Iklan
Pertanyaan
Bacalah teks narasi berikut, selanjutnya jawablah soal nomor 1—7.
Dari Hutan, Anak Rimba Membuat Dongeng
Di tengah hutan lebat di Taman Nasional Bukit Duabelas di Makekal, wilayah Kabupaten Tebo, Jambi, sekelompok anak-anak tengah memegang buku dan pensil. Mereka siap sakola, belajar baca-tulis-hitung. Tidak ada yang memakai seragam. Yang ada hanya anak-anak yang memakai celana pendek.
Tak jauh dari mereka berkumpul, terdapat gubuk tempat belajar, genah pelajoron (rumah sekolah). Akan tetapi, siang itu, mereka ingin belajar di alam terbuka, di bawah pohon. Inilah uniknya, sang guru/fasilitator mencari murid dan memberikan pelajaran baca-tulis-hitung (BTH) di tempat yang murid suka.
Kelompok-kelompok orang rimba ini hidup tersebar di TNBD seluas sekitar 60.500 hektare. Memberikan pendidikan alternatif kepada orang rimba atau sering juga disebut suku Anak Dalam atau orang Kubu, butuh perjuangan keras. Untuk mencapai lokasi dari Tebo, perlu waktu tiga jam perjalanan dengan kendaraan gardan ganda atau enam jam dari Kota Jambi. Setelah itu, kita harus berjalan kaki 1—2 jam masuk hutan, baru dapat menemui anak-anak rimba tersebut. Di mana bertemu dengan mereka, di situ aktivitas belajar dilakukan.
Terampil mendongeng sejak 10 tahun terakhir, terlihat kemajuan luar biasa dari anak-anak rimba. Setelah diberikan pendidikan alternatif oleh Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi sejak 1998, anak-anak rimba, yang sebelumnya tak kenal BTH, tak hanya sekadar bisa BTH, tetapi kini juga sudah terampil mendongeng. Sebagian dari dongeng-dongeng yang mereka tulis dibukukan dengan judul Kisah-kisah Anak Rimba (pengantar oleh Kak Seto, penerbit KKI warsi, 2007).
Ada sembilan dongeng orisinal yang dibukukan, yang selama ini turun-temurun ada dalam cerita-cerita kelompok orang rimba. Mereka menyebut dongeng itu sebagai ande-ande.
Tradisi lisan lain yang hidup dalam tradisi orang rimba adalah sloko adat, bedeki (pantun), dan teka-teki. "Dari nenek moyang mereka tidak ada tradisi tulis. Segala sesuatu diturunkan secara lisan. Mereka buta aksara. Setelah KKI Warsi memberikan pendidikan alternatif, baru mereka bisa BTH," kata Sukmareni, staf Komunikasi, Informasi, dan Pembelajaran KKI Warsi.
Secara bertahap, anak-anak rimba mengenali huruf, melafalkannya, dan merangkainya menjadi kata-kata dan kalimat. Demikian juga dengan angka, dari mengenalkan angka hingga menjadi hitung-hitungan.
Menurut Sukmareni, sebagai anak orang rimba, kemampuan mereka boleh diacungi jempol. Proses pengenalan huruf hingga bisa merangkainya menjadi kata berlangsung hanya dalam tempo dua bulan.
"Waktu belajar disesuaikan dengan waktu anak-anak. Terkadang, pelajaran baru dimulai sekembalinya mereka dari berburu atau selesai membantu orang tua. Kadang, mereka belajarsampai malam dengan penerangan lilin atau lampu teplok. Jika lelah belajar, mereka istirahat dulu, bermain, atau menangkap kodok atau ikan untuk makan malam," papar Sukmareni.
Sumber: tekno.kompas.com
Gubuk tempat belajar anak-anak rimba pada teks tersebut adalah ...
genah pelajoron
sakola Rimba
rumah belajar
sekolah anak rimba
Iklan
A. Acfreelance
Master Teacher
5
0.0 (0 rating)
Iklan
RUANGGURU HQ
Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860
Produk Ruangguru
Bantuan & Panduan
Hubungi Kami
©2025 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia