Gelandangan dan pengemis (Gepeng), Wanita Tuna Susila (WTS) merupakan sebuah komunitas kelas bawah dalam struktur sosial di masyarakat yang bekerja dalam sektor informal sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Manangin mengenai "Fenomena Gelandangan-Pengemis Di Daerah Istimewa Yogyakarta (Analisis Terhadap Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Seseorang Menjadi Gelandangan Pengemis)" mengungkapkan bahwa gepeng sebagai gerakan protes terhadap pemerintah yang mana gepeng menganggap bahwa pemerintah belum bisa mengurusi masyarakat sub-marginal secara baik. Menjadi pengemis dan gelandangan juga menjadi respon keterbatasan ekonomi, sehingga dengan menekuni profesi informal tersebut dengan menciptakan dan menjadikan mental- mental menjadi pengemis menjadi pilihan terakhir untuk dapat menyambung hidup. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan sebagai pengemis yang hanya butuh modal keberanian dan tidak perlu proses panjang. Begitu pula dengan Wanita Tuna Susila (WTS), yang justru saat ini tidak hanya dilakukan oleh kalangan menengah ke bawah tetapi juga kalangan menengah ke atas, dengan alasan kebutuhan dan gaya hidup. Hal ini dikarenakan menjadi Wanita Tuna Susila (WTS) mendatangkan penghasilan yang besar, cepat, dan tidak membutuhkan pendidikan tinggi.
Berdasarkan penelitian di atas, fenomena Gelandangan dan pengemis (Gepeng), Wanita Tuna Susila (WTS) dapat dikaji dengan menggunakan teori struktural fungsional. Teori strukturl fungsional menjelaskan bahwa masyarakat sebagai satu kesatuan sistem yang saling berhubungan. Apabila salah satu bagian tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka akan mempengaruhi dan menggangu bagian yang lain. Seperti halnya Gelandangan dan pengemis (Gepeng), Wanita Tuna Susila (WTS) yang menjadi masalah di masyarakat, namun tidak bisa disalahkan pada salah satu pihak, karena masyarakat dan pemerintah adalah satu kesatuan sistem yang saling berkaitan. Apabila pemerintah menerapkan kebijakan yang berkaitan dengan ekonomi dan menerapkan sanksi yang tegas maka masyarakat tidak banyak yang melakukan pekerjaan tersebut, karena masalah tersebut salah satunya karena adanya protes terhadap pemerintah.
Solusi untuk mengatasi masalah Gelandangan dan pengemis (Gepeng), Wanita Tuna Susila (WTS) di antaranya:
- Memberikan pelatihan/ketrampilan agar Gelandangan dan pengemis (Gepeng), Wanita Tuna Susila (WTS) menguasi ketrampilan tertentu yang nantinya dapat bermanfaat dan bisa dikembangkan untuk membuka usaha.
- Transmigrasi ke daerah yang belum padat pendudukanya, dengan tujuan agar persaingan kerja tidak tinggi.
- Panti bersama untuk para Gelandangan dan pengemis (Gepeng) agar tidak menempati lingkungan yang tidak layak dan memunculkan tempat kumuh.