Iklan
Pertanyaan
Hampir setiap hari mataku tak jemu-jemunya menjelajahi media demi media. Malah suatu ketika temanku bertanya.
“ Sekarang apa kegiatanmu, Deni?”
“Jadi pengamat pers,” lantas kulihat temanku itu keheranan dan takjub.
“Wah, hebat sekali” temanku tampak terkagum-kagum.
“Yah… begitulah, kini aku jadi pengamat pers, spesialisasi lowongan kerja.”
“Ha…ha…ha…” seketika itu juga temanku terbahak-bahak dan segera meninju bahuku.
Begitulah dalam masa transisi selepas dari perguruan tinggi, aku berusaha mengubah keprihatinanku dalam mencari kerja, menjadi lelucon semu. Apalagi, di era yang katanya orang globalisasi dan kompetitif dengan lowongan kerja yang semakin sempit ini, aku dituntut mengubah kernyit dahi menjadi seberkas senyum, jikalau aku tidak ingin dilanda stres yang ujung-ujungnya stroke. Biasanya aku mampir ke warung-warung koran untuk mendapat informasi yang disediakan pers mengenai negeri ini.
[…]
Kutipan yang tepat untuk melanjutkan cerpen tersebut adalah ….
Selain di warung-warung koran, aku juga mengunjungi warung kopi ditemani beberapa gorengan untuk menghabiskan sore. Setelah puas menikmati kopi dan gorengan, aku melanjutkan hari dengan mengojek. Penumpang yang menaiki ojekku beragam, mahasiswa, ibu-ibu, anak-anak, bahkan lansia pun pernah jadi penumpang ojekku. Namun, saat ini banyak sekali saingan ojek, bukan hanya dari ojek konvensional, melainkan dari ojek daring.
Selain itu, aku juga sering melamar pekerjaan ke instansi-instansi pemerintahan dan tak jarang ditolak. Bahkan, untuk bekerja di sebuah perusahaan swasta yang kecil pun tidak mudah. Anggapan bahwa orang-orang yang tinggal di kota akan sukses hanya isapan jempol belaka. Pendapatan di Ibukota memang lebih besar dibanding di daerah-daerah, namun kebutuhan di kota juga tak semurah di desa. Selain itu, ya lagi-lagi mengenai lowongan kerja yang membutuhkan effort tinggi untuk bisa diterima.
Selain di warung-warung koran, kadang-kadang aku juga pergi ke perpustakaan daerah. Di sana aku mencermati koran-koran yang di warung koran tidak ada. Di sana aku biasanya lebih bebas, karena lepas dari kewajiban membeli koran. Atau kalau tidak, aku juga pergi ke kampus, untuk melihat-lihat, barangkali ada info-info penting di sana. Nah, keberuntungan baru berpihak kepadaku rupanya. Di lorong dekat ruang dosen terpampang pengumuman, sebuah instansi membutuhkan dua orang pengawas proyek.
Warung-warung koran kini sudah jarang yang laris. Orang-orang lebih senang membaca melalui gawai atau internet dibanding membaca koran. Ini yang menyebabkan kebanyakan masyarakat sekarang mengalami gangguan penglihatan. Terlalu sering menatap layar gawai atau laptop membuat mata cepat lelah dan merusak beberapa bagian dari mata. Zaman modern ternyata banyak memiliki dampak buruk. Itu juga yang dialami olehku. Hampir dua bulan retina mataku rusak dan dokter sudah pasrah terhadap keadaan mataku saat ini.
Warung koran yang aku kunjungi kebetulan bersebelahan dengan rumah salah satu kerabatku yang baru pindah dari Banjarmasin. Bukan main terkejutnya mengalami kehidupan di kota selama sepekan. Ia bercerita mengenai susahnya mendapatkan pekerjaan dan mulai pekan depan ia memutuskan untuk kembali ke Banjarmasin.
Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb
Habis dalam
01
:
13
:
31
:
15
Iklan
I. Amalia
Master Teacher
Mahasiswa/Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung
3
5.0 (1 rating)
Iklan
RUANGGURU HQ
Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860
Produk Ruangguru
Bantuan & Panduan
Hubungi Kami
©2025 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia