Iklan
Pertanyaan
Jelaskan Imperialisme barat di Indonesia!
Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb
Habis dalam
01
:
09
:
33
:
53
Iklan
N. Puspita
Master Teacher
Imperialisme bangsa Eropa di Indonesia diawali dari motif perdagangan. Indonesia dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah. Rempah-rempah dicari bangsa Eropa karena manfaatnya sebagai penghangat dan bisa dijadikan pengawet makanan. Selain karena harganya yang mahal, memiliki rempah-rempah juga menjadi simbol kejayaan seorang raja pada saat itu. Dari faktor-faktor itu, banyak Bangsa Eropa yang berusaha untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah, salah satunya Indonesia. Terdapat beberapa hal yang mendorong bangsa Eropa datang ke Indonesia, diantaranya adalah.
Faktor-faktor tersebutlah yang kemudian membuat Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris datang ke Indonesia. Bangsa Portugis Ia berhasil menguasai Malaka sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara pada 10 Agustus 1511. Penjelajah Spanyol berhasil berlabuh di Tidore, namun kedatangan mereka dianggap melanggar Perjanjian Tordesillas. Untuk menyelesaikan permasalahan keduanya, Portugis dan Spanyol melakukan Perjanjian Saragosa pada 1529. Pada 1596, Cornelis de Houtman berhasil mendarat di Banten. Sikap Belanda yang kurang ramah dan berusaha memonopoli perdagangan di Banten membuat Sultan Banten saat itu marah. Akibatnya, ekspedisi ini terbilang gagal. Sekitar 1598-1600, pedagang Belanda mulai berdatangan kembali. Kedatangannya kali ini dipimpin Jacob van Neck. Ia berhasil mendarat di Maluku dan membawa rempah-rempah. Keberhasilan van Neck menyebabkan semakin banyak pedagang Belanda datang ke Indonesia. Pasukan Inggris datang ke Indonesia dipimpin oleh Henry Middleton yang berhasil sampai di Sumatra, lalu menuju Banten di akhir 1604. Ia berlayar ke Ambon (1605) lalu ke Ternate serta Tidore dan mendapat rempah-rempah, seperti lada dan cengkeh.
Di antara bangsa-bangsa tersebut, Belanda merupakan negara yang cukup lama berada di Indonesia. Hingga akhirnya mereka membuat perusahaan dagang di Indonesia. Vereenigde Oostindische Compagnie atau lebih dikenal dengan VOC merupakan perusahaan dagang tersebut. VOC didirikan pada 20 Maret 1602 oleh Johan van Oldenbarnevelt. Keberadaan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang, namun juga menjadi kekuatan politik. VOC memiliki hak octrooi, yaitu monopoli perdagangan, mencetak mata uang sendiri, mengadakan perjanjian, menyatakan perang dengan negara lain, menjalankan kekuasaan kehakiman, memungut pajak, memiliki angkatan perang, dan mendirikan benteng. VOC pun memiliki beberapa kebijakan, yaitu, Contingenten, Verplichte leverantie, Ekstirpasi dan Pelayaran hongi. Namun Pada tahun 1799, VOC bangkrut karena pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi, menanggung utang akibat perang, dan kemerosotan moral para pegawai. Dengan dibubarkannya VOC, maka kekuasaannya di Indonesia kemudian diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda yang saat itu dikuasai Perancis.
Setelah VOC dibubarkan, terjadi perebutan hegemoni Bangsa Eropa di Indonesia. Di awali dengan masa pemerintahan Republik Bataaf dimana saat itu Belanda dipimpin Louis Napoleon, mengangkat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1808 untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Tugas lainnya adalah memperbaiki nasib rakyat selaras dengan cita-cita Revolusi Perancis. Saat Daendels menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia, ia menerapkan banyak kebijakan baik di bidang pertahanan, ekonomi maupun pemerintahan. Daendels adalah membiarkan terus praktik perbudakan serta hubungan dengan raja-raja di Jawa yang buruk, sehingga menimbulkan banyak perlawanan. Daendels ditarik ke Eropa, lalu digantikan Gubernur Jenderal Janssens pada tahun 1811. Masa pemerintahannya tidak lama, karena pasukan Inggris datang menyerang. Janssens dan pasukannya menyerah dengan ditandatanganinya Perjanjian Tuntang, sehingga selanjutnya Nusantara berada di bawah kekuasaan Inggris.
Pada 1811, pimpinan Inggris di India, Lord Minto, memerintahkan Thomas Stamford Raffles yang berada di Penang untuk menguasai Pulau Jawa. Thomas Stamford Raffles menerapkan banyak kebijakan baik di bidang pemerintahan, ekonomi maupun ilmu pengetahuan. Penjajahan bangsa Inggris tidak berlangsung lama. Sejak 1816 Inggris menyerahkan kembali kekuasaannya kepada Belanda. Indonesia kembali berada di bawah kekuasaan Belanda.
Ketika kekuasaan di Indonesia kembali ke tangan Belanda, Van der Capellen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, menerapkan kebijakan dalam menghapuskan peran penguasa tradisional, menerapkan pajak yang memberatkan rakyat, sehingga muncul banyak perlawanan dari rakyat. Belanda juga mengutus Johannes van den Bosch untuk meningkatkan penerimaan negara Belanda yang kosong akibat perang dengan masyarakat Nusantara dan Bangsa Eropa lainnya. Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) sejak tahun 1830. Penerapan cultuur stelsel banyak mengalami penyimpangan, seperti waktu tanam yang melebihi usia tanam padi, tanah yang seharusnya bebas pajak tetap kena pajak, hingga rakyat harus menyediakan sampai setengah tanahnya. Meski begitu, Tanam Paksa juga berdampak positif karena rakyat Indonesia mengetahui jenis-jenis tanaman baru dan mengetahui cara tanam yang baik. Pada tahun 1870 Tanam Paksa dihapus dan diganti Politik Pintu Terbuka yang tertuang dalam UU Agraria 1870 yang mengatur tentang kepemilikan tanah pribumi dan pemerintah. Di sini, mulai diberlakukan politik pintu terbuka, investor asing mulai muncul, terjadi pengembangan usaha perkebunan di luar Jawa, dan sistem kerja paksa diganti dengan sistem kerja bebas.
Dengan demikian, imperialisme di Indonesia diawali dari motif ekonomi yaitu berdagang. 3G, jatuhnya kota Konstantinopel pada 1453, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan adanya buku Imago Mundi dan Il Milione merupakan faktor-faktor yang menyebabkan Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda datang ke Indonesia, namun Belanda lah yang berada cukup lama di Indonesia hingga mendirikan VOC. Setelah VOC dibubarkan, terjadi perebutan hegemoni bangsa Eropa di Indonesia di awali pada masa Pemerintahaan Republik Bataaf yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Kemudian Masa pemerintahan Inggris yang diperintah oleh Thomas Stamford Raffles hingga kembalinya kekuasaan Indonesia ke tangan pemerintah Belanda yang dipimpin oleh Van der Capellen dan Johannes van den Bosch.
Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!
1
3.5 (2 rating)
Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
Iklan
RUANGGURU HQ
Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860
Produk Ruangguru
Bantuan & Panduan
Hubungi Kami
©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia