana bulan terjadi pada 31 Januari dan 28 Juli nanti. Keduanya merupakan gerhana bulan total yang merupakan kejadian cukup langka. Pada gerhana bulan total 31 Januari, bulan mulai memasuki bayangan umbra bumi pukul 18.48 WIB. Bayangan hitam mulai muncul di permukaan bulan. Akhirnya, bulan purnama akan tampak berubah bentuk menjadi bulan setengah dan bulan sabit. Pada puncaknya, bulan akan terlihat kemerahan sekitar pukul 19.52-21.08 WIB.
Warna merah pada bulan ini muncul karena cahaya matahari dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer bumi. Warna biru akan terhamburkan lebih kuat, sedangkan warna merah dapat lolos melewati atmosfer bumi dan sampai ke permukaan bulan. Bulan pun tampak berwarna kemerahan. Sebagian orang jaman dahulu menyebutkan gerhana bulan total sebagai blood moon atau bulan merah-darah.
Warna bulan saat puncak gerhana pun tak selalu sama. Kadang bulan berwarna merah-oranye, merah bata, merah kecokelatan, hingga merah gelap. Perbedaan warna tersebut bergantung pada banyaknya kandungan uap air, polutan udara hasil pembakaran atau asap pabrik/kendaraan bermotor, debu, dan abu letusan gunung berapi. Bulan akan tampak semakin gelap seiring dengan makin banyaknya kandungan material tersebut.
Sekitar pukul 22.11 WIB, bulan meninggalkan umbra bumi menuju bagian penumbra. Saat itu, bulan kembali terlihat sebagai purnama yang redup karena pengaruh bayangan penumbra bumi. Baru pada pukul 23.08 WIB, bulan tidak lagi berada di dalam bayangan bumi dan gerhana bulan benar-benar berakhir. Bulan kembali tampak sebagai purnama yang terang.
Indonesia merupakan salah satu wilayah yang dapat menyaksikan Super Blue Blood Moon secara maksimal. Beberapa negara di Timur Tengah, Asia, Rusia Timur, Australia, dan Selandia Baru juga dapat menyaksikan peristiwa tersebut. Ada pula negara yang justru menikmatinya pada pagi hari seperti bagian barat Amerika Utara, Alaska, dan Kepulauan Hawaii. Namun, beberapa bagian dunia tidak dapat menyaksikan peristiwa astronomi spektakuler tersebut secara langsung, seperti London dan Afrika Selatan. Karena langka, fenomena tersebut diabadikan oleh orang-orang yang menyaksikannya, baik berupa foto, video, maupun gambar.
(Sumber: sains.kompas.com)
Tuliskan gagasan pokok pada setiap paragraf teks pada kolom berikut.
Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb
Habis dalam
02
:
06
:
19
:
18
Iklan
N. Puspita
Master Teacher
1
5.0 (1 rating)
Birgita Cahaya Sibarani
Makasih ❤️
Iklan
RUANGGURU HQ
Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860
Produk Ruangguru
Bantuan & Panduan
Hubungi Kami
©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia