Iklan

Iklan

Pertanyaan

Boen S. Umaryati membuat pembabakan drama ke dalam 4 periode, yatu: Periode 1976-1942 (periode kebangkitan), Periode 1942-1945 (periode pembangunan), Periode 1945-1950 (periode awal perkembangan), dan Periode 1950-1965 (periode perkembangan). Berikan penjelasan terhadap masing- masing periode tersebut!

Boen S. Umaryati membuat pembabakan drama ke dalam 4 periode, yatu: Periode 1976-1942 (periode  kebangkitan), Periode 1942-1945 (periode pembangunan), Periode 1945-1950 (periode awal  perkembangan), dan Periode 1950-1965 (periode perkembangan).

Berikan penjelasan terhadap  masing- masing periode tersebut!space

Iklan

N. Juliana

Master Teacher

Jawaban terverifikasi

Jawaban

penjelasan terhadap masing-masing periode tersebut adalah (1) Periode 1976-1942 (periode kebangkitan) merupakan periode masa kebangkitan sastra drama dengan tema dan motif lakonnya sangat bersifat kepahlawanan, pengungkapannya romantis dan idealistis, serta hadirnya kegiatan teater kecil di pentas. (2) Periode 1942-1945 (periode pembangunan) merupakan masa pembangunan sastra drama yang ditandai dengan tampilnya generasi kelompok romantis-realistis dan kelompok Maya di panggung. (3) Periode 1945-1950 (periode awal perkembangan) merupakan masa awal perkembangan para penulis lakon yang disebut terakhir melanjutkan usaha kreativitasnya disertai dengan semakin ramainya teater kecil di pentas. (4) Periode 1950-1965 (periode perkembangan) merupakan masa perkembangan dan masa produktifnya sastra drama dengan hadirnya lakon-lakon asli, saduran, dan terjemahan serta disempurnakan dengan lahirnya Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) dan berbagai kegiatan teater kecil dan kelompok studi di pentas.

penjelasan terhadap masing-masing periode tersebut adalah (1) Periode 1976-1942 (periode kebangkitan) merupakan periode masa kebangkitan sastra drama dengan tema dan motif lakonnya sangat bersifat kepahlawanan, pengungkapannya romantis dan idealistis, serta hadirnya kegiatan teater kecil di pentas. (2) Periode 1942-1945 (periode pembangunan) merupakan masa pembangunan sastra drama yang ditandai dengan tampilnya generasi kelompok romantis-realistis dan kelompok Maya di panggung. (3) Periode 1945-1950 (periode awal perkembangan) merupakan masa awal perkembangan para penulis lakon yang disebut terakhir melanjutkan usaha kreativitasnya disertai dengan semakin ramainya teater kecil di pentas. (4) Periode 1950-1965 (periode perkembangan) merupakan masa perkembangan dan masa produktifnya sastra drama dengan hadirnya lakon-lakon asli, saduran, dan terjemahan serta disempurnakan dengan lahirnya Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) dan berbagai kegiatan teater kecil dan kelompok studi di pentas.space

Iklan

Pembahasan

Kutipan teks di atas termasuk ke dalam sejarah drama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menyebutkan bahwa drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak pelaku melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan. Drama sering disebut dengan teater, yaitu sandiwara yang dipentaskan sebagai ekspresi rasa keindahan atau seni. Di dalam sebuah drama ada yang dinamakan dengan pembagian babak atau pembabakan. Pembabakan itu sendiri bertujuan untuk menjadikan ringkas suatu urutan cerita. Salah satu tokoh yang membuat pembakakan drama adalah Boen S. Umaryati. Boen S. Umaryati membuat pembabakan drama ke dalam 4 periode, yatu: Periode 1976-1942 (periode kebangkitan) merupakan periode masa kebangkitan sastra drama dengan tema dan motif lakonnya sangat bersifat kepahlawanan, pengungkapannya romantis dan idealistis, serta hadirnya kegiatan teater kecil di pentas. Sastrawan pada masa ini, diantaranya Rustam Efendi dengan karyanya "Bebasari" , Muhammad Yamin dengan karyanya "Ken Arok dan Ken Dedes" dan "Kalau Dewi Tara Sudah Berkata", Sanusi Pane dengan karyanya Airlangga, Kertajaya, Sandhyakala Ning Majapahit, dan Manusia Baru, serta Armin Pane dengan karyanya "Lukisan Masa dan Setahun di Bedahulu" . Periode 1942-1945 (periode pembangunan) merupakan masa pembangunan sastra drama yang ditandai dengan tampilnya generasi kelompok romantis-realistis dan kelompok Maya di panggung. Sastrawan pada masa ini, diantaranya: Dr. Abu Hanifah (El Hakim) dengan karyanya "Taufan di Atas Asia", "Dewi Reni", dan " lnsan Kamil", Usmar Ismail dengan karyanya "Citra", "Libwan Seniman", dan " Mutiara di Nusa laut", serta Idrus dengan karyanya "Jinak-jinak Merpati", "Barang Tiada berharga", dan "Antara Bumi dan Langit". Periode 1945-1950 (periode awal perkembangan) merupakan masa awal perkembangan para penulis lakon yang disebut terakhir melanjutkan usaha kreativitasnya disertai dengan semakin ramainya teater kecil di pentas. Periode 1950-1965 (periode perkembangan) merupakan masa perkembangan dan masa produktifnya sastra drama dengan hadirnya lakon-lakon asli, saduran, dan terjemahan serta disempurnakan dengan lahirnya Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) dan berbagai kegiatan teater kecil dan kelompok studi di pentas. Dengan demikian, penjelasan terhadap masing-masing periode tersebut adalah (1) Periode 1976-1942 (periode kebangkitan) merupakan periode masa kebangkitan sastra drama dengan tema dan motif lakonnya sangat bersifat kepahlawanan, pengungkapannya romantis dan idealistis, serta hadirnya kegiatan teater kecil di pentas. (2) Periode 1942-1945 (periode pembangunan) merupakan masa pembangunan sastra drama yang ditandai dengan tampilnya generasi kelompok romantis-realistis dan kelompok Maya di panggung. (3) Periode 1945-1950 (periode awal perkembangan) merupakan masa awal perkembangan para penulis lakon yang disebut terakhir melanjutkan usaha kreativitasnya disertai dengan semakin ramainya teater kecil di pentas. (4) Periode 1950-1965 (periode perkembangan) merupakan masa perkembangan dan masa produktifnya sastra drama dengan hadirnya lakon-lakon asli, saduran, dan terjemahan serta disempurnakan dengan lahirnya Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) dan berbagai kegiatan teater kecil dan kelompok studi di pentas.

 

Kutipan teks di atas termasuk ke dalam sejarah drama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menyebutkan bahwa drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak pelaku melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan. Drama sering disebut dengan teater, yaitu sandiwara yang dipentaskan sebagai ekspresi rasa keindahan atau seni.

Di dalam sebuah drama ada yang dinamakan dengan pembagian babak atau pembabakan. Pembabakan itu sendiri bertujuan untuk menjadikan ringkas suatu urutan cerita. Salah satu tokoh yang membuat pembakakan drama adalah Boen S. Umaryati.

Boen S. Umaryati membuat pembabakan drama ke dalam 4 periode, yatu:

  1. Periode 1976-1942 (periode kebangkitan) merupakan periode masa kebangkitan sastra drama dengan tema dan motif lakonnya sangat bersifat kepahlawanan, pengungkapannya romantis dan idealistis, serta hadirnya kegiatan teater kecil di pentas. Sastrawan pada masa ini, diantaranya Rustam Efendi dengan karyanya "Bebasari", Muhammad Yamin dengan karyanya "Ken Arok dan Ken Dedes" dan "Kalau Dewi Tara Sudah Berkata", Sanusi Pane dengan karyanya Airlangga, Kertajaya, Sandhyakala Ning Majapahit, dan Manusia Baru, serta Armin Pane dengan karyanya "Lukisan Masa dan Setahun di Bedahulu".
  2. Periode 1942-1945 (periode pembangunan) merupakan masa pembangunan sastra drama yang ditandai dengan tampilnya generasi kelompok romantis-realistis dan kelompok Maya di panggung. Sastrawan pada masa ini, diantaranya: Dr. Abu Hanifah (El Hakim) dengan karyanya "Taufan di Atas Asia", "Dewi Reni", dan "lnsan Kamil", Usmar Ismail dengan karyanya "Citra", "Libwan Seniman", dan "Mutiara di Nusa laut", serta Idrus dengan karyanya "Jinak-jinak Merpati", "Barang Tiada berharga", dan "Antara Bumi dan Langit".
  3. Periode 1945-1950 (periode awal perkembangan) merupakan masa awal perkembangan para penulis lakon yang disebut terakhir melanjutkan usaha kreativitasnya disertai dengan semakin ramainya teater kecil di pentas.
  4. Periode 1950-1965 (periode perkembangan) merupakan masa perkembangan dan masa produktifnya sastra drama dengan hadirnya lakon-lakon asli, saduran, dan terjemahan serta disempurnakan dengan lahirnya Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) dan berbagai kegiatan teater kecil dan kelompok studi di pentas.


Dengan demikian, penjelasan terhadap masing-masing periode tersebut adalah (1) Periode 1976-1942 (periode kebangkitan) merupakan periode masa kebangkitan sastra drama dengan tema dan motif lakonnya sangat bersifat kepahlawanan, pengungkapannya romantis dan idealistis, serta hadirnya kegiatan teater kecil di pentas. (2) Periode 1942-1945 (periode pembangunan) merupakan masa pembangunan sastra drama yang ditandai dengan tampilnya generasi kelompok romantis-realistis dan kelompok Maya di panggung. (3) Periode 1945-1950 (periode awal perkembangan) merupakan masa awal perkembangan para penulis lakon yang disebut terakhir melanjutkan usaha kreativitasnya disertai dengan semakin ramainya teater kecil di pentas. (4) Periode 1950-1965 (periode perkembangan) merupakan masa perkembangan dan masa produktifnya sastra drama dengan hadirnya lakon-lakon asli, saduran, dan terjemahan serta disempurnakan dengan lahirnya Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) dan berbagai kegiatan teater kecil dan kelompok studi di pentas.space

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

7

Iklan

Iklan

Pertanyaan serupa

Klimaks merupakan batas pemisah antara ….

1

5.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

info@ruangguru.com

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia