Latar belakang Peristiwa Bandung Api, berawal dari beberapa pekan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, Pasukan Sekutu yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang ke Indonesia usai memenangkan Perang Dunia II melawan Jepang dan pihak poros lainnya.
Awalnya kedatangan mereka hanya untuk membebaskan tentara sekutu dari tahanan Jepang. Namun ternyata Belanda dalam hal ini diwakili oleh NICA membonceng pasukan Sekutu dan ingin menguasai Indonesia lagi. Adanya hal ini tentunya memicu perlawanan dari prajurit dan rakyat Indonesia atas kehadiran Belanda. Perlawanan dari rakyat ini banyak terjadi di beberapa daerah misalnya ada Peristiwa Pertempuran 10 November di Surabaya, pertempuran Ambarawa, pertempuran medan area, dan peristiwa Bandung Lautan Api.
Di Bandung sekutu datang pada tanggal 17 Oktober 1945, dipimpin oleh Kolonel Mac Donald selaku panglima perang Sekutu. Seperti halnya di kota-kota lain, di Bandung pun pasukan Sekutu dan NICA melakukan teror terhadap rakyat, sehingga terjadi banyak pertempuran. Menjelang bulan November 1945, pasukan NICA semakin merajalela di Bandung hingga pada tanggal 21 November 1945 Sekutu mengeluarkan ultimatum agar para pejuang menyerahkan senjata dan mengosongkan Bandung Utara. Peringatan yang berlaku sampai tanggal 29 November 1945 pukul 12.00 harus dipenuhi. Jika tidak, maka Sekutu akan bertindak keras. Ultimatum itu pun ditolak dan dibalas dengan beberapa pertempuran terjadi di Bandung Utara. Pos-pos Sekutu di Bandung menjadi sasaran penyerbuan.
Adanya penolakan ini membuat Sekutu memberikan ultimatum kedua pada tanggal 23 Maret 1946. Isi ultimatum itu adalah agar TRI mengosongkan seluruh kota Bandung dan mundur ke luar kota dengan jarak 11 km. Untuk menghindari penderitaan rakyat dan kehancuran kota Bandung, maka Pemerintah RI menyetujui untuk melaksanakan pengosongan kota Bandung.
Hal tersebut direspon pada 24 Maret 1946 pukul 10.00, Tentara Republik Indonesia (TRI) di bawah pimpinan Kolonel A.H. Nasution memutuskan untuk membumihanguskan Bandung. Kolonel Abdul Haris Nasution sebagai Komandan Divisi III Siliwangi menginstruksikan rakyat untuk mengungsi pada tanggal 24 Maret 1946. Malam harinya bangunan-bangunan penting mulai dibakar dan ditinggalkan mengungsi ke Bandung Selatan oleh sekitar 200.000 warganya. Warga mengungsi dengan membawa barang seadanya, sebagian mengatur perjalanan ke pengungsian, sebagian menyelamatkan dokumen-dokumen kota, sebagian membakar gedung-gedung penting, bahkan meledakkan bangunanbangunan besar, hingga instalasi militer pun dihancurkan. Tengah malam kota Bandung yang terbakar telah ditinggalkan. Menyisakan kenangan yang kita kenal dengan Peristiwa Bandung Lautan Api.
Dengan demikian, Narasi yang dijelaskan di soal menggambarkan sebuah Peristiwa yang dikenal dengan nama Peristiwa Bandung Lautan Api.