Kerajaan Sriwijaya menjadi satu diantara 3 kerajaan yang berada di Sumatera dan dikenal oleh Cina alias Tiongkok. Kerajaan lain yang juga menduduki kepulauan Sumatera adalah Tulangbawang dan Kerajaan Melayu. Terdapat beberapa sumber berupa prasasti dan catatan perjalanan mengenai berdirinya kerajaan Sriwijaya ini. Menurut catatan I-Tsing seorang pendeta yang berasal dari Tiongkok, Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 M. I-Tsing mendalami agama Buddha dan sempat singgah di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansakerta pada tahun 682 M.
Menurut catatan I-Tsing, pada saat itu Sriwijaya dipimpin oleh seorang raja bernama Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa ini, disebutkan dalam prasati Kedukan Bukit berangka tahun 605 saka (683 M). Isinya antara lain menerangkan bahwa seorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (siddhayatra) dengan menggunakan perahu. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara 20.000 personel. Prasasti tersebut merupakan prasasti paling tua yang menjelaskan mengenai seorang pemimpin yang ada di Sriwijaya.
Letak pusat Kerajaan Sriwijaya ada berbagai pendapat. Ada yang berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya ada di Palembang, ada yang berpendapat di Jambi, bahkan ada yang berpendapat di luar Indonesia. Akan tetapi, pendapat yang banyak didukung oleh para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya berlokasi di Palembang, di dekat pantai dan di tepi Sungai Musi.
Dengan demikian, sejarah berdirinya kerajaan Sriwijaya menurut catatan I-Tsing dan prasasti Kedukan bukit, Sriwijaya telah berdiri pada abad ke-7 M dan dipimpin oleh seorang raja bernama Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Pusat kerajaan Sriwijaya menurut para ahli terletak di Palembang di dekat pantai dan di tepi Sungai Musi.