Pada tahun 1605, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) memasuki wilayah Maluku dan berhasil merebut benteng Portugis di Ambon. Datangnya VOC ke Maluku didasari oleh kekayaan rempah yang dimiliki pulau tersebut. Sesampainya disana, VOC segera melaksanakan beberapa praktik monopoli yang dilakukan VOC yang berdampak pada kesengsaraan rakyat. Beberapa praktik monopoli tersebut antara lain:
- melaksanakan sistem penyerahan wajib hasil bumi (contingenten),
- hak ekstirpasi, yaitu perintah pemusnahan tanaman rempah jika harga rempah tersebut turun, dan
- adanya pelayaran Hongi (patroli laut) untuk mengawasi segala tindak perdagangan yang tidak menguntungkan VOC.
Melihat keadaan yang demikian, tentu masyarakat di sana tidak tinggal diam melainkan tercatat pernah melakukan perlawanan, salah satu di antaranya adalah perlawanan Pangeran Nuku pada sekitar akhir abad ke-18 masehi. Sultan Nuku bernama lengkap Muhammad Amiruddin yang lahir di Soasiu, Tidore pada 1738, sejatinya merupakan putra Sultan Tidore Sultan Muhammad Mashud Jamaluddin.
Perlawanan Pangeran Nuku terhadap VOC dipicu oleh campur tangan VOC di dalam kehidupan politik kerajaan. Campur tangan tersebut terlihat dalam andil VOC untuk mengangkat Adik Sultan Jamaluddin bernama Patra Alam sebagai pengganti Sultan Jamaluddin setelah wafat. Padahal, seharusnya Pangeran Nuku yang menjadi Sultan akan tetapi andil VOC demi kepentingan perdagangannya mengubah garis kekuasaan tersebut.
Pangeran Nuku yang berhasil menggalang kekuatan di daerah pelariannya, Halmahera, pada tahun 1781, bahkan oleh pendukungnya di daerah pelarian tersebut beliau mendapat gelar Sri Maha Tuan Sultan Amiruddin Syaifuddin Syah Kaicil Paparangan. Salah satu keberhasilannya dalam perlawanan menghadapi VOC adalah serbuan ke pos Belanda di Halmahera 1783. Akhirnya, pada 1797, Pangeran Nuku berhasil menyerang besar-besaran ke VOC di Tidore dan mengusir kekuasaan VOC di sana, kemudian Pangeran Nuku diangkat Sultan Tidore.
Jadi, salah satu perlawanan terhadap VOC di Ambon adalah perlawanan yang dipimpin oleh Sultan Nuku.