Senyawa biner merupakan senyawa yang terdiri atas dua macam unsur yang berbeda. Senyawa biner digolongkan menjadi dua: senyawa biner dari unsur logam dan nonlogam; dan senyawa biner dari unsur nonlogam dan nonlogam.
Aturan penamaan senyawa biner yang terdiri atas unsur logam dan nonlogam adalah sebagai berikut.
- Unsur yang berada di depan (logam) diberi nama sesuai dengan nama unsur tersebut.
- Unsur yang berada di belakang (nonlogam) diberi nama sesuai dengan nama unsur tersebut dengan mengganti akhiran -ida.
- Unsur logam yang mempunya lebih dari satu bilangan oksidasi, muatan kationnya dinyatakan dengan angka Romawi, lalu diikuti anion. Angka Romawi ditulis dalam tanda kurung.
Rumus umum penggabungan kation dan anion pada senyawa biner adalah sebagai berikut.
Penulisan rumus kimia senyawa biner yang terbentuk antarunsur nonlogam dimulai dengan unsur yang elektropositif diikuti unsur yang lebih elektronegatif. Aturan penamaan senyawa biner ini ditandai dengan awalan angka Yunani yang menyatakan jumlah atom nonlogam dan diikuti dengan nama unsur yang didepan. Penamaan unsur nonlogam yang belakang juga memiliki aturan yang sama, tetapi akhiran nama unsurnya diganti dengan akhiran -ida. Awalan "mono" hanya dipakai pada unsur nonlogam yang kedua.
Senyawa basa ditandai dengan adanya ion hidroksida (). Penamaan basa dengan menyebutkan nama kation atau ion logam terlebih dahulu lalu diikuti dengan hidroksida. Jika kation berupa logam yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi, bilangan oksidasi dituliskan setelah nama kation atau logamnya.
Berdasarkan informasi tersebut, nama senyawa di atas adalah sebagai berikut.
a. kalsium klorida
b. difosfor pentaklorida
c. natrium hidroksida
Jadi, nama senyawa-senyawa tersebut adalah kalsium klorida, difosfor pentaklorida, dan natrium hidroksida.