Masa Praaksara secara harfiah dapat diartikan sebagai masa sebelum tulisan, yakni kondisi kehidupan manusia di masa lalu yang belum mengenal budaya tulis, sehingga karena itu konstruksi pemahaman terhadap aktivitas di masanya tidak tertera dalam catatan tertulis. Hal tersebut berbeda dengan Masa Sejarah yang secara harfiah dapat diartikan sebagai masa tulisan, yakni kondisi kehidupan manusia di masa lalu yang sudah mengenal budaya tulis, sehingga konstruksi pemahaman terhadap aktivitas di masanya dituliskan dalam dokumen atau prasasti.
Meski demikian, terdapat pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui serangkaian peristiwa di Masa Praaksara, yakni dengan menggunakan pendekatan geologi dan arkeologi. Pendekatan geologi dalam melihat serangkaian peristiwa Masa Praaksara didasarkan pada kajian geologi, yaitu dengan melihat bumi dan keseluruhan tentangnya; sejarah, struktur, komposisi dan proses pembentukannya, sehingga diketahui bahwa babakan Masa Praaksara berdasarkan geologi dikenal Masa Arkaekum, paleozoikum, mesozoikum dan neozoikum. Sementara, pendekatan arkeologi pada Masa Praaksara, melihat berdasarkan benda-benda artefak peninggalan kebudayaan manusia purba, sehingga diketahui bahwa babakan Masa Praaksara berdasarkan arkeologi dikenal dengan Masa Batu; paleolitikum, mesolitikum, neolitikum dan megalitikum serta Masa Logam; perunggu, tembaga dan besi.
Dengan memahami keterangan di atas, perbedaan antara geologi dan arkeologi dalam melihat serangkaian peristiwa Masa Praaksara adalah pendekatannya. Geologi melihat berdasarkan kebumiannya sementara arkeologi melihat berdasarkan benda peninggalan manusia purba.