Iklan

Iklan

Pertanyaan

Cerita berikut untuk menjawab soal nomor 1 dan 2. Kisah Malin Kundang Kisah zaman dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga miskin di daerah pesisir pantai. Si ayah bekerja ikut kapal-kapal para pedagang untuk mencukupi kehidupan mereka. Keluarga itu memiliki seorang anak lelaki yang masih kecil, bernama Malin Kundang. Malin Kundang termasuk anak yang rajin.Dia membantu setiap pekerjaan ibunya untuk meringankan beban orang tua sehingga ibunya sangat sayang pada Malin Kundang. Hingga pada suatu waktu, sang ayah pergi berlayar. Namun, setelah hari itu, sudah tak terdengar lagi kabar beritanya. Sudah bertahun-tahun berlalu, ibu Malin Kundang kini bekerja keras seorang diri untuk menghidupi dirinya dan membesarkan si Malin. Melihat hal itu, Malin Kundang yang masih belia merasa sangat kasihan. Dia bertekad untuk bekerja, merantau, dan kelak pulang membawa harta yang banyak untuk ibunya. Hingga pada suatu hari, ada sebuah kapal yang cukup mewah berlabuh. Seperti biasa, malin segera berlari ke kapal bersama para pekerja angkut karena si Malin memang bekerja sebagai kuli panggul bagi para pedagang yang datang untuk membantu ibunya. Melihat Malin yang begitu rajin, sang nahkoda kapal menjadi sangat tertarik. Dia berniat mengajak Malin berlayar dan bekerja di kapalnya. Malin pun merasa sangat senangkarena mimpinya untuk berlayar dan merantau ke negeri seberang akan bisa terwujud. Dia langsung berlari pulang untuk meminta izin pada ibunya. Dengan berat hati, ibunya melepas anak semata wayangnya itu. Ingin rasanya menahan Malin untuk pergi. Namun, karena melihat tekad Malin yang begitu kuat, sang ibu tak kuasa melarangnya. ''Hati-hatilah di tanah rantau ya, Nak. Bersikaplah baik pada semua orang, selalu rendah hati, dan jangan lupa pada Tuhan Yang Maha Kuasa''. Pesan ibu Malin. ''Iya, Mak. Malin akan selalu ingat nasihat emak. Kelak Malin akan pulang membawa harta yang banyak. Malin akan menjadi orang kayasehingga emak tak usah lagi bekerja. Malin pamit, Mak''. Kata Malin berpamitan diiringi air mata ibunya. Setelah hari itu, setiap hari ibu Malin selalu berdiri di pantai memandang cakrawala. Iaberharap Malin segera pulang. Setiap ada kapal yang singgah, ibu Malin selalu berlari menghampiri danberharap anaknya ada di kapal itu. Namun, selalu saja kekecewaan yang dia dapat, anaknya tidak ada di kapal itu. Bertahun-tahun sudah berlalu, ibu Malin masih menunggu kepulangan anaknya dengan setia. Dia selalu berdiri di tepi pantai, memandang cakrawala di pagi dan sore hari,dan berharap anaknya segera pulang. Hingga pada suatu hari, para penduduk tampak ramai berlari-lari ke pelabuhan. Ibu Malin Kundang yang saat itu sudah tua renta dan sakit-sakitan bertanya pada salah seorang penduduk. Ternyata, di pelabuhan tengah berlabuh sebuah kapal yang sangat mewah dan besar. Pemiliknya adalah seorang pemuda yang tampan dan kaya raya.Mereka membawa barang dagangan yang sangat banyak. Mendengar hal itu, ibu Malin langsung ikut berlari menuju pelabuhan. Langkahnya terlihat lemah dan tertatih-tatih karena tubuhnya yang renta dan sakit-sakitan. Setalah sampai di pelabuhan, terlihat banyak sekali orang-orang berkumpul. Di atas kapal terlihat sepasang muda-mudi dengan pakaian mewah sedang membagi-bagikan uang kepada mereka. Betapa gembiranya hati ibu Malinkarena begitu dia melihat, dia sangat yakin bahwa pemuda gagah itu adalah anaknya. Dia dapat langsung mengenalinya berkat tanda lahir yang dimiliki Malin. Segera ibu Malin naik ke atas kapal dan memeluk si Malin. Namun, perlakuan Malin sungguh di luar dugaan.Dia menghempaskan perempuan tua itu hingga terjengkang. ''Siapa kau? Berani-berani mengotori bajuku yang mahal ini?''. Bentak Malin. ''Malin... ini aku, Nak, ibumu. Kini kau benar-benar sudah jadi orang kaya, Nak. Kini ibu sangat senang kau sudah pulang''. Kata ibu Malin. Malin terkejut mendengarnya, tak disangka wanita dengan pakaian lusuh itu adalah ibunya yang sudah lama dia tinggalkan. ''Benarkah pengemis ini ibumu, Bang? Katamu, kau yatim piatu. Ternyata, dia masih hidup sebagai pengemis.''Kata istri Malin Kundang dengan nada ketus. Karena malu dengan istrinya, Malin Kundang akhirnya membantah. Iaberkata bahwa itu adalah pengemis yang hanya mengaku-ngaku sebagai ibunya untuk mendapat uang lebih. Lalu Malin Kundang meminta awak kapal untuk mengusirnya dengan kasardan segera mengangkat sauh dan berlayar meninggalkan tempat itu. Menerima perlakuan yang sudah keterlaluan dari anaknya, ibu Malin Kundang merasa sangat kecewa. Rasa sakit di hatinya sungguh tiada terkira. Akhirnya, ia berdoa kepada Yang Maha Kuasa. ''Ya, Tuhan... EngkauSang Mang Maha Adildan mendengar setiap doa hamba-Mu. Jika benar dia bukan Malin anakku, berilah dia keselamatan dan kebahagiaan. Tapi jika dia benar-benar Malin Kundang anakku yang telah lama pergi, aku kutuk dia menjadi batu''. Seketika, langit yang tadinya cerah menjadi gelap. Angin berembus kencangdan datanglah hujan badai yang menerjang kapal itu. Petir bersautan danombak mengamuk. Melihat hal itu, Malinsangat menyesali semua perbuatanya. Namun, permintaan maafnya kini sudah terlambat. Tiba-tiba kapal mewah itu dihantam petir yang sangat besar hingga pecah berkeping dan karam. Konon, Malin Kundang berubah menjadi batu karena berani durhaka pada ibunya. Peranan tokoh Malin Kundang dalam cerita tersebut adalah …

Cerita berikut untuk menjawab soal nomor 1 dan 2.

Kisah Malin Kundang

Kisah zaman dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga miskin di daerah pesisir pantai. Si ayah bekerja ikut kapal-kapal para pedagang untuk mencukupi kehidupan mereka. Keluarga itu memiliki seorang anak lelaki yang masih kecil, bernama Malin Kundang. Malin Kundang termasuk anak yang rajin. Dia membantu setiap pekerjaan ibunya untuk meringankan beban orang tua sehingga ibunya sangat sayang pada Malin Kundang.

Hingga pada suatu waktu, sang ayah pergi berlayar. Namun, setelah hari itu, sudah tak terdengar lagi kabar beritanya. Sudah bertahun-tahun berlalu, ibu Malin Kundang kini bekerja keras seorang diri untuk menghidupi dirinya dan membesarkan si Malin. Melihat hal itu, Malin Kundang yang masih belia merasa sangat kasihan. Dia bertekad untuk bekerja, merantau, dan kelak pulang membawa harta yang banyak untuk ibunya. Hingga pada suatu hari, ada sebuah kapal yang cukup mewah berlabuh. Seperti biasa, malin segera berlari ke kapal bersama para pekerja angkut karena si Malin memang bekerja sebagai kuli panggul bagi para pedagang yang datang untuk membantu ibunya.

Melihat Malin yang begitu rajin, sang nahkoda kapal menjadi sangat tertarik. Dia berniat mengajak Malin berlayar dan bekerja di kapalnya. Malin pun merasa sangat senang karena mimpinya untuk berlayar dan merantau ke negeri seberang akan bisa terwujud. Dia langsung berlari pulang untuk meminta izin pada ibunya.

Dengan berat hati, ibunya melepas anak semata wayangnya itu. Ingin rasanya menahan Malin untuk pergi. Namun, karena melihat tekad Malin yang begitu kuat, sang ibu tak kuasa melarangnya. ''Hati-hatilah di tanah rantau ya, Nak. Bersikaplah baik pada semua orang, selalu rendah hati, dan jangan lupa pada Tuhan Yang Maha Kuasa''. Pesan ibu Malin. ''Iya, Mak. Malin akan selalu ingat nasihat emak. Kelak Malin akan pulang membawa harta yang banyak. Malin akan menjadi orang kaya sehingga emak tak usah lagi bekerja. Malin pamit, Mak''. Kata Malin berpamitan diiringi air mata ibunya.

Setelah hari itu, setiap hari ibu Malin selalu berdiri di pantai memandang cakrawala. Ia berharap Malin segera pulang. Setiap ada kapal yang singgah, ibu Malin selalu berlari menghampiri dan berharap anaknya ada di kapal itu. Namun, selalu saja kekecewaan yang dia dapat, anaknya tidak ada di kapal itu.

Bertahun-tahun sudah berlalu, ibu Malin masih menunggu kepulangan anaknya dengan setia. Dia selalu berdiri di tepi pantai, memandang cakrawala di pagi dan sore hari, dan berharap anaknya segera pulang. Hingga pada suatu hari, para penduduk tampak ramai berlari-lari ke pelabuhan. Ibu Malin Kundang yang saat itu sudah tua renta dan sakit-sakitan bertanya pada salah seorang penduduk. Ternyata, di pelabuhan tengah berlabuh sebuah kapal yang sangat mewah dan besar. Pemiliknya adalah seorang pemuda yang tampan dan kaya raya. Mereka membawa barang dagangan yang sangat banyak. Mendengar hal itu, ibu Malin langsung ikut berlari menuju pelabuhan. Langkahnya terlihat lemah dan tertatih-tatih karena tubuhnya yang renta dan sakit-sakitan.

Setalah sampai di pelabuhan, terlihat banyak sekali orang-orang berkumpul. Di atas kapal terlihat sepasang muda-mudi dengan pakaian mewah sedang membagi-bagikan uang kepada mereka. Betapa gembiranya hati ibu Malin karena begitu dia melihat, dia sangat yakin bahwa pemuda gagah itu adalah anaknya. Dia dapat langsung mengenalinya berkat tanda lahir yang dimiliki Malin.

Segera ibu Malin naik ke atas kapal dan memeluk si Malin. Namun, perlakuan Malin sungguh di luar dugaan. Dia menghempaskan perempuan tua itu hingga terjengkang. ''Siapa kau? Berani-berani mengotori bajuku yang mahal ini?''. Bentak Malin. ''Malin... ini aku, Nak, ibumu. Kini kau benar-benar sudah jadi orang kaya, Nak. Kini ibu sangat senang kau sudah pulang''. Kata ibu Malin. Malin terkejut mendengarnya, tak disangka wanita dengan pakaian lusuh itu adalah ibunya yang sudah lama dia tinggalkan. 

''Benarkah pengemis ini ibumu, Bang? Katamu, kau yatim piatu. Ternyata, dia masih hidup sebagai pengemis.'' Kata istri Malin Kundang dengan nada ketus. Karena malu dengan istrinya, Malin Kundang akhirnya membantah. Ia berkata bahwa itu adalah pengemis yang hanya mengaku-ngaku sebagai ibunya untuk mendapat uang lebih. Lalu Malin Kundang meminta awak kapal untuk mengusirnya dengan kasar dan segera mengangkat sauh dan berlayar meninggalkan tempat itu.

Menerima perlakuan yang sudah keterlaluan dari anaknya, ibu Malin Kundang merasa sangat kecewa. Rasa sakit di hatinya sungguh tiada terkira. Akhirnya, ia berdoa kepada Yang Maha Kuasa. ''Ya, Tuhan... Engkau Sang Mang Maha Adil dan mendengar setiap doa hamba-Mu. Jika benar dia bukan Malin anakku, berilah dia keselamatan dan kebahagiaan. Tapi jika dia benar-benar Malin Kundang anakku yang telah lama pergi, aku kutuk dia menjadi batu''. 

Seketika, langit yang tadinya cerah menjadi gelap. Angin berembus kencang dan datanglah hujan badai yang menerjang kapal itu. Petir bersautan dan ombak mengamuk. Melihat hal itu, Malin sangat menyesali semua perbuatanya. Namun, permintaan maafnya kini sudah terlambat. Tiba-tiba kapal mewah itu dihantam petir yang sangat besar hingga pecah berkeping dan karam. Konon, Malin Kundang berubah menjadi batu karena berani durhaka pada ibunya.

Peranan tokoh Malin Kundang dalam cerita tersebut adalah …

  1. Malin Kundang adalah pengemban cerita, sehingga semua peristiwa dapat terjalin sebagai satu cerita yang utuh
     

  2. Malin Kundang adalah anak yang durhaka terhadap orang tuanya.

  3. Malin Kundang adalah anak yang miskin saat masih berada di desa dan menjadi orang sukses ketika sudah berada di kota

     

  4. Malin Kundang tidak mengakui ibu kandungnya sendiri

Iklan

T. TA.Caesar

Master Teacher

Jawaban terverifikasi

Jawaban

jawaban yang tepat adalah A.

jawaban yang tepat adalah A.

Iklan

Pembahasan

Dapat dilihat bahwa Malin Kundang adalah tokoh yang membuat semua peristiwa terjalin menjadi sebuah cerita. Sehingga jawaban yang tepat adalah A.

Dapat dilihat bahwa Malin Kundang adalah tokoh yang membuat semua peristiwa terjalin menjadi sebuah cerita. Sehingga jawaban yang tepat adalah A.

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

91

Iklan

Iklan

Pertanyaan serupa

Cerita berikut untuk menjawab soal nomor 1 dan 2 Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudi...

65

0.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia