Memasuki 1980an, Uni Soviet mulai mengalami kemerosotan ekonomi yang tentu berdampak pada banyak aspek kehidupan masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan ini maka pada 1985, Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev berusaha memperbaiki keadaan dengan cara mengeluarkan kebijakan glasnost dan perestroika yaitu mengubah sistem komunisme menjadi lebih demokratis. Kebijakan ini terdiri atas tiga hal yaitu :
- Glasnot (Keterbukaan Politik)
- Perestroika (Restrukturisasi)
- Democratizatsiya (demokratisasi)
- Rule of Law.
Munculnya kebijakan ini justru menjadi sebuah bumerang, karena memunculkan konflik di berbagai kelompok masyarakat. Bahkan kebijakan ini juga memunculkan kainginan sejumlah negara bagian untuk memerdekakan diri lepas dari Uni Soviet. Memasuki 1990, kekuatan komunis di sejumlah negara bagian mengalami keruntuhan, sehingga sejumlah negara bagian pun bias memerdekakan dirinya dari Uni Soviet.
Dengan runtuhnya kekuatan komunis di negara adidaya tersebut, secara otomatis hal ini membawa kemerosotan dari paham komunisme yang ada di dunia. Salah satu negara yang terkena imbasnya adalah Jerman Timur, yang berhaluan komunis. Keruntuhan dari Uni Soviet, juga ditandai dengan runtuhnya Tembok Berlin yang menjadi pembatas dua Jerman selama puluhan tahun. Ketika tembok ini runtuh, maka proses reunifikasi Jerman pun dapat berjalan. Tidak ada lagi istilah Jerman Barat dan Jerman Timur yang ada hanyalah Jerman.
Dengan demikian, hubungan antara situasi politik yang terjadi di Uni Soviet dengan reunifikasi Jerman terletak pada sejumlah kebijakan pembaruan yang dilakukan oleh Mikhael Gorbacev (Glasnost dan Perestroik).