Iklan

Pertanyaan

Tiang penyangga masjid Demak yang terbuat dari sisa-sisa kayu disebut dengan ...

Tiang penyangga masjid Demak yang terbuat dari sisa-sisa kayu disebut dengan ...

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

06

:

25

:

50

Klaim

Iklan

C. Sianturi

Master Teacher

Jawaban terverifikasi

Pembahasan

Pembahasan
lock

Kesultanan Demak (1500-1568), berlokasi di Demak Jawa Tengah, adalah kesultanan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa. Sebelum menjadi kesultanan, Demak merupakan kadipaten dari Kerajaan Majapahit dengan Raden Patah sebagai adipatinya sejak 1478. Kesultanan ini merupakan pelopor penyebaran agama Islam di Jawa dan Nusantara umumnya. Pendiri kesultanan ini sekaligus sultan pertamanya adalah Raden Patah (memerintah pada 1500-1518), putra Kerthabumi (Brawijaya V) dari perkawinannya dengan Putri Champa. Usaha Raden Patah mengembangkan Demak dibantu putranya yaitu Pati Unus yang saat itu menjadi adipati Jepara. Ketika Malaka dikuasai Portugis, ia mengutus Pati Unus menyerang Malaka 1513 sebagai wujud solidaritas terhadap sesama kesultanan Islam. Kendati gagal setidaknya serangan itu membuktikan betapa berani dan kuat posisi Demak di bawah Raden Patah. Pada masa pemerintahan Raden Patah, dibangun Masjid Agung Demak sebuah mesjid yang masih berdiri megah di Kota Demak sampai sekarang. Masjid Agung Demak mempunyai bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru dengan tinggi sekitar 17 meter. Ada 4 Soko tatal berupa tiang utama penyangga kerangka atap masjid yang bersusun tiga. Masing-masing soko guru memiliki tinggi 1.630 cm. Formasi tata letak empat soko guru dipancangkan pada empat penjuru mata angin. Di barat laut didirikan Sunan Bonang, di barat daya karya Sunan Gunung Jati, di bagian tenggara buatan Sunan Ampel, dan di timur laut karya Sunan Kalijaga. Masyarakat menamakan tiang buatan Sunan Kalijaga ini sebagai Soko Tatal. Soko alias tiang ini terbuat dari serpihan-serpihan kayu atau tatal yang direkatkan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk tiang. Masyarakat menyebut tiang ini sebagai karamah Sunan Kalijaga. Konon Sunan Kalijaga datang terlambat saat pembangunan masjid. Para wali yang lain bahkan telah selesai mengerjakan bagian masing-masing, sehingga bahan bangunan tinggal sisa-sisa saja. Namun, Sunan Kalijaga tak kurang akal. Ia mengumpulkan sisa-sisa potongan kayu (tatal) lalu disusun dan diikat menjadi soko yang kokoh dan sama kuat dengan yang lain. Jadilah saka tatal itu karya daur ulang dari sisa-sisa kayu. Dengan demikian, jawabannya adalah Soko Tatal.

Kesultanan Demak (1500-1568), berlokasi di Demak Jawa Tengah, adalah kesultanan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa. Sebelum menjadi kesultanan, Demak merupakan kadipaten dari Kerajaan Majapahit dengan Raden Patah sebagai adipatinya sejak 1478. Kesultanan ini merupakan pelopor penyebaran agama Islam di Jawa dan Nusantara umumnya. Pendiri kesultanan ini sekaligus sultan pertamanya adalah Raden Patah (memerintah pada 1500-1518), putra Kerthabumi (Brawijaya V) dari perkawinannya dengan Putri Champa. Usaha Raden Patah mengembangkan Demak dibantu putranya yaitu Pati Unus yang saat itu menjadi adipati Jepara. Ketika Malaka dikuasai Portugis, ia mengutus Pati Unus menyerang Malaka 1513 sebagai wujud solidaritas terhadap sesama kesultanan Islam. Kendati gagal setidaknya serangan itu membuktikan betapa berani dan kuat posisi Demak di bawah Raden Patah. Pada masa pemerintahan Raden Patah, dibangun Masjid Agung Demak sebuah mesjid yang masih berdiri megah di Kota Demak sampai sekarang. Masjid Agung Demak mempunyai bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru dengan tinggi sekitar 17 meter. Ada 4 Soko tatal berupa tiang utama penyangga kerangka atap masjid yang bersusun tiga. Masing-masing soko guru memiliki tinggi 1.630 cm.
Formasi tata letak empat soko guru dipancangkan pada empat penjuru mata angin. Di barat laut didirikan Sunan Bonang, di barat daya karya Sunan Gunung Jati, di bagian tenggara buatan Sunan Ampel, dan di timur laut karya Sunan Kalijaga. Masyarakat menamakan tiang buatan Sunan Kalijaga ini sebagai Soko Tatal. Soko alias tiang ini terbuat dari serpihan-serpihan kayu atau tatal yang direkatkan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk tiang. Masyarakat menyebut tiang ini sebagai karamah Sunan Kalijaga. Konon Sunan Kalijaga datang terlambat saat pembangunan masjid. Para wali yang lain bahkan telah selesai mengerjakan bagian masing-masing, sehingga bahan bangunan tinggal sisa-sisa saja. Namun, Sunan Kalijaga tak kurang akal. Ia mengumpulkan sisa-sisa potongan kayu (tatal) lalu disusun dan diikat menjadi soko yang kokoh dan sama kuat dengan yang lain. Jadilah saka tatal itu karya daur ulang dari sisa-sisa kayu.

Dengan demikian, jawabannya adalah Soko Tatal.

 

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

1

Iklan

Pertanyaan serupa

Kebudayaan yang berkembang di tengah masyarakat kerajaan Demak

1

4.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02130930000

02130930000

Ikuti Kami

©2025 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia