Iklan
Pertanyaan
Perhatikan teks cerita fantasi berikut!
Cincin Kali Maya
Sebulan sudah santer terdengar rumor bahwa cincin itu mampu membuat pemiliknya masuk ke dimensi lain. Aku tak percaya. Beda dengan sahabat baikku, Adi. Dia begitu antusias menemukan cincin berharga itu.
“Bay, kamu mati rasa, ya? Barang berharga seperti itu kamu tidak tertarik sama sekali.” tegas Adi padaku.
“Buat apa. Apa untungnya punya benda itu?” tanyaku.
Adi begitu bersikeras mengajakku mencari barang keramat yang konon sakti tersebut. Aku punya alasan tersendiri mengapa aku tidak tertarik. Bagiku masuk ke dimensi lain tidak ada manfaatnya. Lebih baik di sini. Hidup dengan normal layaknya manusia biasa di dunia yang nyata kehidupannya.
Namun, apalah daya. Sahabat baikku memintaku menemaninya mencari. Ya, mencari barang antik dengan iming-iming masuk ke dunia lain. Bukan dunia gaib, tetapi ke dimensi sang pemilik cincin kali maya yang dapat keluar dan masuk melihat isi dimensinya.
Dalam benakku, aku berpikir. “Bukankah dunia yang jelas nyata ini masih banyak yang perlu digali daripada pergi ke tempat yang agak terdengar takhayul.” Bisikan batinku tetap tidak membuat Adi mundur. Toh ini hanya omongan batinku saja. Mana bisa Adi mendengarnya.
Kami berangkat ke lokasi yang katanya cincin itu dijatuhkan sang peri malam. Orang-orang di komplek aku tinggal percaya akan hal itu. Mereka berbondong-bondong ke lokasi di tengah hutan pinus dekat tempat tinggal kami.
Bukan lima atau pula sepuluh. Ada ratusan orang yang siaga menyiapkan diri, rela begadang menemukan si kali maya. Senter, obor, dan alat penerang bersautan di dalam hutan. Di antara ratusan mereka yang berusaha malam itu, hanya penerangan milik kami berdua yang paling redup. Ala kadarnya. Walaupun begitu, yang penting berangkat, berusaha mencari dan menemukan barang pujaan di hutan pinus.
Kami mencari hingga tengah malam tiba dan tak kunjung menjumpai yang kami cari. Kami lelah. Kami putuskan untuk beristirahat sebentar di bawah pohon pinus yang cukup besar. Aku duduk menghadap ke arah barat, sedangkan Adi sedikit menyerong keutara. Dia tampak masih saja menyenter ke berbagai arah. Berharap ada pantulan cahaya dari cicin kali maya, tanda si cincin berada.
Menghapus sunyi, aku menepuk-nepuk tanah di bawah pinus. Tak sengaja aku menyentuh benda kecil yang agak keras. Ku korek benda yang tertancap di tanah tersebut tanpa sadar. Tak kusangka, benda itu sebuah cincin lusuh bertahta batu berwarna bening yang agak berkilau.
Seketika aku terkejut. Mengambil tangan Adi untuk memberi tahu temuanku. Belum lama ku rengkuh tangan Adi, cincin itu tiba-tiba menyala putih. Mata kami silau. Aku dan sahabat baikku tersentak kebelakang, tak kuasa memandang cahaya putih yang dikeluarkan benda kecil asing yang kutemukan. “Aaaaaah, cahaya apa ini?” teriak Adi.
Aku bingung menjawab. Entah apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Setelah nyala putih dari cicin mereda, aku dan Adi terperangah. Kami berdua berada di sebuah gubuk tua zaman dahulu. Atapnya terbuat dari anyaman daun kelor dan tiang-tiang penyangga bangunannya terbuat dari bambu dengan kombinasi kayu yang entah apa namanya. Asing. Baru pertama kali aku melihatnya langsung.
Aku dan Adi menoleh ke berbagai arah. Di sana sepi. Padahal cuaca begitu terik. Tidak ada orang yang berlalu lalang seperti di komplek kami tinggal.
“Bayu, kita ada dimana?” tanya Adi padaku ketakutan. Sekali lagi aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku bingung. Tempat itu baru bagiku. Hari yang awalnya malam, tiba-tiba menjadi terik di siang hari. Kami dibuat jantungan saat seorang kakek tua dengan jenggotnya yang panjang menghampiri kami keluar dari gubuk tua. “Untuk apa kalian kemari anak muda?” ucap sang kakek sambil terbata.
Adi tidak menjawab. Hal pasti yang kulihat hanya sang kakeklah penghuni tempat asing kami terdampar. Di sekeliling tak ada orang sama sekali. Adi masih terlihat kaget dan takut lepas cahaya putih menyelimuti kami berdua. Akhirnya, kuberanikan diri bercerita panjang lebar pada kakek tua di sana. Termasuk rasa penasaran Adi pada cincin kali maya.
Nasibku dan Adi ternyata mujur. Kakek asing yang kujumpai berkisah asal-usul kali maya. Cincin itu adalah cicin hitam yang membuat sang pemakai terkurung di dimensi yang diciptakan ratu kegelapan. Tujuannya untuk mengurung manusia-manusia yang penasaran dengan dimensi yang diciptakannya. Mengurung mereka yang tidak puas dengan dunia nyata. Memenjarakan mereka yang suka ingin lebih. Tidak bisa kembali.
Usai mendengar alkisah dari kakek, kami diminta masuk kedalam gubuknya. Kami manut pada permintaan kakek tersebut. Begitu kami dibukakan pintu dan melangkahkan kaki ke dalam, kami disambut kembali oleh cahaya putih yang menyelimuti. Dalam hati aku sedikit khawatir. Ke mana lagi aku dan sahabatku akan terdampar. Namun, semua terjawab. Sesaat setelah cahaya putih menghilang, aku dan Adi tengah kembali di depan rumahku, di dunia nyata seharusnya kami berada. Waktu pun kembali normal, jam menunjukkan pukul 03.00 WIB. Cincin kali maya hilang dari genggamanku. Entah kemana. Akan tetapi, aku bersyukur tidak terpenjara di dimensi lain.
(Diadaptasi dari tolongtangtugas.web.id pada 16 September 2020)
Kata yang bercetak tebal termasuk dalam kata ganti ....
orang pertama tunggal dan jamak
orang kedua bermakna tunggal dan jamak
orang pertama dan ketiga bermakna jamak
orang ketiga dan pertama bermakna tunggal
Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb
Habis dalam
01
:
20
:
00
:
05
Iklan
M. Robo
Master Teacher
1
0.0 (0 rating)
Iklan
RUANGGURU HQ
Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860
Produk Ruangguru
Bantuan & Panduan
Hubungi Kami
©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia