Iklan
Pertanyaan
Teks berikut digunakan untuk menjawab soal di bawah ini.
(1) Suku Baduy di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, terbagi menjadi dua, yakni Baduy Luar dan Baduy Dalam. (2) Masyarakat suku yang menyebut dirinya sebagai Urang Kanekes tersebut kini menghadapi ancaman di tengah modernitas. (3) Tuntutan melestarikan adat istiadat terbentur oleh kebutuhan hidup dan desakan pengaruh budaya luar. (4) Menurut seorang sosiolog, Imam B. Prasodjo, saat ini suku Baduy memang memiliki tuntutan untuk konservasi atau menjaga keaslian budaya, tetapi tuntutan kebutuhan perut pun turut dirasakan.
(5) Imam mencermati bahwa kondisi lingkungan kurang mendukung pelestarian adat di Baduy. (6) Salah satu contohnya adalah soal pengadaan air. (7) Adat Baduy tidak membenarkan penggunaan selang plastik maupun alat penampungan air berbahan plastik. (8) Akan tetapi, masyarakat sering kali dihadapkan pada kondisi sulit air. (9) Kebutuhan akan penampungan air akhirnya memunculkan dialog-dialog alot di antara masyarakat Baduy. (10) Menurut Imam, masyarakat Baduy Luar kini telah memanfaatkan tong air plastik yang diletakkan di perbatasan kampung. (11) Namun, tong air plastik tidak boleh masuk ke tanah Baduy Dalam. (12) Saat ini, pihak pemerhati budaya sedang mengusahakan agar masyarakat Baduy bisa memakai gentong tanah liat supaya bisa tetap mematuhi adat.
(13) Masalah tersebut membuktikan bahwa seiring dengan perkembangan zaman, kewajiban masyarakat Baduy untuk terus melestarikan adat memang terbentur oleh kebutuhan hidup yang semakin mendesak. (14) Tak hanya perkara sulitnya air, masyarakat Baduy pun akhirnya sering kali "dipaksa" untuk berkompromi dengan budaya baru. (15) Misalnya, alat kontrasepsi yang termasuk dalam peralatan modern kini digunakan oleh masyarakat Baduy Dalam. (16) Hal itu memang hanya akan menjadi perdebatan panjang yang tidak selesai-selesai. (17) Namun, menurut Imam, hal yang penting adalah mereka bisa hidup dengan nyaman.
(18) Cecep Eka Permana, arkeolog Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa perubahan yang terjadi pada masyarakat Baduy diawali dengan adanya ledakan penduduk. (19) Berdasarkan catatan pertama demografi, penduduk Baduy tahun 1888 hanya berjumlah 291 jiwa dan menempati 10 kampung. (20) Saat ini, berdasarkan informasi dari Pejabat Bidang Pemerintahan Desa Kanekes, Supri, penduduk Baduy berjumlah 11.667 jiwa atau 3.402 kepala keluarga dan bermukim di 64 kampung. (21) Padahal, lahan tempat tinggal mereka tidak beranjak dari luas 5.101,85 ha. (22) Artinya, setiap kepala keluarga kini memiliki ruang hidup yang lebih sempit. (23) Terlebih, ada pula ladang untuk adat ataupun lahan suci yang tidak boleh dibuka untuk apa pun.
(24) Menurut Cecep, masyarakat Baduy masih memegang pikukuh-nya. (25) Namun, masalahnya adalah lahan yang mereka miliki untuk berladangan sudah terbatas. (26) Sementara itu, untuk menerapkan teknologi pertanian di lahan sempit, lagi-lagi mereka terbentur oleh larangan adat. (27) Jangankan teknologi modern, memelihara binatang berkaki empat untuk membantu mengolah tanah pun dilarang. (28) Mereka juga dilarang untuk memakai cangkul, apalagi traktor.
(Diadaptasi dari historia.id pada April 2020)
Gagasan utama yang terdapat pada paragraf pertama adalah ….
suku Baduy terbagi menjadi Baduy Dalam dan Baduy Luar
modernitas pada kehidupan masyarakat suku Baduy
modernisasi pada masyarakat suku Baduy Dalam dan Baduy Luar
ancaman modernisasi di tengah masyarakat sukuBaduy
tuntutan konservasi bagi masyarakat suku Baduy
Iklan
R. Trihandayani
Master Teacher
5
5.0 (2 rating)
Iklan
RUANGGURU HQ
Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860
Produk Ruangguru
Bantuan & Panduan
Hubungi Kami
©2025 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia