Iklan

Pertanyaan

Mengapa faktor agama menjadi faktor sentral dalam Perang Padri?

Mengapa faktor agama menjadi faktor sentral dalam Perang Padri?

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

11

:

50

:

31

Klaim

Iklan

N. Puspita

Master Teacher

Jawaban terverifikasi

Jawaban

faktor agama menjadi faktor sentral dalam Perang Padri karena ketidaksukaan ulama dengan kebiasaan masyarakat adat Minangkabau yang tidak menjalankan syariat Islam.

faktor agama menjadi faktor sentral dalam Perang Padri karena ketidaksukaan ulama dengan kebiasaan masyarakat adat Minangkabau yang tidak menjalankan syariat Islam.

Pembahasan

Pembahasan
lock

Perang Padri adalah perang yang berlangsung di Sumatra Barat dan sekitarnya, terutama di kawasan Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 hingga 1838. Bermula dari konflik internal masyarakat Minangkabau antara golongan adat dan golongan ulama, perang ini akhirnya berubah menjadi perang melawan pemerintah kolonial Belanda. Perang antara golongan ulama melawan golongan adat di Tanah Minang ini tidak terlepas dari konteks sosial Tanah Minang pada waktu itu. Minangkabau mulai diislamkan pada abad XVI. Setelah itu, muncul sistem tiga raja: raja alam (raja dunia), raja adat (raja hukum adat), dan raja ibadat (raja agama Islam). Kendati sudah memeluk Islam, adat istiadat serta kebiasaan Tanah Minang masih kuat memengaruhi hidup sehari-hari masyarakat. Pihak istana (Kerajaan Pagaruyung) dan pihak adat menjadi pendukung terpeliharanya tradisi-tradisi serta adat-istiadat itu. Golongan ulama menganggap bahwa tradisi dan adat yang bertentangan harus dihilangkan dan masyarakat Minangkabau harus memeluk islam secara murni. Dengan demikian, faktor agama menjadi faktor sentral dalam Perang Padri karena ketidaksukaan ulama dengan kebiasaan masyarakat adat Minangkabau yang tidak menjalankan syariat Islam.

Perang Padri adalah perang yang berlangsung di Sumatra Barat dan sekitarnya, terutama di kawasan Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 hingga 1838. Bermula dari konflik internal masyarakat Minangkabau antara golongan adat dan golongan ulama, perang ini akhirnya berubah menjadi perang melawan pemerintah kolonial Belanda. Perang antara golongan ulama melawan golongan adat di Tanah Minang ini tidak terlepas dari konteks sosial Tanah Minang pada waktu itu. Minangkabau mulai diislamkan pada abad XVI. Setelah itu, muncul sistem tiga raja: raja alam (raja dunia), raja adat (raja hukum adat), dan raja ibadat (raja agama Islam). Kendati sudah memeluk Islam, adat istiadat serta kebiasaan Tanah Minang masih kuat memengaruhi hidup sehari-hari masyarakat. Pihak istana (Kerajaan Pagaruyung) dan pihak adat menjadi pendukung terpeliharanya tradisi-tradisi serta adat-istiadat itu. Golongan ulama menganggap bahwa tradisi dan adat yang bertentangan harus dihilangkan dan masyarakat Minangkabau harus memeluk islam secara murni.

Dengan demikian, faktor agama menjadi faktor sentral dalam Perang Padri karena ketidaksukaan ulama dengan kebiasaan masyarakat adat Minangkabau yang tidak menjalankan syariat Islam.

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

13

Iklan

Pertanyaan serupa

Fase pertama Perang Padri terjadi pada 1821-1825. Perang dalam fase ini diawali dengan peristiwa ...

68

5.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia