Pendapatan negara dari cukai rokok ternyata tidak sebanding dengan biaya ekonomi dan kehilangan nilai ekonomi tenaga kerja produktif akibat rokok. Penerimaan negara dari cukai rokok diperkirakan sekitar Rp55 triliun. Akan tetapi, biaya yang harus dikeluarkan Pemerintah untuk menanggung jaminan kesehatan pasien akbat rokok mencapai empat kai lipatnya dalam setahun. Rokok telah menyebabkan kematian sekitar 400.000 orang (25.000 orang di antaranya perokok pasif) setiap tahun dan jutaan orang sakit serta menjadi tidak produktif. Disadur dari: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/02/01/1727590/Pro-Kontra-Regulasi.Rokok.di.indonsesia. Diunduh 29 Matel 2016. Sanggahan tepat berdasarkan teks tersebut adalah...

Pendapat tersebut menurut saya tidak tepat. Pendapatan negara dari cukai rokok sangat besar. Pendapatan negara dari cukai rokok cukup untuk membiayai jaminan kesehatan akibat rokok 

Sudah saatnya Pemerintah menggunakan penerimaan dari cukai rokok untuk menanggung biaya kesehatan akibat rokok. Tidak semua pasien yang menderita sakit akibat rokok mampu membiayai rumah sakit dan obat-obatan. Pasien-pasien tersebut adalah bagian masyarakat 

Pendapatan dan cukai rokok sebenarnya dapat digunakan untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya rokok. Jika masyarakat paham bahaya rokok, konsumsi rokok akan berkurang. Dengan demikian. Pemerintah tidak perlu menanggung biaya kesehatan akibat rokok. 

Bahaya rokok memang sangat mengerikan. Rokok dapat menyebabkan berbagai penyakit pernapasan. Parahnya, penyakit akibat rokok tidak hanya diidap oleh perokok aktif, tetapi perokok pasif pun rnengidap penyakit akibat rokok 

Tingkat kematian akibat rokok sangat tinggi. Pemerintah seharusnya menutup pabrik-pabrik rokok sebagai solusi mengurangi jumlah kematian akibat rokok. Jika Pemerintah tidak segera menutup pabrik-pabrik rokok, angka kematian akibat rokok semakin tinggi.