Tritura yang disampaikan oleh Front Pancasila tidak dipenuhi ataupun direspons oleh Presiden Sukarno. Akibatnya, terdapat respons keras dari kalangan Mahasiswa.
Untuk lebih detailnya, yuk pahami penjelasan berikut:
Tritura merupakan sebuah realisasi dari gagasan yang dicetuskan oleh pergerakan mahasiswa KAMI dan KAPPI yang berisi:
- bubarkan PKI berserta ormas-ormasnya,
- perombakan dan pembersihan unsur-unsur PKI dari Kabinet Dwikora, dan
- turunkan harga kebutuhan pokok dan perbaikan ekonomi.
Akan tetapi, tuntutan tersebut tidak segera dipenuhi ataupun direspons oleh Presiden Sukarno. Akibatnya, aksi unjuk rasa makin gencar dilakukan. Gelombang unjuk rasa yang terus menjalar mengakibatkan bentrokan antara pasukan Cakrabirawa dan massa aksi pada tanggal 24 Februari 1966. Bahkan, bentrokan tersebut mengakibatkan insiden berdarah yang menimbulkan jatuh korban, yaitu mahasiswa Universitas Indonesia bernama Arief Rahman Hakim.
Peristiwa tersebut mendapat respons keras dari Presiden Sukarno. Pada tanggal 25 Februari 1966 Presiden Sukarno membubarkan KAMI. Pembubaran KAMI diprotes oleh kelompok mahasiswa Bandung dengan mengeluarkan "Ikrar Keadilan dan Kebenaran". Mahasiswa Bandung mengajak seluruh rakyat Indonesia melanjutkan perjuangan KAMI menuntut pelaksanaan Tritura. Selain itu, mahasiswa membentuk Resimen Arief Rahman Hakim untuk melanjutkan perjuangan KAMI. Protes terhadap pembubaran KAMI juga dilakukan oleh Front Pancasila. Front Pancasila meminta pemerintah meninjau kembali pembubaran KAMI.
Pembubaran KAMI tidak menghentikan gerakan mahasiswa. Dalam perkembangannya, masih sering terjadi aksi untuk memperjuangkan Tritura. Salah satu aksi tersebut terjadi pada tanggal 8 Maret 1966 di depan gedung Departemen Luar Negeri. Aksi tersebut memicu kemarahan Presiden Sukarno yang kemudian mengimbau masyarakat agar waspada terhadap berbagai isu dan provokasi.