Iklan

Iklan

Pertanyaan

Sebutkan nama pahlawan yang gugur pada peristiwa G30S/PKI!

Sebutkan nama pahlawan yang gugur pada peristiwa G30S/PKI!

Iklan

A. Jasmine

Master Teacher

Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Jakarta

Jawaban terverifikasi

Jawaban

pahlawan yang gugur pada peristiwa G30S/PKI diantaranya adalah Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD), Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal MT. Haryono, Brigadir Jenderal DI Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean, Ade Irma Suryani, Kolonel Katamso, dan Letnan Kolonel Sugiono.

pahlawan yang gugur pada peristiwa G30S/PKI diantaranya adalah Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD), Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal MT. Haryono, Brigadir Jenderal DI Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean, Ade Irma Suryani, Kolonel Katamso, dan Letnan Kolonel Sugiono.

Iklan

Pembahasan

Peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G30S/PKI adalah gerakan yang berisi dan didukung oleh salah satu partai politik besar dan kekuatan politik besar pada masa itu, yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI). Peristiwa ini terjadi pada tanggal 30 September 1965 dan 1 Oktober 1965 di Jakarta. Gerakan ini bertujuan menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno dan menginginkan pemerintahan Indonesia menjadi pemerintahan komunis. Untuk melancarkan jalannya, pada bulan-bulan awal tahun 1965 PKI “menyerang” para pejabat anti PKI dengan menuduhnya sebagai kapitalis birokrat yang korup. Demonstrasi-demonstrasi juga dilakukan untuk menuntut pembubaran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Maka hingga pertengahan tahun 1965 kekuatan politik di ibukota tampaknya sudah semakin bergeser ke arah Komunis. PKI kian berada di atas angin dengan perjuangan partai yang semakin intensif. Usul pembentukan angkatan ke-5 selain AD-AU-AL-Polisi yang dikemukakan oleh PKI pada Januari 1965 diakui memang semakin memperkeruh suasana terutama dalam hubungan antara PKI dan AD. Suasana pertentangan antara PKI dengan AD dan golongan lain non PKI pun telah sedemikian panasnya menjelang tanggal 30 September 1965. Apalagi, pada bulan Juli sebelumnya Sukarno tiba-tiba jatuh sakit. Tim dokter Cina yang didatangkan DN Aidit untuk memeriksa Sukarno menyimpulkan bahwa presiden RI tersebut kemungkinan akan meninggal atau lumpuh. Maka dalam rapat Politbiro PKI tanggal 28 September 1965, pimpinan PKI pun memutuskan untuk bergerak. Dipimpin Letnan Kolonel Untung, perwira yang dekat dengan PKI, pasukan pemberontak melaksanakan “Gerakan 30 September” dengan menculik dan membunuh para jenderal dan perwira di pagi buta tanggal 1 Oktober 1965 dengan dalih untuk menyelamatkan presiden dari kudeta. Jenazah para korban lalu dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya Jakarta. Korban-korban dari G30S/PKI ini, yakni: Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD), Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal Suprapto, Mayor Jenderal MT. Haryono, Brigadir Jenderal DI Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, dan Letnan Satu Pierre Andreas Tendean. Sedangkan Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil lolos dari upaya penculikan, namun putrinya, yaituAde Irma Suryani menjadi korban. Di Yogyakarta Gerakan 30 September juga melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap perwira AD yang anti PKI, yaituKolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiono. Pada berita RRI pagi harinya, Letkol Untung lalu menyatakan pembentukan “Dewan Revolusi”, yaitu sebuah pengumuman yang membingungkan masyarakat. Dalam situasi tak menentu itulah Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Mayor Jenderal Suharto segera berkeputusan mengambil alih pimpinan Angkatan Darat karena Jenderal Ahmad Yani selaku Men/Pangad saat itu belum diketahui ada dimana. Setelah berhasil menghimpun pasukan yang masih setia kepada Pancasila, operasi penumpasan Gerakan 30 September pun segera dilakukan. Bukan saja di Jakarta, melainkan hingga basis mereka di daerah-daerah lainnya. Dalam perkembangan berikutnya, ketika diketahui bahwa Gerakan September ini berhubungan dengan PKI, maka pengejaran terhadap pimpinan dan pendukung PKI juga terjadi. Bukan saja oleh pasukan yang setia pada Pancasila tetapi juga dibantu oleh masyarakat yang tidak senang dengan sepak terjang PKI. G30S/PKI pun berhasil ditumpas, menandai pula berakhirnya gerakan dari Partai Komunis Indonesia. Dengan demikian, pahlawan yang gugur pada peristiwa G30S/PKI diantaranya adalah Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD), Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal MT. Haryono, Brigadir Jenderal DI Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean, Ade Irma Suryani, Kolonel Katamso, dan Letnan Kolonel Sugiono.

Peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G30S/PKI adalah gerakan yang berisi dan didukung oleh salah satu partai politik besar dan kekuatan politik besar pada masa itu, yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI). Peristiwa ini terjadi pada tanggal 30 September 1965 dan 1 Oktober 1965 di Jakarta. Gerakan ini bertujuan menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno dan menginginkan pemerintahan Indonesia menjadi pemerintahan komunis. Untuk melancarkan jalannya, pada bulan-bulan awal tahun 1965 PKI “menyerang” para pejabat anti PKI dengan menuduhnya sebagai kapitalis birokrat yang korup. Demonstrasi-demonstrasi juga dilakukan untuk menuntut pembubaran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Maka hingga pertengahan tahun 1965 kekuatan politik di ibukota tampaknya sudah semakin bergeser ke arah Komunis.

PKI kian berada di atas angin dengan perjuangan partai yang semakin intensif. Usul pembentukan angkatan ke-5 selain AD-AU-AL-Polisi yang dikemukakan oleh PKI pada Januari 1965 diakui memang semakin memperkeruh suasana terutama dalam hubungan antara PKI dan AD. Suasana pertentangan antara PKI dengan AD dan golongan lain non PKI pun telah sedemikian panasnya menjelang tanggal 30 September 1965. Apalagi, pada bulan Juli sebelumnya Sukarno tiba-tiba jatuh sakit. Tim dokter Cina yang didatangkan DN Aidit untuk memeriksa Sukarno menyimpulkan bahwa presiden RI tersebut kemungkinan akan meninggal atau lumpuh. Maka dalam rapat Politbiro PKI tanggal 28 September 1965, pimpinan PKI pun memutuskan untuk bergerak.

Dipimpin Letnan Kolonel Untung, perwira yang dekat dengan PKI, pasukan pemberontak melaksanakan “Gerakan 30 September” dengan menculik dan membunuh para jenderal dan perwira di pagi buta tanggal 1 Oktober 1965 dengan dalih untuk menyelamatkan presiden dari kudeta. Jenazah para korban lalu dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya Jakarta. Korban-korban dari G30S/PKI ini, yakni:

  1. Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD),
  2. Mayor Jenderal S. Parman,
  3. Mayor Jenderal Suprapto,
  4. Mayor Jenderal MT. Haryono,
  5. Brigadir Jenderal DI Panjaitan,
  6. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, dan
  7. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean.

Sedangkan Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil lolos dari upaya penculikan, namun putrinya, yaitu Ade Irma Suryani menjadi korban. Di Yogyakarta Gerakan 30 September juga melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap perwira AD yang anti PKI, yaitu Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiono.

Pada berita RRI pagi harinya, Letkol Untung lalu menyatakan pembentukan “Dewan Revolusi”, yaitu sebuah pengumuman yang membingungkan masyarakat. Dalam situasi tak menentu itulah Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Mayor Jenderal Suharto segera berkeputusan mengambil alih pimpinan Angkatan Darat karena Jenderal Ahmad Yani selaku Men/Pangad saat itu belum diketahui ada dimana. Setelah berhasil menghimpun pasukan yang masih setia kepada Pancasila, operasi penumpasan Gerakan 30 September pun segera dilakukan. Bukan saja di Jakarta, melainkan hingga basis mereka di daerah-daerah lainnya. Dalam perkembangan berikutnya, ketika diketahui bahwa Gerakan September ini berhubungan dengan PKI, maka pengejaran terhadap pimpinan dan pendukung PKI juga terjadi. Bukan saja oleh pasukan yang setia pada Pancasila tetapi juga dibantu oleh masyarakat yang tidak senang dengan sepak terjang PKI. G30S/PKI pun berhasil ditumpas, menandai pula berakhirnya gerakan dari Partai Komunis Indonesia.

Dengan demikian, pahlawan yang gugur pada peristiwa G30S/PKI diantaranya adalah Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD), Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal MT. Haryono, Brigadir Jenderal DI Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean, Ade Irma Suryani, Kolonel Katamso, dan Letnan Kolonel Sugiono.

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

16

shibaa

Makasih ❤️ Mudah dimengerti Bantu banget Ini yang aku cari! Pembahasan lengkap banget

Iklan

Iklan

Pertanyaan serupa

Pembunuhan para jendral yang terjadi pada 30 September hingga 1 Oktober 1965 dijakarta dan yogyakarta akibat konflik dan pergolakan Ideologi dikenang sebagai peristiwa...

1

1.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia