Iklan

Iklan

Pertanyaan

Perhatikan cerita berikut ! Bantuan yang Tak Terduga Galih mengamati gerbang sekolahnya dengan hati-hati dari balik dinding kelas I. Sudah setengah jam ia berdiri di situ, menunggu semua temannya tak tampak di gerbang sekolah. Sepertinya sudah sepi, pikirnya. Dengan menghela napas panjang, ia berjalan cepat ke arah gerbang. "Hei! Kok baru keluar, Lih?" tanya Arkan tiba-tiba dari balik dinding sebelah gerbang. "Aku piket dulu tadi," kata Galih dengan terbata-bata. "Piket atau piket? Yang lainnya sudah keluar dari tadi lho," kata Riwu menggoda. Galih terdiam. Dadanya berdegup kencang. "Lih, mana janjimu?" tanya Naufal sambil mendekati Galih. Arkan dan Riwu pun berdiri mendekati Galih. "Janji apa? Aku tidak pernah janji apa-apa!" kata Galih. "Kamu sudah berjanji akan memberikan kami uang sepuluh ribu setiap hari Jumat," kata Riwu. "Aku bilang aku tidak bisa. Uang darimana? Ibuku hanya memberiku sangu 3000 per hari," kata Galih marah. "Bisa tidak bisa, harus bisa!" kata Naufal yang berbadan besar sambil mendorong lengan Galih. Galih terdorong ke dinding gerbang. Ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi ketiga temannya yang bertubuh lebih besar daripadanya. Ia menatap sekeliling. Sekolah telah sepi. Percuma jika ia berteriak meminta tolong. "Ayo, Lih! Mana uangnya!" paksa Arkan sambil memegang kerah baju Galih. Galih memejamkan mata. Ia tidak punya uang sebanyak itu. Ia pun tidak mungkin meminta ibunya yang hanya berpenghasilan cukup untuk makan mereka saja. Galih berdoa di dalam hati, semoga ada yang membantunya. Duuuughhh! Tiba-tiba saja terdengar suara keras dari samping kanan Galih. Galih membuka matanya. Di depannya telah berdiri tokoh yang baru saja dibaca bukunya semalam: Wiro Sableng. Dengan ikat kepalanya yang putih dan pakaian putih yang dipakainya, ia yakin dia pasti Wiro Sableng. Belum lagi kapak bertuliskan 212 yang terselip di pinggangnya. "Bocah cilik kok sudah jadi preman! Besarnya mau jadi apa?!" kata Wiro Sableng tegas. Arkan, Riwu, dan Naufal berjalan mundur ketika melihat Wiro Sableng yang tampak sangat gagah dan berwibawa. "Pulang sana! Belajar yang benar! Biar jadi orang yang berguna, bukan jadi preman!" kata Wiro Sableng dengan keras. Mereka bertiga pun berlari sekencang-kencangnya menjauh dari Galih dan Wiro Sableng. Galih dengan pelan-pelan menarik lengan baju putih Wiro Sableng. "Wi..wiro Sa..sableng?" kata Galih terbata-bata. "Kamu juga! Belajar yang giat dan jadi anak yang berani. Biar tidak ditindas sama teman-temanmu!" kata Wiro Sableng sambil berjalan ke arah berlawanan dengan larinya Arkan, Riwu, dan Naufal. Dan menghilang setelah sepuluh langkah. Berdasarkan cerita di atas, ide cerita di atas berasal dari....

Perhatikan cerita berikut !

Bantuan yang Tak Terduga

 

Galih mengamati gerbang sekolahnya dengan hati-hati dari balik dinding kelas I. Sudah setengah jam ia berdiri di situ, menunggu semua temannya tak tampak di gerbang sekolah. Sepertinya sudah sepi, pikirnya. Dengan menghela napas panjang, ia berjalan cepat ke arah gerbang.

"Hei! Kok baru keluar, Lih?" tanya Arkan tiba-tiba dari balik dinding sebelah gerbang.

"Aku piket dulu tadi," kata Galih dengan terbata-bata.

"Piket atau piket? Yang lainnya sudah keluar dari tadi lho," kata Riwu menggoda.

Galih terdiam. Dadanya berdegup kencang.

"Lih, mana janjimu?" tanya Naufal sambil mendekati Galih. Arkan dan Riwu pun berdiri mendekati Galih.

"Janji apa? Aku tidak pernah janji apa-apa!" kata Galih.

"Kamu sudah berjanji akan memberikan kami uang sepuluh ribu setiap hari Jumat," kata Riwu.

"Aku bilang aku tidak bisa. Uang darimana? Ibuku hanya memberiku sangu 3000 per hari," kata Galih marah.

"Bisa tidak bisa, harus bisa!" kata Naufal yang berbadan besar sambil mendorong lengan Galih.

Galih terdorong ke dinding gerbang. Ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi ketiga temannya yang bertubuh lebih besar daripadanya. Ia menatap sekeliling. Sekolah telah sepi. Percuma jika ia berteriak meminta tolong.

"Ayo, Lih! Mana uangnya!" paksa Arkan sambil memegang kerah baju Galih.

Galih memejamkan mata. Ia tidak punya uang sebanyak itu. Ia pun tidak mungkin meminta ibunya yang hanya berpenghasilan cukup untuk makan mereka saja. Galih berdoa di dalam hati, semoga ada yang membantunya. Duuuughhh! Tiba-tiba saja terdengar suara keras dari samping kanan Galih. Galih membuka matanya. Di depannya telah berdiri tokoh yang baru saja dibaca bukunya semalam: Wiro Sableng. Dengan ikat kepalanya yang putih dan pakaian putih yang dipakainya, ia yakin dia pasti Wiro Sableng. Belum lagi kapak bertuliskan 212 yang terselip di pinggangnya.

"Bocah cilik kok sudah jadi preman! Besarnya mau jadi apa?!" kata Wiro Sableng tegas.

Arkan, Riwu, dan Naufal berjalan mundur ketika melihat Wiro Sableng yang tampak sangat gagah dan berwibawa.

"Pulang sana! Belajar yang benar! Biar jadi orang yang berguna, bukan jadi preman!" kata Wiro Sableng dengan keras.

Mereka bertiga pun berlari sekencang-kencangnya menjauh dari Galih dan Wiro Sableng. Galih dengan pelan-pelan menarik lengan baju putih Wiro Sableng.

"Wi..wiro Sa..sableng?" kata Galih terbata-bata.

"Kamu juga! Belajar yang giat dan jadi anak yang berani. Biar tidak ditindas sama teman-temanmu!" kata Wiro Sableng sambil berjalan ke arah berlawanan dengan larinya Arkan, Riwu, dan Naufal. Dan menghilang setelah sepuluh langkah.

Berdasarkan cerita di atas, ide cerita di atas berasal dari....

  1. Legenda Wiro Sableng yang terkenal karena menolong orang yang sedang terlibat kesusahan

  2. Pepatah yang mengatakan “kejahatan akan kalah dari kebaikan”

  3. Cerita zaman sekolah

  4. Imajinasi penulis terhadap tokoh pahlawan dari Indonesia

Iklan

U. Yuliani

Master Teacher

Mahasiswa/Alumni Universitas Gunadarma

Jawaban terverifikasi

Jawaban

jawaban yang tepat adalah pilihan D.

jawaban yang tepat adalah pilihan D.

Iklan

Pembahasan

Ide cerita dalam sebuah cerita tidak dibatasi oleh realitas atau kehidupan nyata. Ide cerita juga tidak harus dunia nyata, tetapi bisa juga dunia khayal. Sebenarnya pilihan A bisa menjadi jawaban yang tepat tetapi itu jika dilihat dari dunia nyata sedangkan cerita fantasi merupakan cerita yang bisa menggabungkan dua dunia sekaligus, yaitu dunia nyata dan dunia fantasi. Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah pilihan D.

Ide cerita dalam sebuah cerita tidak dibatasi oleh realitas atau kehidupan nyata. Ide cerita juga tidak harus dunia nyata, tetapi bisa juga dunia khayal. Sebenarnya pilihan A bisa menjadi jawaban yang tepat tetapi itu jika dilihat dari dunia nyata sedangkan cerita fantasi merupakan cerita yang bisa menggabungkan dua dunia sekaligus, yaitu dunia nyata dan dunia fantasi. Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah pilihan D.

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

4

Iklan

Iklan

Pertanyaan serupa

Petualangan 2 Sahabat Basilia dan Aulia adalah 2 sahabat yang sama-sama gemar dengan petualangan. Pada suatu hari, Basilia dan Aulia sedang sangat asyik memasak di dapur rumah Basilia. Pada saat it...

2

0.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia