Masyarakat Makassar memiliki nilai budaya yang meliputi unsur kebudayaan yang terdiri dari bahasa, sistem ekonomi/mata pencaharian, organisasi sosial, kepercayaan, seni, sistem moral, adat, dan kemampuan serta kebiasaan yang dimiliki sebagai anggota masyarakat Kesultanan Makassar. Seperti halnya masyarakat Makassar dikenal dengan budaya merantau yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri. Penyebaran orang-orang Makassar di luar Sulawesi Selatan disebabkan karena profesi dan mata pencaharian mereka yang umumnya sebagai nelayan dan pedagang sehingga memudahkan mereka untuk keluar mencari keuntungan perekonomian.
Masyarakat Makasar selalu berupaya mencari tempat yang dianggap layak bagi dirinya di luar kampung halaman untuk didiami, tempat bekerja, dan bermasyarakat. Perantau Makassar didorong atas dasar budaya “Siri”. Bagi masyarakat Makassar, Siri adalah jiwa dan harga diri mereka. Selain atas dasar budaya nilai-nilai luhur sebagai pendorong melakukan perantauan, motif lain adalah kondisi sosial politik yang terjadi di kampung halaman yaitu ingin menghindari konflik dan didorong pula oleh sikap optimis untuk meraih kesuksesan yang lebih baik di tanah rantau. Hal ini dapatdibuktikan dari jumlah orang Bugis yang cukup signifikan di beberapa wilayah Nusantara dan luar negeri.
Istilah merantau dalam bahasa Bugis-Makassar dikenal dengan sebutan “Pasommpe”yang berasal dari kata “Sompe”yang berarti berlayar dengan awalan “Pa” sebagai pelaku dari orang yang melakukan aktivitas pelayaran dari pulau ke pulau, atau dari satu negara ke negara lainnya. Yang menjadikan masyarakat Makassar lebih memilih merantau adalah sebagai berikut.
- Untuk menghindari konflik yang terjadi, kedatangan VOC merupakan ancaman atas kepentingan perdagangan dan pelayarannya di pulau Maluku. Terjadinya persaingan tersebut menimbulkan konflik sosial antara Kesultanan Makassar dengan VOC yang pada puncaknya terjadilah peperangan antara kedua belah pihakyang dikenal dengan Perang Makassar pada abad ke XVII.
Konflik berlanjut pasca perjanjian Bongaya 18 Novemper 1668, yangmenyebabkan terjadinya perubahan besar di kalangan kerajaan Bugis-Makassar.VOC mendapatkan monopoli dagang di Makassar dan semua orang Eropa non-Belanda dipaksa meninggalkan Makassar.Konflik yang terjadi di Makassar mengakibatkan situasi keamanan tidak stabil. Maka terjadilah peningkatan kegiatan merantau orang orang Makassar di tahun-tahun berikutnya ke berbagai wilayah.
- Motif setelah era kemerdekaan lebih banyak disebabkan oleh motif ekonomi untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.Seperti di wilayah Kalimantan Tengah lebih kepada motif ekonomi atau penempatan kerja. Hal tersebut didorong oleh keinginan untuk memperbaiki kondisi ekonomi selain karena penempatan tugas.
Dengan demikian tujuan masyarakat Makassar melakukan budaya merantau adalah untuk menghindari konflik dan mencari pekerjaan yang lebih baik.