Sunan Kalijaga lahir pada sekitar tahun 1450 di Tuban dengan nama lahir Raden Mas Said atau Raden Said. Beliau merupakan putra dari adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Sebelum menjadi Wali Songo, Raden Said adalah seorang perampok yang mengambil hasil bumi dari gedung penyimpanan. Hasil rampokan tersebut ia bagi-bagikan kepada orang-orang miskin. Raden Said pernah merampok tongkat emas milik Sunan Bonang. Namun, ia dinasihati oleh Sunan Bonang bahwa Allah SWT tidak akan menerima amalan yang buruk. Karena nasihat tersebut, Raden Said ingin menjadi Sunan Bonang dan mendapatkan nama Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga menikah dengan Dewi Saroh dan memiliki tiga anak, salah satunya adalah Raden Umar Said yang juga menjadi wali, yaitu Sunan Muria.
Sunan Kalijaga berdakwah dengan kesenian atau dengan pendekatan kultural. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai saluran Islamisasinya. Dalam menggunakan berbagai sarana kesenian tersebut, Sunan Kalijaga melakukan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan Islam seperti yang dilakukannya dalam media wayang yang semula bercerita mengenai Ramayana/Mahabarata dengan memasukkan cerita-cerita Islam. Metode ini dipandang efektif dengan berbagai adipati yang memeluk agama Islam, salah satunya adalah adipati Pajang. Sunan Kalijaga wafat pada tahun 1513 di Demak.
Jadi, Sunan Kalijaga adalah salah satu Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Beliau lahir pada tahun sekitar tahun 1450 di Tuban dengan nama lahir Raden Mas Said atau Raden Said. Beliau merupakan putra dari adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Gurunya adalah Sunan Bonang. Salah satu anak dari Sunan Kalijaga dan istrinya, Dewi Saroh, adalah Sunan Muria. Dalam berdakwah, Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan kultural atau dengan kesenian, salah satunya dengan media wayang yang berakulturasi dengan kebudayaan Hindu-Buddha. Sunan Kalijaga wafat pada tahun 1513 di Demak.