Spesi yang mengalami oksidasi di anode berupa spesi yang mempunyai potensial elektrode lebih negatif atau lebih kecil. Perhatikan! Reaksi reduksi air tidak berkebalikan dengan reaksi oksidasi air.
Reduksi: 2H2O+2e−→H2+2OH− E∘=−0,83 VOksidasi: 2H2O→4H++O2+4e− E∘=−1,23 V
Dapat dilihat bahwa reaksi oksidasi air merupakan kebalikan dari reaksi reduksi oksigen, oleh sebab itu, nilai potensial reduksi yang diperhatikan adalah nilai potensial reduksi oksigen. Jika dibandingkan dengan potensial reduksi anion sisa asam oksi, misalnya SO42−, reaksi yang mungkin terjadi di anode adalah:
2SO42−(aq)→S2O82−(aq)+2e−2H2O→4H+(aq)+O2(g)+2e−
dan reaksi setengah sel (reduksi) dan nilai potensial reduksi yang dapat kita temui di tabel adalah sebagai berikut:
S2O82−(aq)+2e−→2SO42−(aq) E∘=+2,01 VO2(g)+4H+(aq)+4e−→2H2O E∘=+1,23 V
Terlihat nilai potensial reduksi S2O82− lebih besar (lebih mudah tereduksi) daripada oksigen karena nilai potensial reduksinya lebih besar. Sebaliknya, SO42− tentu lebih sulit untuk teroksidasi. Dengan kata lain, spesi dengan nilai potensial reduksi lebih kecil akan lebih mudah mengalami reaksi oksidasi. Begitu juga anion-anion sisa asam oksi lain seperti NO3−, CO32−, MnO4−, dan ClO4− termasuk anion yang sangat sukar teroksidasi. Jika diperhatikan dari bilangan oksidasi atom pusatnya,
- biloks N dalam NO3− adalah +5
- biloks C dalam CO32− adalah +4
- biloks Mn dalam MnO4− adalah +7
- biloks Cl dalam ClO4− adalah +7
merupakan bilangan oksidasi maksimum yang dimiliki unsur-unsur tersebut, yang artinya tidak dapat dioksidasi lagi.
Oleh sebab itu, reaksi yang terjadi di anode jika larutan elektrolit mengandung anion sisa asam oksi adalah reaksi oksidasi air, yaitu:
2H2O→4H+(aq)+O2(g)+4e−
Jadi, terbukti bahwa ion-ion tersebut tidak teroksidasi di anode pada sel elektrolisis karena nilai potensial reduksinya lebih besar daripada potensial reduksi air dan atom pusatnya memiliki bilangan oksidasi maksimum, reaksi oksidasi air yang terjadi adalah .