Masyarakat praaksara telah memiliki kepercayaan terhadap roh halus maupun makhluk gaib. Ketika terjadi petir, hujan,banjir, gempa bumi, dan gunung meleteus mereka meyakini bahwa hal itu terjadi karena perbuatan roh halus. Selain itu ketika menemukan pohon beringn yang besar dan rambut, gua yang gelap, pantai dan tempat-tempat lain yang dianggap keramat merka percaya bahwa tempat-tempat tersebut dijaga oleh roh halus maupun malkhluk gaib. Mereka kemudian memuja roh halus maupun kekuatan gaib untuk menghindari malapetaka. Pemujaan itu kemudian dikenal dengan Animisme.
Animisme adalah kepercayaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal. Manusia praaksara meyakini adanya kehidupan setelah kematian, sehingga mereka menyiapkan bekal kematian sebaik mungkin. Ketika ada orang meninggal, maka akan diberikan bekal kubur supaya mereka mendapat keselamatan. Bekal kubur yang diberikan adalah peralatan hidup sehari-hari seperti perhiasan dan periuk. Oleh karena itu upacara penguburan dimaksudkan untuk menghormati leluhur yang telah mendahului dan hidup di alam lain. Selain upacara penguburan, manusia praaksara juga memiliki keyakinan bahwa roh yang meninggal akan selamat dan bahagia apabila ditempatkan pada susunan batu-batu besar seperti peti batu dan sarkofagus, sehingga memunculkan kebudayaan megalitikum. Mereka kemudian mendirikan bangunan-bangunan besar seperti menhir, dolmen, dan sarkofagus.
Selain Animisme, masyarakat praaksara juga mengenal kepercayaan dinamisme yaitu kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib sehingga dikeramatkan. Benda-benda yang dikeramatkan adalah kapak, mata tombak, dan benda-benda lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa animisme adalah kepercayaan terhadap roh nenek moyang atau roh halus, sedangkan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib.