Perhatikan kutipan fabel berikut! Pada suatu masa di tanah Aceh, segerombol burung parkit terbang berarak untuk mencari makan. Mereka dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. “Ayo! Semuanya turun ke arah hutan itu!” kata sang raja memberi komando setelah melihat ke bawah dan ada banyak biji-bijian tersebar di tanah, di antara rerimbunan pohon besar. Burung-burung parkit, mulai dari yang besar hingga kecil, segera turun menjemput makanan mereka. Saat kaki burung-burung parkit itu menyentuh tanah, tiba-tiba sebuah jaring raksasa terentang dan menyergap mereka. Para burung parkit itu pun panik. Semuanya meronta-ronta dan berusaha meloloskan diri dari rangkaian jaring yang kuat itu. Hingga akhirnya, satu per satu mulai lemas. “Pastilah umat manusia yang melakukan hal jahat itu,” batin sang raja burung parkit. Jika kita akan menceritakan fabel di atas, teks tersebut dapat diubah menjadi ...

Raja burung parkit:  “Ayo! Semuanya turun ke arah hutan itu! Aku melihat banyak makanan di sana!”

Burung parkit lain: “Ayo kita turun! Ayo!”

(Raja parkit dan burung parkit terperangkap jala raksasa)

Raja burung parkit: “Pastilah manusia yang melakukan hal jahat ini!”

Burung parkit lain: “Sekarang kita harus bagaimana? Kami mulai lemas.”

Burung-burung parkit, mulai dari yang besar hingga kecil, segera turun menjemput makanan mereka. Saat kaki burung-burung parkit itu menyentuh tanah, tiba-tiba sebuah jaring raksasa terentang dan menyergap mereka. Para burung parkit itu pun panik.

Pada suatu masa di tanah Aceh, segerombol burung parkit terbang berarak untuk mencari makan. Mereka dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Namun, siapa sangka, mereka rupanya terperangkap jebakan pemburu dan akhirnya mati dalam jebakan itu.

Segerombol burung parkit terbang mencari makan dengan komando oleh raja yang bijaksana. Saat menemukan makanan, mereka justru terperangkap jala raksasa yang mungkin dipasang oleh pemburu. Mereka berusaha meloloskan diri hingga satu per satu mulai lemas.