Iklan
Pertanyaan
Cermati kutipan novel sejarah berikut!
Menjelang siang, saat Supratman telah berniat untuk pulang, seorang pemuda pergerakan lainnya terlihat memasuki halaman gedung Indonesische Clubgebouw dengan sepeda onthelnya. Dialah Mas Tabrani dari Jong Java.
Supratman segera saja berlaric mengejarnya. "Mas Tabrani, Mas Tabrani, apakah ada berita baru?" tanyanya sambil menjejeri Mas Tabrani.
Mas Tabrani yang terus berjalan, sebenarnya akan langsung memasuki ruangannya. Namun, begitu melihat siapa yang mendekatinya, dia sedikit menahan langkahnya. Dia mengenal Supratman.
Saat Supratman mendekat, Mas Tabrani bertanya untuk meyakinkan dirinya, "Mas wartawan penggesek biola itu?" Supratman tersenyum, dan mengangguk. "Amboi, dulu pertama kali aku melihat Mas, kupikir Mas seorang mahasiswa," Mas Tabrani menepuk pundaknya, "hebat juga, tak banyak wartawan yang pandai bermusik."
"Terima kasih, Mas. Tapi, aku cuma bisa sedikit-sedikit saja," ucap Supratman pelan.
Mas Tabrani tertawa, "Kau pandai merendah juga rupanya."
"Jadi, apa yang mau kautanyakan?" tanya Mas Tabrani kemudian. "Kau dari...."
"Dari Sin Po, Mas. Aku hanya mau menanyakan apa ada berita baru di sini?"
"Hmmm, tentu saja ada," nada suaranya sedikit merendah. "Tapi, kupikir untukmu saja."
Supratman secara refleks mendekatkan wajahnya. Dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Kadang seorang narasumber memang tak ingin ucapannya ditulis karena satu dan lain hal.
"Akan ada kongres beberapa hari lagi di sini,"
Supratman tampak kaget. "Kongres apa, Mas?"
"Tentu saja kongres untuk memikirkan keadaan negeri ini. Apa lagi?"
"Tanggal berapa, Mas?"
"Hmmm, mungkin sekitar tanggal 30 April sampai 2 Mei."
Supratman semakin kaget, "Wah itu sebentar lagi, Mas!"
Mas Tabrani mengangguk, "Tapi, ingat, ini berita untukmu saja. Jangan kau tulis dulu di surat kabarmu."
"Memangnya kenapa, Mas? Bukankah berita ini harusnya disebar?"
"Kau ini seperti tak mengerti saja!" Mas Tabrani sedikit melotot. "Ini sekadar untuk berjaga-jaga, supaya agen-agen PID itu tak mengacaukannya nanti."
Supratman langsung mengerti. "Siap, Mas. Mulutku terkunci rapat," ujarnya sambil membuat gerakan mengunci bibir.
(Dikutip dari: Yudhi Herwibowo, Sang Penggesek Biola: Sebuah Roman Wage Rudolf Supratman, Tangerang Selatan, Imania, 2018)
Jelaskan watak tokoh dalam kutipan novel sejarah tersebut! Sertakan bukti kutipan watak tersebut!
...
...
8 dari 10 siswa nilainya naik
dengan paket belajar pilihan
Habis dalam
01
:
07
:
25
:
17
Iklan
M. Ayu
Master Teacher
Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Jakarta
10
4.5 (2 rating)
Modesta silabn
Makasih ❤️
Iklan
RUANGGURU HQ
Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860
Produk Ruangguru
Bantuan & Panduan
Hubungi Kami
©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia