Revolusi hijau merupakan istilah yang mulai dikenal sejak tahun 1960 an, yang mana program tersebut telah mengantarkan beberapa teknologi baru dalam teknik pertanian. Revolusi hijau pertama kali diterapkan oleh mantan direktur USAID (United States Agency for Interntional Development) di Mexico. Pelopornya adalah Norman Borloug tahun 1970 dan dia dikenal sebagai bapak Revolusi hijau. Oleh karena keberhasilan Norman Borloug tersebut pemerintah Indonesia antusias menyambut penemuan teknologi baru tersebut. Pelaksanaan revolusi hijau oleh Soeharto di latarbelakangi oleh kelangkaan beras di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah pada masa orde baru melaksanakan serangkaian kebijakan yang didukung iptek untuk mendongkrak hasil produktivitas pertanian. Pada masa Orde Baru, tepatnya sejak dilaksanakannya Pelita I di tahun 1969, pemerintah melaksanakan program pembangunan pertanian, dengan nama Bimbingan Massal atau Bimas.
Bimas adalah bimbingan massal dalam pengertian resmi yaitu suatu sistem bimbingan ke arah usaha tani yang lebih baik dan lebih maju, sehingga mampu meningkatkan usaha taninya. Bimas ini menitikberatkan pada panca usaha tani yaitu: pemakaian bibit unggul, pengolahan tanah yang baik dan sempurna serta perbaikan cara bercocok tanam, memupuk dengan dosis optimum menurut varietas yang di tanam dan tingkat kesuburan tanah yang ada, pemberantasan hama dan penyakit tanaman serta pengairan yang baik. Pemerintah Orde Baru kemudian mengembangkan program Bimas menjadi Inmas atau Intensifikasi Massal. Program ini dilaksanakan pada tahun 1969. Format program ini sebenarnya hampir sama dengan Bimas, yang berbeda adalah Inmas memiliki target pengoptimalan produktivitas lahan dan kualitas hasil pertanian, terutama padi. Pemerintah pada saat itu juga memberikan subsidi varietas bibit unggul, pupuk, pestisida, dan teknologi pertanian lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka jawabannya adalah pada masa Orde Baru, tepatnya sejak dilaksanakannya Pelita I di tahun 1969, pemerintah melaksanakan program pembangunan pertanian, dengan nama Bimbingan Massal atau Bimas.