Puisi adalah teks atau karangan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan mengutamakan keindahan kata-kata. Dalam puisi, kita dapat mengungkapkan berbagai hal, seperti kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan yang kamu ungkapkan dalam bahasa indah.
Rima puisi merupakan pengulangan bunyi secara berselang, baik di dalam larik puisi, maupun di akhir larik yang berdekatan. Rima memiliki beberapa jenis, diantaranya:
- Rima akhir, rima yang terdapat pada akhir larik puisi.
- Rima berpeluk, rima akhir pada bait terakhir genap, yang larik pertamanya berirama dengan larik ketiga dan larik keduanya berirama dengan larik keempat.
- Rima dalam, rima antara dua kata atau lebih dari satu larik puisi.
- Rima ganda, rima yang terdiri atas dua suku kata, tetapi hanya suku kata yang pertama yang mendapat tekanan.
- Rima tengah, rima antara suku kata pada posisi yang sama, yang terdapat pada dua kata dalam satu larik puisi.
Irama puisi adalah pengulangan bunyi yang berulang-ulang dan tersusun rapi. Dalam ritma muncul pertentangan bunyi tinggi-rendah, panjang-pedek, keras-lemah yang mengalir teratur dan berulang membentuk keindahan.
Penataan irama pada puisi menekankan pada bunyi yang mirip, sama, dan kontras. Efek bunyi dalam puisi yang menimbulkan irama secara praktis dilakukan penulis melalui penataan bunyi-bunyi yang sama atau mirip secara konsisten dan sistematis pada setiap kata, awal larik atau akhir yang membangun bait puisi. Untuk membantu pembaca menemukan ritma yang tepat, dapat menggunakan tanda bantu, sebagai berikut:
- - untuk tanda keras
- U untuk tanda lembut
- v untuk tanda intonasi turun
- ^ untuk tanda intonasi naik
- / untuk tanda jeda
Menganalisis rima dan irama pada puisi berikut:
Apakah ini yang kau sebut dengan rindu?
Jika daun-daun telah basah, dan tanah-tanah
meruapkan namamu, untuk kuhirup
bersama kenangan.
Ketika segalanya, menjadi kesenyapan
yang tak bisa lagi ditawar.
Jalan-jalan atau bahkan gedung-gedung
terasa menjauh, sedangkan
aku sendiri kedinginan
menggigil, aku ingin mengucapkan cinta
pada api, pada cahaya
dan pada apapun itu
yang mampu mencairkan kehendakku
saat jarak telah sekeras batu
dan ciuman tak pernah kunjung tiba
sungguh aku telah menjadi
nyanyian yang dihiraukan,
ribuan titik jarum tak tertahankan
menikam ke ulu jantung ingatan
- Rima
Berdasarkan puisi tersebut, dapat diketahui bahwa puisi berjudul Partitur Hujan karya Faisal Syahreza tidak terikat rima pada lariknya.
- Irama (ritma)
Irama yang terdapat pada puisi tersebut didominasi dengan nada yang rendah. Hal ini sesuai dengan isi puisi tersebut yang menggambarkan kerinduan, kesunyian, dan luka. Berikut hasil analisisnya:
Apakah ini (v) yang kau sebut dengan rindu? (U)
Jika daun-daun telah basah, (v) dan tanah-tanah (U)
meruapkan namamu, (v) untuk kuhirup (U)
bersama kenangan. (U)
Ketika segalanya, (v) menjadi kesenyapan (U)
yang tak bisa lagi ditawar. (U)
Jalan-jalan atau bahkan gedung-gedung (U)
terasa menjauh, (v) sedangkan (U)
aku sendiri kedinginan (v)
menggigil, (v) aku ingin mengucapkan cinta (U)
pada api, (v) pada cahaya (v)
dan pada apapun itu (U)
yang mampu mencairkan kehendakku (U)
saat jarak telah sekeras batu (v)
dan ciuman tak pernah kunjung tiba (v)
sungguh aku telah menjadi (U)
nyanyian yang dihiraukan, (v)
ribuan titik jarum tak tertahankan (U)
menikam ke ulu jantung ingatan (U)
Dengan demikian, puisi Partitur Hujan karya Faisal Syahreza tidak terikat rima pada akhir tiap lariknya, sedangkan irama (ritma) yang terdapat pada puisi tersebut didominasi dengan nada yang rendah. Hal ini sesuai dengan isi puisi tersebut yang menggambarkan kerinduan, kesunyian, dan luka.